Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Diusir
Suasana seketika hening. Martha maupun Alexander terdiam walaupun mereka ikut bergabung duduk di ruang tamu bersama dengan tamu yang dibencinya. Mahendra Sebagai Tuan rumah ikut bergabung bersama dengan mereka.
Sedangkan anggota keluarga yang lain, duduk agak menjauh, ingin tahu tujuan utama dari tamu yang tak diundang datang ke rumahnya.
Ekhem
Mahendra berdehem untuk membuka suasana hening yang terjadi di ruang tamunya. Seketika orang-orang yang menunduk, langsung mendongak menatap Mahendra.
"Maaf Bu Mega, kalau boleh tahu, kedatangan Bu Mega dengan.... "
"Saya Allard Pak, putranya Bu Mega," jawab Allard memperkenalkan dirinya.
"Oh! Iya, nak Allard. Kedatangan kalian ke sini ada maksud apa ya?" tanya Mahendra sekali lagi.
"Kedatangan kami ke sini itu sebenarnya ada hal penting yang ingin saya sampaikan ke Bapak dan keluarga. Pertama-tama saya minta maaf atas kejadian yang sudah menimpa pada Dokter Ayuna waktu itu. Karena ulah putra saya, Dokter Ayuna dipermalukan di tempat umum, saya minta maaf Pak," celetuk Mega.
Mahendra menganggukkan kepalanya sembari tersenyum pada Mega. Walaupun hatinya juga sakit atas kelakuan anak dari Mega, namun ia harus bisa bersikap legowo atas kejadian yang sudah menimpa anak perempuannya.
"Ibu, saya sudah memaafkannya. Lagian ini kan bukan salah ibu. Yang bersalah itu anaknya, jadi saya nggak marah sama ibu," ucap Mahendra.
"Terimakasih Pak, anda sudah berbaik hati pada kami. Sudah memaafkan keluarga kami," ucap Mega.
"Iya bu, sama-sama," jawab Mahendra.
Kembali diam, terlihat sangat hening di dalam ruangan itu.
"Em, Om. Sebenarnya ada hal lain lagi yang ingin saya sampaikan kepada keluarga ini," ungkap Allard.
"Ada hal penting, hal penting apa ya?" tanya Mahendra.
"Begini om, sebenarnya kedatangan saya dan Mama saya kemari untuk melamar Ayuna untuk saya."
Allard to the point langsung ke pokok masalahnya.
Seketika keluarga Ayuna terkejut bukan main. Semua saling menoleh menatap Allard geram.
"Apa kamu bilang, melamar cucu saya. Kamu nggak malu bilang seperti itu pada kami."
Alexander langsung melotot geram, karena Allard secara tiba-tiba melamar Ayuna tanpa bilang sesuatu sebelumnya, apa lagi Steven sudah menyakiti Ayuna dan membuat malu keluarganya.
"Tidak! Aku tidak setuju Ayuna menikah denganmu, ataupun keluargamu. Kejadian memalukan itu sudah sangat menyakiti hati kami. Jadi aku tidak mengizinkan Ayuna untuk menikah denganmu," ujar Alexander.
Alexander sangat geram, menatap kedua tamunya yang dianggap tidak tahu malu karena sudah sangat lancang berani melamar Ayuna setelah keluarganya mempermalukan Ayuna di muka umum.
"Tapi tuan! Saya melakukan semua ini karena ingin menyelamatkan nenek saya. Nenek saya dalam bahaya, keinginan terakhirnya ingin sekali menikahkan Steven dengan Ayuna, berhubung Steven tidak mau menikah dengan Ayuna, sayalah yang akan menikahinya. Saya mohon tuan! Izinkan saya untuk meminang Ayuna," pinta Allard memelas.
"Sekali tidak, tetap tidak! Apa kamu sudah budek. Aku sudah berkali-kali bilang tapi kamu bener-bener sudah budek tidak punya perasaan. Mendingan kalian pergi dari sini, ayo cepat pergi. Atau aku akan.... "
"Opa! Jangan kasar pada mereka. Mereka itu sudah sangat baik, mau mengakui kesalahannya. Jadi opa, Kumohon jangan persulit keadaan."
Ayuna yang dari kejauhan langsung berdiri dari tempat duduknya dan langsung mendekat pada Alexander.
Alexander langsung menoleh sembari memelototkan bola matanya. 'Apa-apaan Ayuna sudah menyela ucapannya dan kembali membela orang yang sudah berurusan dengannya.'
"Ayuna! Jangan jadi orang yang keras kepala. Kamu ini masih sangat muda. Kamu nggak boleh memikul beban orang lain. Dia ingin menikahimu bukan karena cinta, tapi hanya ingin melihat neneknya bahagia. Apa kau ingin menyengsarakan hidupmu sendiri."
Alexander memberikan teguran keras pada Ayuna berharap dia segera tersadar akan kesalahannya.
"Opa! Aku mengerti maksud Opa. Tapi ini juga demi keselamatan nyonya Ane. Ayolah Opa! Kumohon izinkanlah aku menolongnya."
Ayuna merengek meminta izin pada Opanya.
"Ayuna! Otakmu itu ada di mana? Jangan karena kasihan pada orang lain kamu mengorbankan dirimu sendiri. Apa kamu tidak punya rasa malu, setelah ditolak adiknya, kamu menikah dengan kakaknya. Dunia tak selebar daun kelor, masih banyak laki-laki baik dan mapan yang mau menikahimu."
Alexander memberikan nasehatnya pada Ayuna. Berharap Ayuna mau mendengarkannya.
"Opa! Aku rela kok, kalau menikah tanpa ada rasa cinta. Kak Allard begitu baik, dia juga punya kehidupan sendiri. Aku nggak papa, demi menyelamatkan nyawa seseorang, aku rela menanggung semua ini Opa. Aku mohon opa, izinkan aku untuk membantu mereka," pungkas Ayuna melemah menatap sendu pada opanya.
Alexander menghela nafasnya kasar. Sangat geram dengan sikap Ayuna yang tidak bisa dikendalikan olehnya.
Sedangkan Mahendra dan yang lainnya hanya bisa diam, mereka juga kecewa dengan sikap Ayuna yang ceroboh mengambil tindakan, namun mereka juga tidak bersikap egois, karena tujuan Ayuna itu mulia, ingin menolong orang yang tengah terpuruk keadaannya.
Berbeda sekali dengan Martha, dia sangat geram pada Ayuna, sangat kecewa. Kalau saja tidak ada orang lain di rumahnya, dia pastikan Ayuna bakalan dihajar sampai dia sadar karena tengah mengambil jalan yang salah.
"Jadi demi orang lain kamu rela mengorbankan dirimu seperti pahlawan kesiangan gitu. Baik! Aku akan izinkan kamu menikahi pria ini."
Alexander tanpa ekspresi mengucapkan kata tersebut.
Ayuna langsung tersenyum. Walaupun dirinya juga tidak menginginkan pernikahan itu, seenggaknya, dia bisa menebus rasa bersalahnya pada Ane. Karena Ane sakit hingga qoma disebabkan oleh Opa dan juga Omanya.
"Beneran Opa! Aku diizinkan untuk membantu mereka, menikah dengan kak Allard?" tanya Ayuna.
"Ya, aku izinkan niatmu yang gila itu. Tapi ada syaratnya," ucap Allard.
"Syarat?"
Ayuna pun menautkan kedua alisnya.
"Apa syaratnya Opa?" tanya Ayuna dengan polosnya.
"Syaratnya kamu bukan lagi bagian dari keluarga ini. Silahkan keluar dari sini, dan berbahagialah bersama dengan mereka. Jangan pernah lagi memijakkan kakimu di pekarangan ini, karena aku akan mengharamiannya."
Deg
Jantung Ayuna serasa berhenti seketika. Lidahnya kelu, tenggorokannya rasanya tercekat, menyakitkan.
Hingga tak terasa air matanya jatuh bercucuran fi pipinya.
"Opa! Apa yang sudah Opa katakan. Opa nggak serius ngomong seperti ini kan?" tanya Ayuna menatap sendu pada opanya.
"Opa serius. Dari tadi kamu lebih membela mereka dari pada kami yang keluarga kamu sendiri. Jangan panggil aku Opa lagi, sekali memutus hubungan, aku tidak sudi menganggapmu sebagai cucuku. Sekarang kemasi barangmu dan pergilah dengan segera."
Keluarga yang lain saling memandang kebingungan. Opanya sudah sangat keterlaluan memutus hubungan dengan Ayuna.
Martha tersenyum lega dengan keputusan suaminya. Satu persatu keluarga Alexander akhirnya bisa ditumbangkan.
"Pa! Apa yang sudah Papa lakukan. Ayuna hanya ingin menolong nyawa nyonya Ane saja. Setelah nyonya Ane sembuh, dia akan kembali pada kita. Papa jangan bersikap seperti ini Pa! Kasihan Ayuna. Ayuna itu cucu Papa sendiri."
"Mahendra kecewa dengan sikap orang tuanya yang sudah melewati batasannya.
"Itu memang betul, Ayuna itu cucuku, tapi itu berlaku sebelum dia membangkangku, tapi karena dia lebih memilih orang lain dari pada keluarganya sendiri, semuanya telah berubah. Dia bukan lagi cucuku," jawab Alexander.
"Papa bener-bener sudah sangat keterlaluan! Aku tidak menyangka Papa punya pikiran sepicik ini."
Mahendra geram, dia sangat kecewa dengan keputusan yang sudah diambil oleh orang tuanya.
Sedangkan Lidya reflek menangis. Dia takut akan kehilangan Ayuna, putri bungsunya.
Melihat Ayuna menangis di sebelahnya, membuat Alexander makin geram.
"Tunggu apa lagi. Cepat kemasi barangmu!"