Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18: Tugas seorang istri
Alea pergi ke dapur untuk mencuci botol susu Ara, dia melihat wanita paruh baya yang sedang memasak. Aqila tampak tak asing dengan wajahnya.
"Ehm maaf bi, saya ingin mencuci botol susu Ara," ujar Alea.
"Oh iya silahkan non ... loh, ini neng yang di angkot itu kan? iya saya masih inget jelas," ujar wanita itu yang tak lain adalah bi Ani.
Alea mengingat kembali, setelah teringat ia tersenyum.
"Eh iya bu aku sekarang inget," ujar Alea.
"Nengnya ternyata istri si aden toh, ya ampun neng. Kalau bibir tahu si neng ternyata istrinya aden pasti bibi kasih tau si aden. Neng sampe naik angkot begitu," ujar bi Ani.
Alea tersenyum, dia menuju westafel dan mencuci botol Ara. Setelahnya Alea mengeringkannya dan mendekati bi An yang sedang memasak.
"Sini bu Alea bantu," ujarnya.
"Gak usah non, bi i bisa sendiri. Mending si nonnya istirahat aja, bibi yang lanjutin," ujar bi Ani.
Alea bingung harus berkata apalagi, bahkan dirinya tagu menyebut bibi pada wanita tersebut. Dirinya masih canggung memanggil bi Ani.
"Bu Alea ...,"
"Panggil bibi aja non, bi Ani. Bibi salah satu pembantu disini," ujar bi Ani.
"Iya bi, Alea bantu bibi masak aja. Hitung-hitung Alea belajar jadi istri yang baik buat mas Putra," ujar Alea.
Bi ani tersenyum. "Ya sudah deh non, nonnya masakin ayam gorengnya yah. Bibi mau buat sayur dulu, pembantu yang lain sedang beres-beres lantai tugas non jadinya bibi masak sendiri," terang bi Ani.
Alea membantu bi Ani memasak, dia memang sudah terbiasa memasak. Setelah selesai, Alea segera menaruhnya di piring.
"Bi ini Alea taruh ...,"
"OEKK ... OEEKK,"
Alea sontak saja terkejut mendengar suara tangis putrinya, dia menoleh dan melihat Ady yang tengah membawa Ara kepadanya.
"Kamu ini gimana sih? Ara jangan di tinggal sendiri, dia nangis kamu gak tau! malah sampe mukanya merah begini," kesal Ady.
Alea menaruh piring ayam itu, dia mendekati Ady dan membawa sang anak ke gendongannya. Setelahnya Alea pergi dari hadapan Ady menuju kamarnya, sedangkan Ady hanya terdiam melihat kepergian istrinya tanpa sepatah kata pun.
"Den, istrinya jangan di marahin mulu atuh. Kasihan, baru lahiran hatinya sensitif. Di kampung tetangga bibi baru melahirkan stress gara-gara di omelin terus sama suaminya, eh akhirnya dia pendarahan hebat dan kejang-kejang setelah melahirkan dan meninggal. Bahaya atuh den," ujar bi Ani.
"Ehm, makasih sarannya bi," ujar Ady dan berlalu dari sana.
Bi Ani menggeleng dan menghela nafasnya pelan. "Yang sabar ya neng Alea," gumam bi Ani.
Sedangkan Ady, dia mencari Alea dan melihat istrinya itu sedang duduk di ruang tamu sambil menimang putrinya.
"Alea," panggil Ady.
"Ada apa?" tanya Alea tanpa melihat Ady.
Ady pun berinisiatif untuk duduk di sebelah Alea, dia menatap Alea dengan tatapan yang tidak bisa di baca.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" heran Alea.
"Hah ... tugasmu sebagai istri adalah melayaniku dan juga mengasuh putriku, selain itu kau tidak boleh mengerjakan apapun termasuk masak," terang Ady.
"Melayanimu? dalam hal apa?" tanya Alea.
Ady terbatuk, dia segera menormalkan ekspresinya dan menatap Alea yang berekspresi biasa saja.
"Pertama, di pagi hari kau harus menyiapkan pakaian kantorku dan juga memasangkanku dasi. Yang kedua, kau harus menyiapkan makanku bukan memasak tetapi hanya memberiku nasi serta lauk yang sudah tersedia. Yang ketiga, kau harus menemaniku ke mobil saat aku akan ke kantor dan akan menungguku pulang kerja. Yang ke empat, jika kau ingin pergi atau apapun itu kau harus izin terlebih dahulu denganku,"
"Dan yang ke lima ... ekhem! kau ... kau harus menunaikan hakku dalam persoalan ranjang," ujar Ady.
Alea melongo mendengarnya, kenapa banyak sekali peraturan. Di tambah perkataan terakhir, dia bingung dengan Ady yang tampak salting seperti itu.
"Tapikan aku baru saja melahirkan mas, aku masih nifas," ujar Alea.
"Kau pikir aku memintanya sekarang huh? sudahlah, aku ada urusan kerjaan, kau jaga Ara baik-baik," titah Ady.
Alea mengangguk pelan, Ady pun menaiki tangga menuju ruang kerjanya. Alea pun menatap putrinya yang sedang memainkan lidah, dia menciumi gemas hidung mancung sang putri.
"Loh Alea, kok disini?" tanya Siska.
"Eh kakak, iya kak soalnya Ara kayaknya bosen di kamar. Jadinya Alea coba bawa di sini, gak papa kan kak?" ujar Alea dan bertanya balik.
"Ya gak papa dong, ini kan jiga rumah kamu. Yaudah, kakak ke depan dulu yah. Kayaknya mas Nando udah pulang," ujar Siska.
Alea mengangguk, dia menatap kepergian sang kakak dengan tersenyum.
"Kak," panggil Edgar.
Alea menoleh, dia tersenyum menatap adiknya yang tengah menghampirinya. Edgar pun menduduki dirinya di samping Alea.
"Ada apa?" tanya Alea.
"Kak, tadi siang kak Ady benar-benar marah? aku tadi mendengarnya, kak Alea gak papa?" tanya Edgar yang khawatir.
Alea tersenyum, dia mengangguk untuk berkata bahwa dirinya tidak apa-apa.
"Kak, kita keluar aja yuk. Kita tinggal sendiri kayak dulu, walaupun sederhana tapi kakak gak tertekan seperti ini," bujuk Edgar.
"Ed, jika kakak mau egois. Sudah kakak lalukan, tapi apa pengadilan akan menetapkan hak asuh Ara untuk kakak? sementara di jaman sekarang semuanya akan mudah hanya karena uang, dan lagi disini kakak yang bersalah. KAu tahu kan berita yang menyebar jika kakak korupsi uang perusahaan? pasti bang Putra tau dan akan melawan kakak lewat kesalahan itu," terang Alea.
"Tapi kak, itu kan kakak di fitnah. Bahkan semua tabungan kakak harus di serahkan pada bos kakak sebagai ganti rugi," ujar Edgar.
Alea menggeleng, dia tak punya bukti jika dirinya tidak bersalah. Semua uang tabungannya dia serahkan ke pihak kantor, jika tidak dirinya akan di penjara. Tentu saja dia tidak mau, apakah putrinya haru lahir di dalam sel? lebih baik Alea membayar kerugian perusahaan dari pada masuk penjara dengan kesalahan yang tidak dia lakukan.
"Ooo, Eooo,"
"Kau ingin ikut mengobrol dengan om mu hm?" tanya Alea.
"Ooo,"
"Iya, kau hanya bisa eo dan oo. Bunda bingung kau berkata apa," ujar Alea dan terkekeh.
Ara melebarkan senyumannya, netra Alea melihat Razka yang menghampiri mereka.
"Kak, aku mau mengajak Ara main," pinta Razka.
Alea mengangguk, dia menyerahkan Ara pada Razka. Razka pun menggendong Ara dengan hati-hati.
"Aku akan membawanya ke kamarku," ujar Razka dan di balas anggukan oleh Alea.
Alea menatap Adiknya yang sedang termenung. Alea pun mengusap rambut lebat adiknya itu.
"Kau kenapa?" tanya Alea.
"Tidak, aku hanya kasihan dengan kakak. Apa kakak mencintai bang Putra?" tanya Edgar.
"Tentu saja, dia suami kakak," ujar Alea.
Edgar menatap mata kakaknya, kemudian dia menggeleng dan tersenyum sinis.
"Nggak, kakak tidak mencintai bang putra. DI hati kakak hanya ada perasaan bersalah, dan mengikuti keinginan ayah," ujar Edgar.
Senyum Alea luntur, dia terdiam dengan pikirannya.
"Edgar, ini urusan perasaan kakak. Sebaiknya kamu segera ke ruang makan, sebentar lagi kita akan makan malam." ujar Alea sambil beranjak dari duduknya.
Edgar menatap kepergian kakaknya dengan sendu, dia tak tega dengan sang kakak. Kakaknya sudah cukup menderita, dan sekarang harus melewati permasalahan akibat dari kesalahannya.
alea &ady 👍👍👍
Barulah crita mreka remaja.
Dan crita ttg Bela.
Apkh Bela mempunyai watak buruk?
yaitu dia ahirny jdi seorang pelakor?
Trimksih Author critany yg membuat Sy terhibur.