Sigma Love Story : The Mother

Siangnya aku izin untuk meninjau gudang, aku minta ibuku untuk menjaga Kayla dan Aram di rumah sakit.

Herannya, ibuku langsung setuju.

Ia bahkan bawa banyak barang, entah apa saja isinya.

Malamnya, aku kembali ke rumah sakit, dan kulihat pemandangan yang mencengangkan.

Kayla sedang menyusui Aram, dan Ibuku sedang menyuapi Kayla.

“Belum Sah, nggak usah akrab-akrab banget, nanti kecewa.” Gumamku.

“Apa sih Zaki?!” dengus ibuku. “Kalau kalian tidak menikah ya Kayla ibu adopsi saja.”

“Itu malah lebih parah lagi... aku nggak rela dia jadi adikku ya, nggak bisa ku-“ dan aku berhenti.

Ku... apakan?

Hampir saja keceplosan.

“Apa? Tak bisa diapakan hah?! Otakmu itu mesum sekali! Ayo ngomong, mau diapakan anak perempuan ibu nih?!” tantang ibuku sambil berkacak pinggang.

“Ku...” kulirik Kayla, dia juga menaikkan sebelah alisnya menungguku bicara dengan wajah datarnya, seakan ia juga mau tahu akan kuapakan dirinya. “bolak balik.” Desisku sambil mundur.

Ibuku melempar sandalnya ke arahku, kutangkap dengan sigap. “Itu tuh Zaki, kebanyakan bergaul sama preman mulutnya jadi tak terkontrol. Segala kata-kata jorok dia punya, bisa bikin buku kali, kamus bahasa binatang.”

“U’uuk a’ak guk guk kaing kaing.” Kataku sinis.

Ibuku mau melempar sandal satunya kali padaku. “Nggak bakal kubalikin sendalnya.” Ancamku. Itu ancaman yang cukup efektif saat kulihat merek sandalnya.

“Hubungan saya dengan Pak Zaki hanya sebatas Babysitter untuk Aram.” Kata Kayla berusaha menengahi perdebatan.

“Tapi bisa kan ibu juga rekrut kamu jadi babysitter... untuk Zaki.” Kata ibuku.

Aku mendengus.

Kayla hanya menunduk sambil cekikikan.

“Dia udah tua tapi pecicilan kayak anak kecil.” Omel ibuku

Aku tidak ingin bilang tapi hatiku bergejolak. Karena kami sekeluarga tahu ibuku ini penggemar berondong. Apakah ia berusaha menemukan sosokku dari para berondong itu? Karena aku tidak dekat dengannya?

Kalau dilihat, ibuku memang masih cukup cantik. Dibandingkan Reina saja masih lebih anggun ibuku. Kulitnya juga masih kencang dan dadanya buatan dokter. Kalau aku jalan berdampingan dengan ibuku, kami sering disangka suami-istri.

Apakah tampangku yang terlihat tua?

Terlalu banyak kerja di proyek ya begini...

“Zaki, kami masih mau mengobrol, sana kamu ngopi di luar.” Kata Ibuku.

“Aku diusir?” aku pura-pura tersinggung.

“Iya, kamu diusir.” Ibuku mendorongku keluar ruangan.

Aku memang ngopi. Tapi duduk di depan pintu kamar.

Sambil mendengarkan perbincangan mereka berdua.

Penasaran, ngomongin apa aja sih kalau dua wanita dewasa bertemu?

“Aku sebenarnya malu, Kayla, ngomongin ini ke kamu. Tapi selama ini aku tak punya teman bicara.” Kudengar ibuku bicara begitu.

“Tidak apa bu, bicarakan saja. Ibu tahu aku memiliki banyak masalah berat, sepertinya kini aku sudah bisa memaklumi semua masalah di dunia.” Ini suara Kayla.

“Aku tidak pernah berselingkuh. Demi Tuhan.” Kata ibuku. “Mereka para aktor yang kubayar. Salahnya aku... mengira kalau dia akan cemburu padaku dan bersikap lebih baik padaku apabila tahu kalau aku punya berondong. Aku bukan istri yang baik, kuakui. Tapi dia tidak bisa memperlakukanku begini!” Kudengar ibuku bicara dengan suara lirih.

“Lalu bagaimana bu?” tanya Kayla.

“Aku dari kecil diperlakukan bagai ratu oleh orang tuaku. Semua perhatian mengarah padaku. Wajar dong kalau aku ingin perhatian yang sama dari suamiku. Dan aku ini orangnya jijikan dari kecil, aku nggak bisa gaya macam-macam saat bercinta! Yoga nu dis, tampar pan tat, gaya terbalik, apalah itu, memangnya tidak bisa ya kalau gaya wajar saja? Aku juga tidak mau oral Kaylaaa, itu membuatku muntah! Itu kan untuk area bawah masa masuk ke mulutku Kaylaaaa.”

“Jadi itu inti permasalahan di awal?”

“YA! Laki-laki ya begitu! Dikiranya aku menikah dengannya dan aku bersedia jadi pela curnya? Ooooh tidaaak. Aku punya level berbeda. Saat aku balik marah terucaplah dariku, ya sudah kamu lakukan saja dengan ani-ani atau LC sana! Mereka pasti mau asalkan dibayar 500ribuan sudah dapat paket lengkap! Lah beneran dia lakukan itu!! Bayangkan!!” seru ibuku dengan nada marah.

Belum ada reaksi dari Kayla.

“Jadi aku sewa saja berondong, sesama artis tapi yang tidak terkenal, yang kira-kira sesuai denganku. Kami berakting mesum, kami cari waktu agar bisa ketahuan olehnya. Kukira dia akan introspeksi. Aku ingin dia tahu, bukan hanya dia yang bisa selingkuh. Aku juga masih cantik loh, aku cari berondong juga pada mau. Lah... dia malah menalakku.” Kata ibuku.

“Tapi... kalimatnya bagaimana?” tanya Kayla.

“Katanya : ‘Kalau begini caranya, kita berpisah saja’. Itu kan sudah dihitung talak?” Kata ibuku.

“Kalian masih tinggal bersama?” tanya Kayla.

“Beda bangunan.”

“Dia masih mengakui ibu sebagai istrinya?”

“Untuk kepentingan pinjaman Bank dan pembelian aset. Ya. Masih ada namaku di kolom istri.”

“Dan ani-aninya... ibu kenal?”

“Ganti-ganti.”

“Hm...”

Lalu suasana hening.

“Kok kamu diam saja, pendapatmu bagaimana?” desak ibuku ke Kayla.

“Eh? Kupikir aku hanya sebagai pendengar, Bu.”

“Aku butuh solusi.”

Kudengar Kayla menghela nafas.

“Ibu, satu-satunya yang kusesalkan di dalam pernikahanku, aku tidak mampu dan dibatasi dalam memberikan pendapat. Aku memiliki pemikiran untuk kebaikan suamiku tapi tidak ada yang mau mendengarkan. Sementara ibu memiliki semua itu, tapi tidak digunakan semaksimal mungkin. Sayang sekali loh bu.” Kata Kayla.

“Maksudnya?”

“Yang penting bagi laki-laki adalah pinggang ke bawah, yang penting bagi perempuan adalah pinggang ke atas. Seringkali, ibu, ada posisi yang membuat laki-laki tidak nyaman saat bercinta, yang membuat ia tidak bisa ‘keluar’. Kalau tidak bisa ‘keluar’ ia akan stress sepanjang hari, bisa sampai sakit kepala. Karena itu wajar kalau ia ingin gaya berbeda dalam menyatukan tubuh.”

“Kenapa ia bisa tidak keluar? Terlalu banyak main cewek kali jadi kebas!”

“Hehe, kata kuncinya, kalau di rumah istri memuaskan, dia tidak akan main cewek. Kecuali dia memang sakit mental.”

“Kamu mau bilang kalau itu kewajibanku?!”

“Betul.”

“Aku kan menikah dengannya bukan semata-mata karena masalah seksual.”

“Mohon maaf, tapi laki-laki dari Mars. Memang bagi perempuan tidak masuk diakal. Tapi bagi laki-laki hal itu penting. Ibu tahu tidak, saat kita beli bedak yang harganya di atas 5ribu, laki-laki bilang itu tidak masuk akal.”

“Itu sih keterlaluan! Bedak 5ribu kan tidak worth it, terbilang tak layak itu sih! Memangnya tepung?!”

“Sama saja bu dengan bercinta. Wanita bilang tidak penting, lelaki bilang itu yang paling penting daripada uang. Coba diskusikan dengan suami. Bercinta secara Oral tidak dilarang agama kok bu, hukumnya makruh, dengan syarat harus bersih dari mani. Saya akan berikan tips agar ibu tidak terlalu capek saat melakukannya. Karena kalau posisi rahang dan lidah tidak tepat, ibu sendiri yang akan capek. Juga posisi tangan kita saat memijat juga harus tepat, genggaman mengarah ke atas. Temponya juga tidak bisa terburu-buru. Sambil melakukannya, tatap mata kekasih kita. Biasanya kurang dari setengah jam sudah keluar.”

Astaga... aku malah jadi tegang...

Aku pun beranjak dan memutuskan untuk tidak lagi mendengar obrolan mereka.

Yang penting aku sudah tahu duduk masalah pertengkaran ayah dan ibuku.

Lima menit lagi aku bertahan di sana, bisa-bisa aku keluar tanpa dikocok.