Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?
Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10 - Dolphin Ring
Andre menatap putrinya yang duduk bersebrangan dengannya. Bella membawa secarik kertas yang berisi permohonan untuk mengikuti pelantikan pecinta alam di gunung salak.
Ia berharap mendapatkan sebuah tanda tangan dari orang paling penting di Brawijaya. Apakah kali ini Bella dengan mudah mendapatkannya!? Kita tunggu part 2... Engga Deng boong 🤣
Dengan wajah memelas Bella memohon pada Andre. "Please, Pih. Kasih Bella izin ikut acara pelantikan ini."
"...." Andre terdiam sambil menatap tajam putrinya.
"Bella janji, Bella akan jaga diri. Gak seperti pendakian sebelumnya," lanjutnya.
Andre mendesah pelan. "Masalahnya mental kamu saja lagi down, Isabella. Kamu habis putus dengan Pratama. Papi khawatir kalau disana kamu akan sering melamun."
"Janji deh ... Bella fokus kali ini ..." ucapnya lirih.
"Pokoknya Papi gak akan izinin. Terakhir kamu ke gunung apa itu yang angker?"
"Ceremai, Pih!"
"Iya gunung ceremai. Itu saja harusnya kamu cuma 3 hari di atas, kan? Gak tau nya seminggu. cuma gara-gara kamu kesasar ngikutin cowok yang katanya mirip micin."
"Jimin, Pih. Jimin BTS!" ralat Lisa sambil terkekeh idolanya di panggil micin.
Bella bertatapan mata dengan ibu tirinya yang mengisyaratkan Bella untuk mengalah dulu, biar nanti dia yang akan membujuk Andre agar memberikan izin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Izinin aja, sih Pih. Masih di Jawa Barat ini. Nanti mama minta saudara mama, buat pantau Bella disana. masih sekitaran Bogor - sukabumi, kan?"
"Tapi Mah, kamu gak ingat, seminggu Bella hilang gimana stress nya aku? Sampai-sampai meeting dengan klien di Singapura aku cancel untuk mengerahkan tim SAR mencari dia. Untung aja Pioneer mau bantuin handle perusahaan Papi saat itu dan mau membantu mencari Bella di ceremai," ucap Andre.
"Waktu itu, Bella pergi nya bukan sama orang yang berpengalaman, kan Pih? Mama takutnya, Bella minta tanda tangan ke Mbak Anna, Pih. Nanti kamu malu sama Mas Adi, dikira gak becus jaga anak. Hubungan aku dengan Mbak Anna semakin merenggang nanti."
Andre menurunkan tabletnya dan menatap Inah dengan lekat. "Kamu bener Mah, Bella bisa nekat minta izin ke mereka. Makin renggang aja nanti hubungan Papi dan Bella. Papi pertimbangan lagi permintaan Bella."
Alunan live music dari cafe favorit mereka, menggema di setiap sudut ruangan. Baik indoor maupun outdoor. Bella dan teman-temannya menikmati cemilan mereka di salah satu meja outdoor.
"Bell, Jumat ini Lo mau ke salak ya?" tanya Intan.
Bella mengangguk. "Tapi gak tau, aku boleh ikut atau engga. Kayanya sih engga." Bella tersenyum kecut
Bella bernyanyi dengan nada kecil mengikuti sang vokalis yang sedang bernyanyi di panggung.
I wish I was special...
You're so fucking special...
But I'm a creep...
I'm a weirdo...
What the hell am I doing here?...
I don't belong here...
"Oiya gimana kabar kamu, Bell?" tanya Hera dengan nada khawatir.
"I am fine. Everything its ok. Seperti yang kalian lihat saat ini. Aku masih bisa tersenyum," Jawab Bella dengan senyum indahnya untuk menutupi rasa sakit hatinya.
"Kita pikir kamu masih di kamar terus nangis-nangis sambil liatin foto masa-masa kalian pacaran," tebak Hera sambil tertawa.
"Itu dulu ... waktu dia selingkuh sama Sasa, Merlin, Aiko ... Pacaran sama dia tuh aku terlatih sakit hati, Her!"
"Jadi selama ini dia berkali-kali selingkuhin Lo, Bell? Dan Lo selalu maafin dia?" tanya Intan kesal.
Bella mengangguk sambil meringis. "Goblok nian sahabat gue yang satu ini. Pokoknya kali ini, Lo gak boleh balikan lagi sama si bre ngsek, Tama. Kalau Lo balikan sama dia, persahabatan kita sampai disini!" kesal Intan.
Bella terkekeh, "Iya ... Iya ... Kali ini aku gak bego kok. Aku udah putusin dia kemarin lusa. Ya ... Meskipun setelah ini aku gak bisa sering-sering ketemu Ayah dan Ibu."
Hera menggenggam tangan Bella dengan hangat. "Aku yakin, kamu bakal bahagia setelah ini, Bell," ucap Hera dengan yakin sambil menatap lekat ke salah satu tempat.
"Tau dari mana Lo? Macam dukun aja bisa meramal," Tawa Intan.
Robi menatap Hera lekat dan mengikuti arah pandang gadis itu. "Pioneer!" ucapnya kaget.
Hera yang sedang menatap panggung live music seketika tersenyum dan berpindah menatap Bella.
"Itu your Hero, Bell. Dia yang selamatkan kamu waktu di Mall. Ternyata dia kenal kamu, kok bisa Bella?" tanya Hera antusias.
"Itu Danu teman SMP gue dan Tama," sahut Robi, "Rival basket gue dan Tama juga, sekarang," lanjutnya.
"Dia senior aku di sekolah, Ra. Dia juga senior aku di ekskul pecinta alam," pungkas Bella.
Robi menatap Bella lekat. "Sebelumnya, Lo dan Danu pernah saling kenal ya? Waktu kita SMP dulu, kita satu sekolah loh, Bell," tanya Robi menyelidik.
"Danu ... Danu ...." Bella merapal nama itu sambil menggeleng-gelengkan kepala dan mencoba mengingat sesuatu. Ia juga memutar-mutar cincin dolphin bermata diamond di jari manis kirinya.
"Gue gak pernah denger, emang ada temen Lo yang namanya Danu dulu, Bi?" tanya Intan pada Robi.
"Dia jago basket di Cendrawasih, dulu. Nah, dia juga murid pindahan. Pas kelas 3 dia masuk cendrawasih, padahal sebelumnya dia di Alexandra School bareng teman-temannya sekarang. Dia terkenal kok di angkatan gue, karena ya ... Ganteng dan modis. Bikin para siswi berfikir Dia tajir."
"Masa sih, Bang? Kok aku gak pernah tau ya?" ujar Bella sekali lagi.
"Jelas lah gak tau. Di mata Lo, otak dan hati Lo kan saat itu cuma ada seekor Tama," canda Intan.
"Wajar kok kalau Lo gak tau. Dia biasa pakai nama Kanu. Singkatan dari nama depannya, Kamandanu. Bukan Danu seperti sekarang ini!"
"Hah... KANU!" pekik Bella. Ia langsung menatap Danu yang masih berada di panggung bersama teman-temannya, membawakan salah satu lagu Ada Band dari album Romantic Rhapsody - 1001 cara.
Kanu, laki laki yang sudah menyelamatkan dia waktu di sekap di gudang sekolah oleh Sasa. Kanu... nama yang tidak asing.
Danu mulai bernyanyi membawakan lagu dari salah satu band yang menjadi favorit cafe ini.
Aku setia menunggu semua berkembang di hati...
Bukan tanpa sebab bila nanti...
Cinta putihku tak terbalas...
Berbahagia karena cinta tumbuh wangi...
Di Hatiku walau tak harus miliki...
Danu benar-benar membawakan nya dengan lembut dan santai namun tatapannya tajam dan dingin bahkan auranya pun pekat sekali.
Suaranya memang tidak se-sexy Dony Sibarani sang vokalis aslinya. Namun cukup enak di dengar. Tidak merusak telinga apalagi sampai terbawa menjadi mimpi buruk.
Setelah selesai, Danu turun dari panggung cafe bersama teman-temannya yang lain. Sepertinya mereka memang sering mengisi cafe ini disaat tidak banyak pengunjung yang datang. Terbukti dari para karyawan cafe yang mengobrol dengan mereka.
"Hai Nu! Masih eksis band Lo ya? Salut gw," sapa Robi saat Danu dan teman-temannya melewati meja Robi.
Danu menolehkan kepalanya menatap seseorang yang menyapanya. "Hai Bi, iya nih, hobi anak-anak aja. Gue cuma ngikut-ngikut. Sama siapa kesini? Bokin?" tanya Danu dengan ekspresi serius. padahal Robi memberikan senyum ramahnya.
"Iye, biasa ... gue nongkrong disini sama Adek-adek gue," sahut Robi sambil mempersilahkan Danu dan teman-temannya duduk bergabung.
"Idih gue gak mau ya jadi Adek Lo!" balas Intan.
"Iya ... iya sorry sayang. Gw kesini sama istri gue Nu, dan ini teman teman nya!" ralat Robi pada Danu sambil tertawa kecil. Sedangkan Danu hanya mengangguk.
Mendengar itu sontak semua tertawa, kecuali Danu. Pandangannya hanya fokus pada gadis di depannya yang ikut tertawa bersama teman-temannya.
Intan yang di ledek hanya memanyunkan bibirnya sambil gerutu yang tidak terdengar jelas di telinga mereka.
"Jadi kamu Kanu, ya?" tanya Bella ketika ia beradu pandang dengan manik gelap milik Danu.
Danu terkejut ketika Bella memanggilnya dengan nama kecilnya itu. Nama yang sudah tidak ia gunakan semenjak memasuki sekolah menengah atas.
Gadis cantik bermata bulat dan berbibir tipis itu menatap Danu dengan lekat. Ia menatap manik mata gadis itu seolah ada rasa haru dan kaget secara bersamaan. Ada rasa aneh yang danu rasakan saat setiap kali menatap manik mata milik Bella.
"Nu ... Lo di tanya itu!" tegur Kenzo sambil menyenggol lengan Danu.
Danu tersadar dari lamunan nya. "Iya, Bell. Bagaimana kamu tau nama Kanu?"
'Apa dia mengingat hari itu? Hari dimana aku menemukannya di gudang sekolah dengan tubuh yang gemetar dan baju yang kotor dan basah. Atau... Jangan-jangan dia ingat...'
Bella tersenyum manis sambil menatap Danu. "Terima kasih ya Kak Kanu ... Ehm ... Kak Danu," ucap Bella bingung ingin memanggil Kamandanu dengan panggilan yang mana.
"Sama-sama Bell, kayanya hari ini kamu banyak banget say thanks ke aku. Tapi, Kali ini aku gak melakukan apapun, Bell," ucap Danu dan tersenyum lembut untuk Bella. Teman-teman Danu menatap Danu heran.
'Seorang Danu tersenyum untuk perempuan?' mereka harus party setelah ini. Lirik Kenzo ke teman-temannya yang lain dan mendapat anggukan dari Panji dan Adrian.
"Aku belum sempat bilang terima kasih, waktu dulu Kak Kanu tolongin aku. Kak Kanu ingat, gak? pernah tolongin aku, pas aku di kunciin di gudang kosong sekolah? SMP Cendrawasih!"
Danu mengangguk dengan senyum tipisnya. "Aku ingat!"
"Bagaimana aku lupa, kondisi kamu saat itu mengkhawatirkan. Apalagi setelah kejadian itu kamu gak masuk sekolah lebih dari seminggu," lanjutnya.
Bella membulatkan matanya. "Kak Danu juga tau, aku sampai gak berani masuk sekolah?" tanya gadis itu terkejut, wajah terkejutnya membuat Danu gemas.
"Tunggu ... Tunggu ... Lo di kunciin di gudang? Pas SMP? Kok kita gak ada yang tau? Bagaimana ceritanya Lo bisa disana?" cecar Robi.
Gadis berwajah oriental di samping Bella menatap Bella meminta penjelasan. Lalu Bella mulai menjelaskan kepada teman-teman nya alasan ia bisa berakhir di dalam gudang.
"Bang Robi Ingat Sasa, kan? Primadona Cendrawasih?" tanya Bella menatap Robi.
Robi mengangguk mantap. Sasa merupakan anak pemilik yayasan Cendrawasih yang saat itu paling populer di angkatannya karena suka merundung dan berdandan glamor.
"Dia labrak aku, katanya saat itu dia dan Tama memiliki hubungan khusus. Dia marah sama aku karena Tama repost foto kami. Dia merasa aku merebut Tama dari dia, padahal aku memang pacar Tama saat itu." Bella terkekeh pelan lalu meminum milkshake nya.
"Terus?" Intan meminta Bella untuk melanjutkan ceritanya.
"Dia ... Ahh ... Mereka lebih tepatnya. Mereka seret aku ke gudang kosong. Mereka ... " Bella menjeda kalimatnya.
Gadis itu gugup saat ingin melanjutkan ceritanya. Terlihat saat dia malah sibuk memainkan cincin yang ia kenakan.
Intan hapal dengan kebiasaan Bella yang akan memainkan cincin dolphinnya ketika gadis itu cemas.
Danu tersenyum miring memperhatikan Bella. Ingin rasanya ia memeluk gadis itu, Memberikan sedikit ketenangan.
Namun dia bukan siapa-siapa bagi gadis itu. Dia hanya seorang baji ngan aneh yang kebetulan menjadi pahlawan untuk gadis itu.
"Terus mereka robek-robek seragam Lo? Dan basahin tubuh Lo pake air kotor? Jadi bener kan ucapan gue?" tanya Intan gemas.
"Jadi beneran Lo di bully waktu itu, gue udah curiga waktu temen sekelas gue cerita tentang Lo. apalagi Lo gak masuk seminggu alasannya tipus?" lanjut Intan bertanya.
Bella mengangguk dengan senyum tipisnya. Hal yang memalukan untuk ia ingat. Saat itu kondisinya bener-bener memprihatinkan.
Bahkan seragam Bella tersingkap semua dan menyisakan bra nya yang hampir lepas karena di gunting Sasa dan teman-temannya.
Untung saja Danu datang dan menutupi tubuh Bella dengan seragamnya yang oversize untuk Bella. Danu juga yang membawa Bella ke UKS dan membawa gadis itu pulang.
Semenjak itu Bella menjadi pendiam dan pasif. Bahkan Bella lupa dengan orang yang menolongnya. Ia hanya mampu mengingat nama Kanu. Nama yang lelaki itu sebutkan.
"SHIT ... .Emang baji ngan si Tama. Dia bener-bener Penjahat kelamin. Dia selalu bilang ke gue dan Saga, kalau udah putus sama Lo. Makanya gue dan Saga gak curiga kalau dia bawa cewek beda-beda setiap tanding basket."
"Engga, aku gak pernah putus nyambung dalam waktu yang lama sama dia. Kalau perang dingin, sering. Jadi selama ini Tama gak mengakui aku, hah." Bella tersenyum miring, tentu kalimat terakhir ia ucapkan dalam hati.
"Tapi sekarang putus beneran, kan?" tanya Danu memastikan.
"Putus beneran Kak. Gak ada putus bohongan," Tawa Bella.
"Bagus," ucap Danu sambil tersenyum menatap Bella.
"Abis ini gue sama yang lain mau geser ke club. Mau celebration. Lo mau ikut gak Nu?" tanya Panji.
"Engga, gue belum cukup umur masuk ke club!"
Seketika teman-teman Danu melongok tak percaya dengan jawaban Danu yang menurut mereka aneh.
"Kan club nya punya --"
Danu langsung menatap Panji dengan wajah seriusnya dan Panji paham maksud tatapan Danu.
"Oke ... Kita aja kalau gitu. Yuk Ian, Ken!" ucap Panji sambil berdiri. "Kita pamit ya. Titip temen gue yang scoundrel ini. Jangan di senggol pokoknya. Nanti katana melayang!"
Robi dan yang lainnya hanya tertawa menanggapi ocehan Panji. Sedangkan Danu, menatap malas pada teman-temannya.
"Kayanya ada yang baru jadian, nih!"
Tiba tiba ada suara lain yang datang menghampiri meja mereka setelah teman-teman Danu menghilang dari pandangan mereka.
Ternyata itu Tama dengan kekasih barunya. Bella memperhatikan mereka berdua yang datang bak jailangkung. Datang tak di jemput, pulang minta nebeng.
"Ada suara, gak ada wujud?" ujar Intan.
"Kentut kali ahhh," timpal Hera yang sedari tadi bergelayut manja pada Bella.
"Pantes ... bau busuk!" sahut Robi dengan nada ketusnya.
"Kayanya lagi pada ngerayain jadian, ya? Kamu dan Kak Danu jadian, Bell? Waahhh congratulation ya," ucap Frilly heboh.
Tama hanya menatap tajam Bella dan teman-temannya yang lain. Tidak ada yang menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut Frilly.
"Cewek berisik," celetuk danu yang dari tadi diam, memperhatikan Tama dan gadis selingkuhannya yang ternyata mengenal Danu.
"Jaga sikap Lo, banci Lo lawan perempuan?" hardik Tama Yang tak terima dengan ucapan Danu.
"Wait ... kamu bilang dia banci?" tanya Bella pada Tama sambil jarinya menunjuk Tama dan Danu bergantian.
"Iya dia laki-laki tapi beraninya menyerang perempuan, laki-laki mulut usil."
"Lo bilang gua banci? Yang abis selingkuhin cewek siapa? Yang dateng-dateng langsung bacot siapa? Lo gak di undang, man! Emang kenapa kalau gue jadian sama Bella? Masalah? Kalian udah putus, kan?" cecar Danu.
"Hey... sadar diri, Tam. Lo dan cewek Lo manusia yang gak tau malu. Yang banci itu cowok yang gak bisa memegang omongan nya sendiri dan bermain belakang dengan perempuan lain. Bahkan banci pun najis disandingkan dengan Lo, iblis berwujud manusia!" hardik Robi yang ikut membela Danu.
"Kalian belum terima, ya? Kalau Bella putus dengan Tama? Kalian gak perlu menghina Tama seperti itu, apalagi kamu, Bang Robi. Kita kan teman dari kecil. Kami kesini juga gak tau kalau kalian juga ada di sini," ucap Frilly menengahi perdebatan ketiga lelaki itu.
"Bener-bener gadis bermuka dua!" gumam Hera.
"Gadis you said? Dia udah bukan gadis," ejek Intan dengan suara lantangnya sehingga membuat Frilly menarik Tama agar menjauhi tempat itu.
Tubuh Bella bergetar entah menahan emosi atau menahan tangis. Danu melepaskan coat hitamnya dan ia berikan untuk menutupi tubuh Bella.
Bella yang terkejut dengan perlakuan Danu, seketika menatap lelaki itu. "Jangan Kak. Nanti Kak Danu kedinginan."
"Aku berdarah panas. Tenang aja. Ayo, kamu aku antar pulang."
"Tapi ... Tadi aku kesini sama Bang Robi. Gak en-"
"Bang Robi mau anter gue dulu, Bell." potong Intan cepat.
"Aku sama her-"
"Mike ... Aku pulang sama Mike, Bell!" Hera memotong kalimat Bella dan menunjukkan ponselnya yang sudah tersambung dengan Mike, kekasihnya.
"Gue titip Bella sama Lo, ya Nu. Lecet sedikit gue abisin markas Pioneer!" ancam Robi
Danu mengangguk santai.
"Kita balik dulu ya," pamit Danu.
"Sip, hati-hati ya kalian," balas teman-teman Bella serentak.
Mereka berjalan menuju parkiran mobil. Danu membukakan pintu mobilnya dan memasangkan seat belt untuk Bella. Perlakuan yang manis bagi Bella namun ia segera mengenyahkan pikiran itu.
'Jangan baper Bella!' monolog nya.
Saat Danu ingin memasuki mobilnya. Ia menangkap siluet seseorang di belakangnya dan saat ada sebuah tangan menarik bahu kirinya, segera ia menarik tangan itu dan ...
TBC
kepanjangan euy aku ngetiknya buat bab ini. Semoga kalian gak lelah membacanya ya guys ya.
Aku sayang kalian 🫰🏻 jangan lupa komen dan likenya.