"Syifa saya bilang turun sekarang"
"nggak mau Gus gue belum puas makan mangganya, kan kata Gus nggak boleh buang-buang makanan ntar mubazir "ucapnya tak peduli dengan tatapan seorang pria di bawah sana .
"mau turun atau saya cium "
para santri mendengar itu langsung kaget mereka tak menyangka gusnya ternyata sangat so sweet ini terhadap istrinya.
"hah" mata gadis itu melotot tajam
"bugh"
"auwsshhh "ringis gadis itu saat melompat dari pohon akibat mendengar ancaman gusnya syifa syeena queenza Abimanagadis cantik dan super duper bar-bar Dia terpaksa harus menikah dengan seorang gus tampan
akankah suaminya dapat merubah sifat keberbaran istrinya dan dapat meluluhkan hatinya
kalau mau lanjutannya yuk! langsung join 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALFI MARTIS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"HAHAHA MAKANYA JANGAI MAIN MAIN SAMA GUE, HAHAHAHAHA.....
"Ada apa ini?"
"Hah."
Semua orang langsung terdiam melihat kedatangan seorang Gus. Tapi berbeda dengan Syifa dia masih saja tertawa terbahak bahak.
"Hahahahahhaah.....
"KAMU DIAM." ucap Gus itu yang terkenal dengan ketegasannya. Syifa langsung menatap ke arah sumber suara.
"Ustad? Ohh maaf ya." ucap Syifa santai seperti tidak terjadi ара ара.
"Santri baru tapi sudah bikin rusuh saja." gumam GUs Raffi yang di kenal dengan Gus killer. Beliau juga tak kalah tampan dari Gus Alwi. Intinya beliau adalah Pria kedua yang menajadi penganggum para santriwati. Gus Rafgi adalah seorang anak kyai dari pesantren Al- Fattah. Tali beliau ingin menjadi seorang Ustad di pesantren sahabat dari Abinya.
"Kaliam berdua ikut saya." ucap Gus Raffi kepada Syifa dan Andik yang menjadi biang masalah nya.
"Ustad kok gue? Ini kan penyebabnya sih gadis bar bar ini." tunjuk Andik nggak terima.
"Jangan membantah."_ ucap Gus Raffi.
"Gue sih, nggak Papa deh di hukum, hitung hitung olahraga lah." ucap Syifa lantang, semua orang menahan nafas, Syifa tidaktau saja bagaimana Gus Raffi kalau menghukum santrinya. Sedangkan Gus Raffi langsung tersenyum kecil. Ini pertama kalinya ada yang senang dengan hukamannya.
"Eh Kak Fatim, Gue manggilnya Kak Fatim aja ya? Ini gue minta tolong bawain koper gue ke kamar gue." ucap Syifa memberikan kopernya kepada Fatimah. Sedangkan Fatimah tidak bisa berbuat apa apa. Karena pernikahan Syifa di rahasiakan.
Syifa dan Andik berjalan di belakang Gus Raffi. Sambil saling melempar tatapan tajam.
"Apa lo." ucap Syifamenantang.
"Cih."
"Bilang aja lo suka kan sama gue?" teriak Syifa pada Andik yang terus menatapnya tajam.
"Ck, jangan sok sokan cantik, Monyet gue aja lebih cantik dari pada lo." ucap Andik membuat Syifa marah karena di samain dengan monyet.
"Heh lo bilang apa tadi. Mau gue lempar lagi tu mulut pake sendal gue yang ada krimnya ini hah." ucap Syifa yang berniat mengambil melepaskan sendalnya.
"Heh lo jadi cwek jorok amat."ucap Andik
"Lo tuh yan.....
"KALIAN BISA DIAM TIDAK."
ucap Gus Rafij yang sejak tadi telingannya sudah penuh denganocehan kedua santri barunya ini. Mereka pun langsung diam. Kini mereka terus berjalan hingga sampai ke tempat di mana ada sebuah pohon mangga yang besar. Dengan banyaknya daun kering di bawahnya. Syifa langsung takjub jika saja di animasi. Mungkin matanya sudah berubah kuning dan hijau, senada dengan warna buah itu.
Gus Raffi yang sekilas melihat ekspresi Syifa yang kaget di buat lucu. Beliau berfikir jika gadis ini tidak menyangka dengan banyak daun di bawah pohon itu.
"Kalian, bersihkan daun daun kering ini." ucap Gus Raffi.
"Okey lah Gus, Gue siap." ucap Syifa memberi hormat lagi dan lagi membuat Gus Raffi terperangah beliau mengirah Syifa akan protes, Tapi ini malah kebalikannya.
"Okey kalau begitu saya mau
melihat tempat ini sebersih bersihnya, Assalamualaikum Wr. Wb..." salam Gus Alwi dan langsung meninggalkan tempat itu di mana ada Syifa dan Andik. Dan juga ada para santri yang juga berada di sekeliling mereka tapi sedang melakukan pekerjaan mereka masing masing. Jadi mereka tidak akan berduaan saja.
"Waalaikumsalam Wr. Wb."
"Waalaikumsalam Wr. Wb."
"Eh, Syifa kenapa lo manut manut saja. Lo pikir ini bisa di selesain dengan gampang? Lo lihat saja gimana tebalnya dedaunan itu ." protes Andik.
"Kenapa, nggak mampu? Cuih jadi laki kok banci." ledek Syifa.
"Eh gue nggak banci ya, gini gini gue mant..
"Mantan apa, mantan preman ?" ledek Syifa.
"Serah loh deh, Tapi yang pasti gue nggak mau ya, tangan gue kenah sampah seperti itu. Kan lo tau gue ini orang kaya." sombong Andik sudah sepertih cewek saja.
"Kalau begitu lo pergi sana. Biar gue yang bersihin, karena gue enek lihat wajah lo." ucap Syifa dan itu membuat Andik senang bukan main. Dia pun langsung berjalan pergi setelah berterimakasih pada Syifa.
Syifa langsung menajalankan tugasnya. Tapi bukannya membersihkan dedauanan kering, tapi menaiki pohon mangga yang besar itu. Dia sudah tidak tahan menyicipinya. Karena pohon mangga itu berada tepat di perbatasan antara tempatnya Ikhwan dan Akhwat. Bahkan dahang dahangnya sampai menyentuh lantai dua kelas Ikhwan.
Syifa terus memanjat hingga tidak sadar jika dia sudah berada di paling atas pohon mangga itu. Bahkan dia bisa lihat langsung proses belajar mengajar di lantai dua kelas Ikhwan.
"Wah, ini pertama kali gue lihat mangga kuning begini ni, pasti enak nih." ucap Syifa membersihkan mangga berwarna kuning di baju panjangnya. Karena sekarang dia memakai gamis jadidia mengikatnya di pingganya. Dan celana panjang kulotnya terpampang dengan jelas.
Syifa terus makan bahkan sudah hampir 5 buah apalagi ukuran mangga itu sangatlahbesar. Poho mangga di buat gerak gerak karena aksinya yang sudah seperti monyet. Dia sangat tidak suka dengan monyet. Eh malah dia yang seperti monyet.
"Maaf Gus menyelah." ucap seorang Santri.
"Ya ada apa?" tanya Gus Alwi.
"Itu Gus, kaya ada orang deh, di pohon mangga itu, Soalnya gerak sejak tadi."
"Mungkin burung kali, mana mungkin ada yang manjat pohon sampai setinggi itu. Ihh ngeri."
ucap temannya yang tidak percaya. Semua orang pun setuju dengannya, mana mungkin ada orang yang rela memanjat pohon besar itu.
Gus Alwi pun mengikuti pandangan santrinya itu. Saat di lihat dengan jelas. Gus Alwi langsung di buat membeku di tempat, Tangannya mengepal menahan amarah yang siap meledak, Beliau berjalan ke arah jendela.
Ingin memastikan lagi. Dan di sana terlihat dengan jelas Syifa duduk di batang pohon yang memanjang, dengan memangku kakinya santai sambil memakan buahnya.