Ainun mengorek sampah karena itu memang pekerjaan nya setiap hari sebagai pemulung, namun pagi ini dia merasa seperti ketiban rezeki yang sangat besar karena menemukan koper bagus.
"MAYAAAAAT....
koper tersebut berisi potongan mayat seorang gadis, lebih parah nya lagi gadis itu berasal dari desa Bakti Reso, desa mereka sendiri dan dia adalah anak Tuan tanah di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Clara
Clara masuk kedalam kamar nya karena begitu pusing sekali mendengar suara yang menangis tiada henti, mana masih ngidam juga sehingga kena bau sedikit saja sudah membuat dia sangat pusing sekali. ngidam dan juga kesedihan nya bercampur menjadi satu, suami nya meninggal dan juga semua bercampur aduk dalam hati wanita cantik ini.
Anak yang ada dalam kandungan tidak sempat melihat bagai mana rupa sang Ayah karena Razi sudah keburu meninggal dunia, kehebohan terus terjadi di dalam keluarga ini karena anak anak yang menjadi korban nya sekarang. entah siapa yang sudah memulai perang ini, yang jelas pasti ada yang ingin berbuat jahat.
Kematian para anak Tuan Tomo juga bisa di bilang tidak wajar, Sukma meninggal di potong potong dan di masukan kedalam koper lalu di buang dalam bank sampah. menyusul pula kemudian Razi yang meninggal di kebun kacang panjang sana, bagian perut sampai dada bolong karena organ dalam di ambil oleh sang pembunuh.
Tuan Tomo saja sudah terdiam tak bisa mau berkata kata lagi sangking sedih dan terpukul nya hati pria ini, anak sulung dan anak bungsu lah yang sudah jadi korban kejahatan oleh orang yang belum mereka kenal. banyak warga yang berbisik bahwa ini bisa saja ulah Pak Lurah lama yang bernama Eko, sebab dia sudah di rencanakan turun.
Warga banyak yang mendukung Tomo untuk naik jadi kepala desa saja, selain kaya dia juga baik orang nya dan masih sehat sera sempurna. sedangkan Eko agak pincang karena pernah jatuh dari pohon kelapa, nama nya warga maka sudah pasti akan ada julid nya walau pun laki laki.
"Hueeek."
Clara muntah juga pada akhir nya karena tidak kuat mencium bau wewangian dan juga pikiran yanh sangat berat, semua orang menduga bahwa Clara sudah pasti sedang sangat terpukul atas meninggal nya sang suami. bila Sukma mungkin dia tak akan seberapa parah, tapi kali ini suami nya.
"Jangan terlalu di pikirkan." Reno memijat tengkuk Kakak ipar nya.
"Aku tidak kuat mencium bau wewangian itu." jawab Clara lemas sekali.
"Kasihan anak kita, aku tidak ingin terjadi apa apa." Reno mengelus perut nya Clara.
"Dia tak akan apa apa, aku akan menjaga nya dengan baik." Clara tersenyum lebar.
"Razi sudah meninggal, ini pertanda dari tuhan bahwa kamu memang jodoh ku!" Reno mencium kening mantan kekasih nya.
"Katakan padaku bahwa itu bukan kamu pelaku nya, Bang?" Clara menatap Reno serius.
"Gila kamu! mana mungkin aku berani, lagi pula aku sejak dia berangkat ada di rumah." Reno berseru kaget dengan tuduhan Clara.
Clara mengusap wajah nya kasar karena sekarang suami nya malah mati juga menyusul Sukma, entah siapa yang sudah membunuh nya karena dia pun tidak bisa mau menebak. ada rasa senang dan ada juga rasa sedih karena biar bagai mana pun dia sudah jadi istri nya Razi, walau sebelum nya karena terpaksa.
"Kenapa kamu sedih, bukan kah bagus bila Razi meninggal?" Reno menatap wanita yang ia cintai itu.
"Bagus tapi kematian bukan solusi nya, Bang! aku ingin pisah baik baik, bukan dengan cara kematian begini." Clara mengusap air mata nya yang jatuh berderai karena mengingat Razi yang baik pada dia.
Lagi pula bila tidak ada Razi maka sudah pasti Clara akan malu bukan main, sejak kandungan nya berumur empat minggu saja dia sudah tau dan meminta Reno untuk tanggung jawab atas janin yang ada dalam perut nya. namun Reno malah lari karena takut, Razi lah yang jadi tumbal sehingga menikahi Clara.
"Di mana otak kalian? Abang ku baru meninggal dan kalian sibuk pacaran di sini." bentak Melisa yang memergoki mereka berdua.
"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Sa! aku hanya sedang menenangkan Clara saja." elak Reno.
"Tidak usah mengelak, dasar wanita murahan!" Melisa mendengus kesal sembari melirik Clara yang terdiam.
"Jaga bicara mu, Melisa!" bentak Reno yang tidak terima.
"Apa yang perlu ku jaga? wanita ini memang murahan, dia hamil dengan mu tapi menikah dengan Abang." bentak Melisa tak mau kalah.
"Itu salah ku, kau tidak perlu menyalahkan Clara!" sentak Reno tetap membela kekasih nya yang cuma diam.
"Kalian semua salah! sudah begini tak ada lagi yang bisa di salahkan, kau adalah masalah utama nya di sini." Melisa menunjuk wajah Reno.
"Di mana otak kalian, kita sedang berduka dan kalian masih ribut saja!" bentak Delisa yang mendengar pertengkaran mereka, sehingga bisa saja nanti di dengar oleh para tetangga yang datang.
Sontak Reno dan Melisa langsung diam karena sadar bahwa mereka sudah membuat keributan, sedangkan orang tua mereka saja masih sibuk berduka karena Razi dan Sukma sudah meninggal begini. beberapa tetangga sibuk menyumpal perut Razi agar tidak mengeluarkan darah terus, kalau Sukma sudah tidak lagi karena darah nya sudah habis.
...****************...
"Maaaakkk, aku tidak sanggup kehilangan anak dua." rintih Bu Dian dalam pelukan nya Mak Ratih.
"Ini memang berat, Bu! tapi yakin lah bahwa Allah akan memberikan mereka tempat yang terbaik." hibur Mak Ratih.
"Aku mau sama mereka saja, Razi pamitan nya mau memanggil Pak Rt tadi. tapi kenapa dia malah di bunuh juga?" Bu Dian meraung keras.
"Istigfar, sebut nama Allah ya." bujuk Mak Ratih.
"Huaaaaa...anak kuuu!" pekik Bu ratih kian menjadi.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar." bisik Mak Ratih.
"Allah kejam padaku, kenapa anak ku di ambil dua dua nya dengan cara yang kejam?!" teriak Bu Ratih tidak bisa tenang.
Lagi pula memang Ibu mana yang bisa tenang bila kehilangan anak dua dengan cara yang tidak bagus juga, andai kan sakit mungkin masih ada rasa sedikit ihklas. ini meninggal nya karena di bunuh, cara membunuh nya pun sangat tidak manusiawi sekali sehingga siapa pun yang melihat nya akan jatuh pingsan.
"Ini malam kan juga masih panjang, mau istirahat dulu ya." ajak Mak Ratih.
"Tidak usah, aku mau menemani kedua anak ku." tolak Bu Dian memeluk tubuh Sukma yang di tutup kain putih.
"Boleh kalau mau istirahat di sini, tidak apa apa kok." Mak Ratih membaringkan tubuh Bu Dian juga.
"Ya Allah, Nak! Ibu baru mau membelikan mu baju, belum kamu pakai kan." Bu Dian mengusap kepala anak nya.
Mak Ratih juga meneteskan air mata karena sesih melihat dan juga mendengar ucapan Bu Dian barusan, begitu lara hati nya karena si bungsu dan juga si sulung sudah pergi menghadap tuhan.
salah satu di antaranya atau ke duanya 🤔
tapi nanti takut salah,mlah bukan ke 2nya,,,kasihan yg di tuding 😁😁😁