WA 089520229628
Sebuah kisah tentang seorang istri yang dikhianati suami juga sahabat baiknya sendiri. Yuk mampir biar karya ini ramai kayak pasar global.
Karya ini merupakan karya Author di akun lain, yang gagal retensi. Dan kini Author alihkan di akun Hasna_Ramarta. Jadi, jika kalian pernah membaca dan merasa kisahnya sama, mungkin itu karya saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Mira dan Bima Diusir
"Mira, ternyata kelakuanmu sehina itu. Mamamu jika tahu kelakuanmu yang seperti iblis, pasti akan murka dan menangis. Sungguh kamu keterlaluan," umpat Pak Kendra sudah tidak bisa disembunyikan lagi perasaan marahnya terhadap Mira.
"Dan kamu Bima, kamu sama saja. Kamu tidak beda dengan iblis jantan yang tidak tahu bersyukur. Sudah diberi istri secantik dan sebaik Sauza, kenapa tega mengkhianatinya? Tapi aku bersyukur, dengan kejadian itu akhirnya aku bisa menikah dengan Sauza, mantan istrimu," pekik Pak Kendra, kini beralih pada Bima. Aura wajahnya benar-benar penuh amarah.
Bima terdiam, dia hanya bisa menunduk karena memang dia salah. Rasa sesalnya begitu dalam, terlebih ketika mendengar Pak Kendra bersyukur dengan kejadian itu dirinya bisa menikah dengan Sauza.
"Mulai dari sekarang, Mira dan kamu Bima angkat kaki dari rumah ini. Kalian bukan anggota keluarga ini lagi," tegas Pak Kendra dengan suara bergetar.
Mira dan Bima tersentak, mereka menunduk dan takut dengan kemarahan yang diperlihatkan Pak Kendra.
"Pergi kalian dari rumah ini. Aku tidak ingin manusia-manusia jahat seperti kalian ada di rumahku. Pergiiiii," usir Pak Kendra berteriak.
"Papa, jangan usir aku, Pah. Aku tidak sepenuhnya bersalah. Bima tergoda sama aku karena Sauza mandul, dia mandul," cetus Mira seraya bersimpuh di kaki Pak Kendra.
Pak Kendra mencengkram bahu Mira, dia tidak suka Mira mengata-ngatai Sauza mandul. "Masih berani membela diri dan mengata-ngatai Sauza mandul. Apapun yang kamu lakukan tetap salah. Pergi. Aku muak melihat mukamu lagi." Pak Kendra melotot di depan wajah Mira tanpa peduli kalau Mira anaknya.
Mira bangkit setelah cengkraman tangan Pak Kendra terlepas. Begitupun Bima dia berdiri dari meja makan, mereka berdua berjalan meninggalkan Pak Kendra dan Sauza, dengan langkah yang gontai. Mira mendumel sepanjang jalan, ia marah terhadap Sauza karena telah menceritakan semua terhadap sang papa.
"Sauza, kenapa kamu ceritakan semua? Dasar mandul dan tukang ngadu," gerutu Mira sangat kesal.
Pengusiran Pak Kendra tidak main-main, Pak Kendra segera memerintahkan dua pengawalnya untuk mengawasi pergerakan Mira dan Bima agar mereka segera meninggalkan kediamannya.
Setelah Mira dan Bima benar-benar sudah siap dengan semua barangnya, kedua pengawal itu segera menggiring keduanya keluar.
Tidak ada kesedihan dalam wajah Sauza melihat Mira dan Bima diusir dari rumah. Dia justru senang dan bersyukur, satu dendamnya terbalaskan tanpa harus tangannya yang bertindak.
"Anggap saja kemarahan papamu adalah karma buat kalian berdua." Sauza membatin, dia merasa puas menyaksikan drama di malam hari ini. Seharusnya mereka berdua tidur nyenyak bergelung mimpi indah, tapi kini mereka harus keluar rumah dengan terpaksa.
"Aku bersumpah, akan terus mengusik hidupmu Sauza. Aku tidak ingin hidupmu selalu bahagia," dengus Mira sebelum meninggalkan kediaman papanya.
"Sudahlah Mira, semua ini gara-gara kamu juga. Sauza menceritakan semua, itu karena ulahmu. Kamu sengaja mencelakakan dia supaya jatuh ke kolam renang. Kamu ingin membunuhnya, karena kamu tahu Sauza tidak bisa berenang. Kamu benar-benar jahat." Bima mendengus benci dengan ulah Mira yang ingin mencelakakan Sauza.
"Mulai detik ini, jangan ikuti aku. Kamu mau pergi ke manapun terserah. Karena detik ini juga, di tempat ini, aku talak tiga kamu Mira Almaira binti Kendra Kafeela," lantang Bima dengan wajah tegas dan marah. Setelah itu, Bima pergi meninggalkan Mira tanpa menoleh lagi wanita yang telah membersamainya kurang lebih setahun setengah itu.
"Bima, kurang ajar. Kamu sama saja seperti si sundal itu. Awas kalian berdua, akan kubalas semua perlakuan kalian," pekik Mira tidak terima dengan perlakuan Bima.
Setelah Mira dan Bima pergi, suasana rumah Pak Kendra terasa damai seperti semula. Beda saat kedatangan Mira ke rumah ini, hawanya panas dan tegang. Malam ini Pak Kendra dan Sauza bisa menikmati bulan madu di rumah mereka dengan damai.
Sauza melihat kepergian Mira dan Bima dengan bibir yang menyungging. Dia begitu bahagia malam ini.
"Mas, Za, minta maaf karena telah membuat keadaan rumah ini menjadi ricuh. Za, tidak bermaksud membuat suasana keruh," ucap Sauza meminta maaf dengan kericuhan di rumah suaminya.
"Tidak Sayang, kamu jangan salahkan diri kamu sendiri. Sekarang jangan pikirkan itu. Lebih baik kita nikmati malam ini tanpa memikirkan hal lain yang hanya membuat hati kita tidak bahagia," hibur Pak Kendra seraya menarik lengan Sauza menuju kamar.
Setelah Bima keluar dari kediaman Pak Kendra atau mantan mertuanya, karena tadi Bima sudah menalak Mira, sepanjang jalan Bima termenung. Ia begitu terpukul melihat kenyataan bahwa Sauza menikah dengan papanya Mira.
Rentetan kejadian setelah Sauza pergi dari rumah, kini berputar kembali di kepalanya. Lalu surat cerai yang ditanda-tangani Sauza dengan bantuan seorang Pengacara hebat negeri ini, akhirnya membuka simpul mati atau pertanyaan yang pernah terlontar dalam benak Bima. Siapa orang di balik Sauza yang sudah membantu Sauza dengan mudah mengajukan cerai sampai perceraian itu terjadi. Ternyata jawabannya adalah mantan papa mertua Bima sendiri, atau Pak Kendra.
"Ternyata papanya Mira di balik semua itu. Pantas saja perceraian itu begitu mudah Sauza dapatkan. Sauza, aku benar-benar menyesal karena telah mengkhianatimu. Kini hidupku juga hancur sejak kepergianmu. Aku menyesal, Za. Sungguh-sungguh menyesal." Bima menghentikan mobilnya hanya untuk merintih sedih atas kejadian yang menimpanya.
Rasa sesal di benak Bima, sungguh tidak terkira seperti apa. Bima bahkan menangis, tidak peduli di belakangnya bunyi klakson menegurnya, karena posisi mobil Bima justru berada di badan jalan.
"Woyyy, minggir," teriak pengguna jalan dengan mata nyalang menatap ke arah Bima. Bima tersadar, ia segera mengemudikan kembali mobilnya dengan baik, lalu melaju membelah jalanan kota Jakarta. Bima sudah merasa gerah berada di kota ini, kota yang membuatnya benar-benar tersudut, kalah, dan penuh sesal.
"Aku masih tidak menduga saja, kalau ternyata Sauza menikah dengan papanya Mira."
kenapa bisa seperti itu???
lebih baik berobat pak Kendra...
🤣🤣🤣🤣
Mira kau tak berkaca siapa dirimu, berapa lama jadi simpanan Bima, sebelum hamil kau dengan siapa?
Ukur baju orang lain jangan dengan ukuran tubuhmu, ya! Kau ingin memanasi Sauza, kan. Kutunggu, dengan setia.