(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 08
ISTRI 13 TAHUN
08
"Aku senang akan dapat kakak ipar, akhirnya aku bisa merasakan punya kakak perempuan!" Mulyo berhasil membuat Hendro sedikit kaget, dia lupa memberitahukan usia gadis itu pada anaknya. Bahkan usia gadis itu dibawah Mulyo, dua tahun.
"Mulyo, kamu jangan sampai naksir dengan calon istri Mas mu ini ya!"
"Ayah ini ngomong apasih, masa aku naksir dengan istrinya Mas Jaja. Aku sudah punya kekasih dong." Mulyo membanggakan dirinya.
"Eh kamu masih kecil kok sudah ada pacar?" tanya Rosiati kaget lantaran anak bungsunya malah memiliki kekasih, sedangkan anak sulungnya jomblo akut.
"Usiaku sudah 15 tahun Bu, tidak butuh waktu lama untuk menginjak usia 20. Jadi apa salahnya aku persiapkan semua dari sekarang?"
Hendro hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Mulyo, terdengar seperti orang dewasa padahal dia masih meminta uang saku pada Ayahnya.
"Dasar bocah! Kamu itu belum punya pekerjaan, mau menyiapkan apasih sampai harus dimulai dari sekarang?" Jaka memang Mas yang sangat bawel dan terkadang suka ikut campur masalah adiknya. Tetapi itu karena dia peduli.
"Mempersiapkan mental tentunya, nanti saat usiaku sudah 17 aku akan bekerja paruh waktu."
Pajajar yang mendengar impian adiknya itu, merasa sedikit tertampar. Saat seusia Mulyo, Pajajar hanya berfikir bahwa dia menyukai Diah dan ingin bersamanya. Tanpa memikirkan kedepannya. Pajajar mengacak- acak rambut Mulyo bangga.
"Pertahankan kedewasaanmu ini ya!"
***
Tiga jam sudah waktu mereka lalui, akhirnya tiba juga di desa calon istrinya Pajajar. Memasuki desa itu, jalanan yang tadinya mulus kini menjadi bergetar karena batu dan tanah yang sedikit bolong.
"Apa rumahnya masih jauh, Ayah?" tanya Jaka, karena tangannya susah payah menahan kemudi setir yang terombang ambing. Bahkan pembelokan yang sudah mulus saja begitu tajam menukik, membuat Jaka harus mengeluarkan tenaga ekstra.
"Sebentar lagi kita sampai."
Pajajar melihat pemandangan asri di desa ini begitu menyejukkan mata, udaranya sangat segar seolah menyambutnya dengan gembira.
"Kita parkir di sebelah sana, Jaka." Hendro mengarahkan anaknya agar memarkiran mobilnya di lapangan.
"Baik, Ayah." Tidak butuh waktu lama, akhirnya Pajajar dan keluarganya turun dari mobil dan mengambil seserahan yang sudah mereka siapkan.
Pajajar juga ikut membawa salah satu seserahan itu. Terlihat banyak anak kecil yang tengah bermain kelereng di tengah lapangan, dengan ingus yang sedikit meler dan tidak mengenakan sandal. Mereka tampak bahagia.
"Biar Ayah jalan di depan bersama Pajajar." ujar Hendro.
Pajajar yang tengah fokus melihat anak yang bermain itu, di cubit pinggangnya oleh sang ibu.
"Jangan melamun terus Pajajar. Sana jalan di depan dengan Ayah." Pajajar hanya mengangguk dan berjalan mendekati ayahnya.
Lalu mereka semua berjalan berbaris, Ayah dan Pajajar di depan, lalu Ibu dan Jaka di barisan kedua, dan Mulyo berada paling belakang, membawa dua tentengan.
Sekitar satu menit kurang mereka berjalan di jalan kecil tanpa aspal, hanya berlapiskan tanah saja. Akhirnya berhenti di depan rumah yang terlihat sangat tua.
Pajajar terperangah, begitu juga dengan kedua saudaranya. "Bu apa benar gadis itu cantik?" Bisik Jaka, dia tidak yakin jika di dalam rumah seperti ini ada gadis cantik yang hidup di dalamnya.
"Sutt!! jaga omongan kamu Jaka, jangan bicara sembarangan." tegur Rosiati.
"Assalammualaikum, Rijali!" Hendro memanggil calon besannya dengan gembira.
TBC