Dania dan Alvin menjalani pernikahan palsu, kebahagiaan mereka hanya untuk status di media sosial saja, pelarian adalah cara yang mereka pilih untuk bertahan, di saat keduanya tumbuh cinta dan ingin memperbaiki hubungan, Laksa menginginkan lebih dari sekedar pelarian Dania, dan mulai menguak satu demi satu rahasia kelam dan menyakitkan bagi keduanya,
Apakah Dania dan Alvin masih bisa mempertahankan rumah tangganya? Atau memilih untuk menjalin dunia baru?
Ikuti kisah cinta Dania dan Alvin yang seru dan menengangkan dalam cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noesantara Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 Manipulasi
Bab 3
Jakarta seperti menunjukkan wajah aslinya, penuh dengan topeng, suka memainkan perasaan, dan keras untuk mereka yang ingin menyerah. Pertemuannya dengan Laksa memberikannya rasa takut, dan pertanyaan mengenai alasannya memainkan peran ini, apakah demi bahagia atau kepuasan semata.
Posisi Laksa di media memberikan tekanan tersendiri, apalagi Dania sendiri tidak tahu lelaki itu ada di pihak yang mana. Bisa saja semua rencananya kacau, hingga akhirnya dia hanya mendapatkan duka tanpa rasa puas seperti keinginannya.
Perempuan itu tidak pergi ke kantor, melainkan ke sebuah pemakaman. Hari itu tidak banyak yang datang, sehingga Dania bisa aman tanpa memakai penutup kepala atau masker, dia juga tak membawa bunga seperti kebiasaannya, di depan nisan dia khusyuk berdoa.
“Maaf ya, saya belum bisa membalas, semuanya menjadi rumit,”
Dania mengusap nisan itu, menatapnya tajam sembari melihat kenangan masa lalu, saat dia harus berpisah dengan seseorang. Lukanya dimulai dari sana, namun dendamnya baru muncul setelah beranjak dewasa dan mengetahui bahwa mertua dan Suaminya punya koneksi erat dengan masa lalunya itu.
Dania berdiri sebelum pergi dia berucap, “Mungkin sudah waktunya topeng ini di buka, aku janji akan menyelesaikannya segera!” Setelahnya dia pergi perlahan, mengambil handphone di dalam tas dan kembali menghubungi temannya.
“Gue mau minta tolong lagi..!”
“Apa?”
“Cari tahu tentang Laksa selengkap-lengkapnya!” katanya.
Dania paham, apa yang dilakukan ini memang terlalu beresiko, media menjadi alat terbaik untuk menjatuhkan atau menaikkan orang. Maka dari itu, dia ingin tahu lebih lengkap siapa lelaki itu, agar rencananya bisa berjalan lancar, bahkan dapat dipercepat karena semakin bertahan nuraninya sangat terluka, langkahnya berjalan pasti menuju ke kantornya bertemu dengan klien.
Di sisi lain, Alvin terbangun dari tidurnya, membuka handphone dan melihat pesan dari Dania. Lelaki itu bangun dari tidurnya dan melihat dengan seksama layar handphonenya, mencoba cek apakah ada kerusakan, karena pesannya semalam tak dijawab bahkan belum dibuka sama sekali.
Pandangannya menerawang jauh di balik jendela, mungkinkah perempuan itu sudah tahu kalau dia berbohong, atau banyak pertanyaan mulai bermunculan dan sekaligus menyanggahnya sendiri karena dia paham bagaimana Dania.
“Atau jangan-jangan aku yang tak permah mengenal dia,” katanya lirih dengan menghela nafas panjang.
Nila datang ke kamar dengan membawa kue lapis legit kesukaan Alvin dan teh hangat. Perempuan itu sudah mandi duluan walau belum menggunakan pakaian kerja, dia menghampiri Alvin dan berkata, “breakfast dulu honey,”
Alvin tak menjawabnya, keringatnya mulai mengucur dari atas leher sampai turun sampai ke bagian perut. Lelaki itu masih mencoba menguasai diri dan teringat, kalau CCTV rumahnya terkoneksi dengan handphonenya.
“Kamu kenapa honey?” Tanya Nila yang memegang wajah Alvin dan memastikan lelaki itu baik-baik saja.
“Dania tidak menjawab pesanku semalam,” jawab Alvin yang masih sibuk memainkan handphonenya.
Nila memegang tangan Alvin dan menghentikan aktivitasnya mencari aplikasi cctv dan berkata, “Apapun yang terjadi,.kita berada di posisi terbaik, asal kamu bisa menjalankan rencana dengan baik,”
“Kenapa kamu bisa yakin?” Kata Alvin yang matanya mulai tajam.
“Kita bisa memanfaatkan media untuk berpihak kepada kita,” jawab Nila dengan senyumannya
“Termasuk membuatku menjadi orang yang terlihat baik?” Jawab Alvin dengan nada sedikit bergembira
“Apapun honey… saat hari itu kita bisa menggenggam dunia dan mereka akan membenarkan aku menjadi istri kedua?” Kata Nila yang mulai berdiri tepat di depan Alvin
“Lalu, kita mainkan lagi sandiwaranya sehingga, hanya ada satu ratu di hatiku yaitu kamu honey..” jawab Laksa yang kini ikut berdiri.
Keduanya saling menatap sesaat lantas berciuman cukup mesra, hanya saja saat Alvin menjatuhkan tubuh Nila ke ranjang, perempuan itu berkata, “aku sudah mandi, dan pagi ini aku ada meeting, jadi jangan buat aku harus mandi dua kali pagi ini.” Katanya yang bangkit dari tempat tidur
“Sudah! Kamu makan kuenya, habiskan tehnya, mandi, aku berangkat duluan!” Kata Nila yang menunjukkan makanan di meja, kemudian dia mendekat ke arah almari mengambil baju kerjanya.
Alvin melihat Nila cukup lama, semua rencananya memang selalu berhasil, apalagi sampai.sekarang Dania masih percaya saja dengan semua perkataannya. Namun dalam.lubuknya terdalam muncul keraguan dan berkata, “Sampai kapan rencana itu akan berhasil?”
Waktu berlalu begitu cepat, Adzan ashar berkumandang, menandakan hari sudah sore. Dania masih berada di kantor dan belum ada persiapan untuk pulang, hari ini tidak ada jadwal bertemu dengan klien, dia hanya menunggu kabar temannya.
“Nia, sorry banget nih gue nggak bisa nemuin informasi apapun soal lelaki itu? Bahkan, info yang kemarin aja udah ilang.” Kata teman Dania
“Kok bisa?” Tanya Dania dengan matanya terbelalak membulat
“Sepertinya dia sengaja deh, supaya lo dateng ke dia,”
“Sengaja?” Nada Dania Meninggi dan berdiri dengan tangan di pinggang.
“Iya, dia sengaja ngasih info itu agar lo nemuin dia, setelah sukses dihapus, saran gue lo ati-ati deh dengan orang kayak gitu,”
“Emang bisa ya, kayak gitu?” katanya dengan tangan mengusap.dagunya
“Ya, mungkin!”
“Menurut lo gue harus gimana?” kata Dania berjalan menuju ke jendela
“Kalau nggak bisa cari informasi melalui media online, ya offline”
“Oke deh, makasih ya, btw uangnya udah gue transfer ya,” katanya yang kini melihat senja yang cantik di depan matanya.
Langkah kaki Dania tak bisa berhenti, terus bergerak kesana-kemari. Terkadang, dia juga duduk di atas meja kerjanya sambil menggigit ibu jarinya, pikirannya mencoba memfilter apa yang harus dilakukan untuk menghadapi Laksa.
“Apa gue deketin dia aja ya? Sambil cari tahu info lebih lanjut, sekaligus cari bukti tentang perselingkuhan Alvin,” kata Dania dengan sikap tegap lalu, mengambil handphone dan menelpon lelaki itu untuk bertemu.