Kesempatan kembali ke masa lalu membuat Reina ingin mengubah masa depannya yang menyedihkan.
Banyak hal baru yang berubah, hingga membuatnya merasakan hal tak terduga.
Mampukah Reina lari dari kematiannya lagi atau takdir menyedihkan itu tetap akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak bisa merubah takdir?
Wajah Elyana sangat masam, dia menatap penuh dendam ke arah Reina dan Edwin yang membawa kakak tirinya itu berkeliling menemui para tamu.
Sedangkan dia harus berkutat melayani para tamu dengan sebuah celemek di tubuhnya.
Karena fokusnya pecah, Elyana menabrak seseorang hingga minuman yang ia bawa dengan nampan jatuh berserakan.
Gelas-gelas itu pecah dan bahkan pecahannya melukai kaki para tamu yang berada di sekitarnya.
"Astaga, mata kamu buta apa gimana! Lihat kaki aku lecet! Dasar pelayan rendahan," salah satu tamu yang berdandan seksi segera menjambak rambut Elyana dan mendorong gadis itu hingga jatuh.
Seakan belum puas, wanita itu lantas menampar Elyana hingga bibir gadis itu pecah saking kerasnya.
Keributan sontak terjadi. Reina, Edwin serta keluarganya lantas mendekat.
"Madam Veronica, ada apa ini?" Tanya Darmono panik.
Wanita yang ia panggil Veronica merupakan utusan dari sebuah perusahaan cukup besar yang saat ini akan menjalin kerja sama dengan perusahaannya.
Dia juga merupakan calon pewaris perusahaan orang tuanya. Darmono yakin pemimpin utama perusahaan itu yang merupakan ayahnya jelas tak mungkin hadir di acaranya, oleh sebab itu meminta anaknya agar bisa memulai pengenalan bisnisnya dari kalangan bawah.
Meski begitu, Darmono tetap bersyukur, setidaknya perusahaan besar itu mau memenuhi undangannya sebagai tamu khusus.
Namun saat ini, melihat kemarahan wanita itu karena ulah seorang pelayan jelas membuat Darmono panik bukan main.
Darmono tahu Veronica itu terkenal arogan, makanya para pebisnis mulai menyangsikan kalau kelak perusahaan besar itu dipimpin oleh Veronica pasti tak akan bertahan lama.
Semua dibuktikan hari ini, di mana tanpa menutupi sikap elegannya dia justru meluapkan amarahnya begitu saja.
Elyana jelas menangis histeris, dia tak terima di rendahkan oleh wanita galak di depannya.
Reina yang melihat penampilan Elyana yang menyedihkan segera membantu adik tirinya itu untuk bangkit.
Sayangnya Elyana justru menepisnya dan memilih berlari ke arah Edwin lalu memeluk pemuda itu.
Edwin yang terkejut dengan sikap Elyana refleks memeluknya, bukan karena ingin menenangkan gadis itu dia hanya reflek saja
"Madam—"
"Oh jadi dia keluarga Anda Tuan Darmono?" sela Veronica saat Darmono hendak berkata.
Darmono lantas menatap Elyana bingung, sebab tidak mengetahui siapa gadis yang memeluk putranya saat ini.
"Dia siapa Win?"
"Dia adiknya Reina pah—"
"Saya benar-benar kecewa. Beginilah kalau datang ke pesta rakyat jelata!" hina Veronica
"Ini ada apa Madam? Maaf tolong jelaskan dulu, saya juga tidak tahu siapa gadis ini," pinta Darmono yang sudah panik jika kemarahan wanita itu akan berdampak pada hubungan bisnis mereka.
"Tanya saja sama pelayan sialan itu!"
"Aku bukan pelayan!" pekik Elyana yang tak terima.
Winda lantas mendekati Elyana dan berbicara dengan pelan.
"Sebaiknya kamu diam aja, kalau enggak, keadaan semakin memburuk!" cebiknya kesal.
"Dia berjalan dengan tak memperhatikan sekitar hingga menabrak aku dan orang-orang itu—" tunjuknya ke arah para tamu yang sedang melihat kaki mereka yang terkena pecahan kaca.
"Maaf Nyonya, seharusnya Anda tak perlu melakukan kekerasan. Negara kita ini negara hukum jelas Anda telah melanggar hukum," sela Reina.
Meski dia tak menyukai Elyana, tentu saja saat mendengar penjelasan Veronica, tak urung jiwa sosialnya keluar, dia jelas tak terima ada orang bersikap semena-mena.
"Siapa kamu?" sinis Veronica.
"Sudah Rei, jangan dilawan, kita bukan tandingannya," sela Nessa yang tak ingin Reina memperburuk keadaan.
"Ingat Tuan Darmono, sepertinya saya akan memberi penilaian yang kurang memuaskan tentang Anda pada ayah saya!"
"Tunggu Madam, saya minta maaf kalau memang telah membuat Anda tidak nyaman, tapi ini tidak ada hubungannya dengan kerja sama kita. Saya harap Anda mau mempertimbangkan lagi," pinta Darmono penuh permohonan.
Wanita bernama Veronica memilih berlalu diikuti para pengawalnya.
Darmono lantas menatap para tamunya yang lain yang sedikit terluka karena pecahan kaca yang mengenai kaki mereka.
Dia meminta maaf atas kesalahan seorang gadis yang tidak dia kenal.
Pesta kali ini berakhir buruk dan membuat Darmono malu bukan main.
Bahkan pesta berakhir sebelum semua acara selesai diselenggarakan.
Kini tinggal mereka berenam di ruang tamu. Elyana memandang takut-takut pada kedua orang tua Edwin.
Niat hati mencari muka pada orang tua lelaki incarannya, dia malah membuat bencana yang pasti memperburuk penilaian mereka terhadap dirinya.
Bukan hanya Elyana yang khawatir, Reina juga tak kalah khawatirnya. Tadinya dia berpikir dengan membiarkan Elyana mencari simpati keluarga kekasihnya, dia bisa menghindar dari pernikahannya dengan Edwin, tapi sepertinya takdir sedang bermain-main dengannya.
Ia takut jika keluarga Edwin tak menyukai Elyana dan kembali memintanya pada sang ayah.
Darmono lalu menatap Elyana. Gadis itu masih saja menempel pada putranya tanpa rasa malu.
"Sebenarnya siapa dia?" tanyanya pada siapa pun yang sudi menjawab.
"Dia anak tirinya Pak Hendro pah," Nessa yang menjawab pertanyaan sang suami.
"Maaf, bukan maksud merendahkanmu, sepertinya kami tidak mengundang orang lain dari keluarga Pak Angkasa, kenapa kamu datang dan merecoki para pelayan?"
Elyana kesal bukan main saat mendengar ucapan Darmono, dia tersinggung.
Siapa juga yang tau mau kaya gini. Aku ini seorang putri, sudah bagus aku membantu tadi, malah dibilang merecoki.
"Niat saya tadi ingin membantu Om, soalnya ka Reina menolak karena dia takut gaunnya kotor. Saya minta maaf, saya enggak pernah ke pesta-pesta seperti ini jadi gugup," Elyana pintar sekali menjawab. Bukannya merasa bersalah gadis itu justru seolah menyalahkan Reina.
"Benar, seharusnya tadi Ka Rei, yang bantu-bantu. Semuanya pasti beres, sekarang malah kacau berantakan," sambar Winda yang semakin membenarkan ucapan Elyana.
Nessa dan Darmono lantas menatap Reina yang terlihat sekali juga menyalahkan dirinya.
Astaga, jadi aku yang salah?
"Maaf Om, Tante, saya diundang karena Edwin bilang kalau saya akan dikenalkan sebagai calon bagian keluarga Darmono Agung. Lagi pula, saya enggak pernah meminta Elyana untuk membantu para pelayan, dia mengajukan diri sendiri."
"Bahkan tante Nessa juga bilang beliau segan meminta bantuan saya—"
Nessa yang dipojokkan begitu sungguh tak percaya. Gadis yang biasanya terlihat sangat suka rela membantunya, kini seakan menjauh.
Apa Edwin sama Reina bertengkar ya? Kenapa anak ini sekarang berani menjawab. Biasanya dia selalu meminta maaf tentang apa pun tanpa membantah.
"Sudahlah, papah pusing." Darmono memilih meninggalkan mereka dan menuju kamarnya.
"Kalau begitu saya juga pamit undur diri tante, maafkan kesalahan Elyana, andai tadi saya enggak biarin dia ikut, mungkin kejadiannya ngga akan kaya gini—"
Elyana mendelik tak percaya. Sekarang Reina bahkan berani dengan terang-terangan menyalahkannya.
Lihat saja, aku akan adukan sama mamih biar kamu dihajar sama dia sama kak Laksmana juga.
"Ya kamu benar, gimana juga kamu ikut andil dalam kejadian ini," Nessa memiliki kesempatan untuk memojokkan Reina karena ucapannya tadi.
Sial, dia mencari kesempatan dari ucapan rasa bersalahku. Sekarang, aku benar-benar menyadari betapa liciknya tante Nessa. Mereka berdua sangat cocok, semoga aja kalian bisa jadi satu keluarga.
"Semoga aja, Reina bersedia masuk ke keluarga kita. Selain tadi udah dikenalin sama Edwin, ini juga buat ucapan rasa bersalah kamu. Benar kata Winda, coba aja kalau kamu yang tadi turun tangan, papahnya Edwin ngga mungkin sedih karena ulang tahunnya berantakan. Apalagi ada kemungkinan kerja sama kami akan batal."
Nessa benar-benar memojokkan Reina. Hingga berharap gadis itu mau menebus kesalahannya.
Apa-apaan ini, kenapa jadi apa pun masalahnya, akulah yang harus tanggung jawab.
Mungkinkah takdir benar-benar tak bisa dirubah? Mungkinkah mau bagaimana pun Reina mengubah masa depannya, kenyataannya ada saja yang membuat takdir itu seperti akan tetap terjadi?
.
.
.
Lanjut