Davina Himawan tidak pernah menyangka pernikahannya dengan Jodie kandas di tengah jalan. Pernikahan yang awalnya begitu bahagia, dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah Vina mengetahui suaminya berkhianat dengan wanita lain. Wanita itu tak lain sekertaris suaminya sendiri. Lolita.
Davina memilih pergi meninggalkan istana yang telah ia bangun bersama Jodie, laki-laki yang amat di cintainya. Bagi Vina yang menjunjung tinggi kesetiaan, pengkhianatan Jodie tak termaafkan dan meninggalkan luka teramat dalam baginya.
Bagaimana kisah ini?
Apakah Davina mampu bangkit dari keterpurukan atau kah ia akan merasakan sakit selamanya? Ikuti kelanjutannya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENUTUPI KEBENARAN
Taksi yang di tumpangi Davina berhenti di lobby hotel berbintang lima yang berada di pusat kota Bandung.
Davina memang memilih menginap di hotel di banding menginap di rumah keluarganya. Bukan tanpa alasan tapi ia menghindari banyak pertanyaan-pertanyaan kenapa ia tidak bersama Jodie.
Sejak tadi di kereta api Davina memutuskan akan tinggal di hotel yang akan menjadi tempat acara pernikahan Arini dan Hendro malam nanti.
"Selamat siang, nona? Apa yang bisa kami bantu?", sapa resepsionis ramah ketika Davina berdiri di depan meja.
Davina tersenyum. Dari beberapa kamar yang di tawarkan, ia memilih standar room karena ia sendirian dan ia berada di kamar hanya satu malam saja jadi tidak membutuhkan kenyamanan maupun fasilitas istimewa lainnya.
Tidak bisa dipungkiri selain masalah dana juga yang menjadi pertimbangan Davina. Hotel itu adalah hotel berbintang lima harganya pun sangat mahal. Sementara Davina harus banyak pertimbangan jika akan menghamburkan uang hanya sekedar untuk tidur saja. Ia juga harus menyisihkan uangnya untuk membayar kerusakan mobil Daniel minggu depan.
"Ini kunci kamar anda, nona. Selamat menikmati fasilitas hotel kami", ucap resepsionis dengan ramah sambil memberikan brosur tentang hotel.
Davina tersenyum. "Terimakasih", jawabnya singkat.
*
Davina berdiri di balkon kamarnya yang berada di lantai tiga. Karena kamarnya adalah kamar yang paling rendah diantara tipe kamar yang ada di hotel tersebut maka letaknya paling bawah dari tipe di atasnya.
Namun Davina menyukainya, karena ia bisa melihat orang-orang yang sedang berenang ataupun menikmati minuman di teras restoran hotel.
"Masih ada beberapa jam lagi untuk menghadiri acara resepsi Arini dan Hendro", gumam Davina sambil melihat jam tangannya.
"Drt..
"Drt..
Davina merogoh kantung Coat yang masih dipakainya. Wajahnya sumringah begitu tertera nama Arini di layar handphone nya. Ia langsung menggeser tombol hijau.
Davina belum bersuara tapi suara nyaring di ujung handphone sudah mengejutkan nya.
"Vina...kamu di mana? Kenapa sekarang kau belum tiba juga? Kau tahu mama gimana kan? Aku capek menjawab pertanyaan-pertanyaannya menanyakan kamu, Vin".
Davina tertawa mendengar celotehan sepupunya itu. "Sama. Aku juga capek mendengar pertanyaan mu, Arin ", jawab Vina sambil bersandar di pagar balkon.
"Aku baru saja sampai di hotel–"
"Kenapa di hotel. Wah mama bisa marah sama kamu. Apa karena Jodie yang tidak mau tidur di rumah makanya kalian memilih menginap di hotel?"
"Aku sendirian. Mas Jodie sore ini harus terbang ke Bali, urusan dinas dari kantornya", jawab Davina berusaha setenang mungkin agar suaranya yang bergetar tidak di ketahui Arini.
"Katakan kamu di hotel mana, aku dan Hendro akan menjemput mu sekarang. Mama bisa marah jika membiarkan keponakan kesayangannya tinggal sendirian di hotel", cicit Arini.
"Tenanglah Rin. Nanti aku sendiri yang akan bicara sama tante Yati mama mu, oke. Aku menginap di hotel tempat resepsi kalian biar mudah", ucap Davina menjelaskan.
"Oh, oke. Sebentar lagi kami menuju hotel. Kita ketemu di sana, mama pasti sangat senang bertemu dengan mu, Vin. Sampai jumpa ya..bye".
Davina mengusap ujung matanya yang berkaca-kaca. Ia terharu mendengar ucapan Arini tetang tante Yati yang merupakan adik mamanya. Bisa di bilang hanya tante Yati lah orang tuanya kini semenjak mamanya meninggal setahun yang lalu. Sementara kedua orang tua Jodie berada di kota Medan.
Sekarang perasaan Davina benar-benar terasa hampa. Harus di hadapkan pada masalah rumah tangganya pula. Namun sekuat tenaga Vina akan mempertahankan pernikahannya dan sekuat tenaga nya pula akan menutupi masalah yang ia hadapi dari keluarganya. Tentu saja Vina tidak mau keluarganya sampai memikirkan kondisinya.
Vina menarik nafas dalam-dalam. "Semangat Vina", ucapnya memberi semangat untuk dirinya sendiri. Sambil menepuk-nepuk lembut wajahnya.
"Tidak apa berbohong demi kebaikan semua. Aku tidak mau tante Yati memikirkan keadaan ku yang akan berdampak pada kesehatan jantungnya. Jadi aku harus terlihat baik-baik di hadapannya", ucap Davina sambil melangkah masuk ke kamar.
...***...
To be continue