Perjalanan Cinta Alwi yang harus terhalang oleh restu dari orang tua Bunga yang merupakan anak dari pensiunan tentara.
Semenjak ayahnya meninggal, Kehidupan Alwi sangat penuh dengan ujian karena dia harus merawat ibunya yang sedang dalam keadaan sakit dan harus berobat jalan. Dia tak bisa melanjutkan kuliah karena biaya.
Alwi hanya bekerja sebagai seorang office boy di salah satu kantor.
Dia harus bisa mencari uang untuk kehidupannya sehari-hari, biaya berobat ibunya, dan juga menabung untuk mimpi pernikahannya dengan Bunga..
Dibalik susahnya Alwi, ada sosok perempuan cantik bernama Salma yang setiap hari mengurus Ibu Alwi yang sedang sakit dengan sangat tulus, hingga suatu hari ibunya ingin sekali Alwi mempunyai perasaan kepada Salma karena ibu nya tau kisah cinta Alwi dan Bunga takkan bisa di satukan.
Apakah Alwi akan memiliki Bunga yang dia anggap sebagai cinta sejati ?, atau Salma yang semakin hari semakin menunjukkan ketulusan cintanya.
mari ikuti kisahnya !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keadaan Salma
Saat malam hari mereka semua sampai di rumah sakit tempat Salma bersalin.
Setelah bertemu Bibinya di depan rumah sakit, Alwi langsung di antar menuju kamar bersalin, Alwi masuk hanya sendiri karena hanya dua orang yang boleh masuk ke ruangan tersebut yaitu Alwi dan bibinya Salma yang mengantarnya.
Alwi langsung menangis khawatir saat melihat kondisi Salma saat ini, dia terbaring merintih kesakitan menahan rasa sakit karena obat induksi, sampai saat ini pembukaan stak di pembukaan empat.
"Mas Alwi sini!"
Salma meminta Alwi untuk mendekat.
Alwi pun mendekat kemudian langsung mengusap-usap kening Salma.
"Kamu kenapa baru mengabari sekarang? Mas khawatir sekali. Satu bulan ini juga kamu nggak pernah kirim surat sama Mas."
Tanya Alwi dengan nada yang sangat cemas.
"Maafin aku Mas, sebenarnya aku nggak mau ngerepotin kamu, aku juga nggak mau akhirnya mbak Bunga sampai tahu tentang aku."
Jawab Salma sambil menangis menatap Alwi.
"Bunga sudah tahu ko waktu tadi Bibi nelpon. Aku juga udah jelasin semuanya sama Bunga. Dia ada di luar sekarang sama ibu."
"Kamu kenapa kasih tahu Mas? Padahal kalau kamu nggak ke sini juga aku nggak papa ko, insyaallah aku kuat."
Salma sedikit kaget karena kini Bunga sudah tahu semuanya.
"Kamu ini istri aku, harusnya kamu yang Mas utamakan bukan Bunga. Sekarang Mas ada di sini Mas akan menemani kamu."
"Mbak Bunga mana Mas? Tolong suruh ke sini aku mau bicara."
Pertanyaan Salma membuat Alwi heran karena Salma begitu peduli terhadap Bunga, padahal kondisinya saat ini sangat butuh perhatian.
"Buat apa Sal? Udah kamu fokus saja ya sama kondisi kamu saat ini."
"Nggak, aku takut aku nggak punya waktu lagi, aku mau bicara sebentar."
"Udah ya Sal jangan dulu. Nanti saja."
"Ayo Mas, aku ingin bicara."
Salma yang kekeuh terus saja meminta Alwi untuk memanggil Bunga.
"Yaudah yaudah biar bibi saja yang panggil Bunga ke sini ya."
Ucap bibinya dari arah belakang mereka. Karena sepertinya memang ada yang mengganjal dari hati Salma.
Setelah beberapa saat, Bunga pun masuk menghampiri dengan jalan perlahan karena dia sangat merasa berdosa sekali saat ini. Pada akhirnya Bunga berada tepat di samping Salma dengan wajah sedih dan melas.
"Salma maafin aku!" Bunga langsung memegang tangan Salma sambil memohon.
"Aku sama sekali nggak tahu waktu itu kalau Alwi ini sudah menjadi suamimu. Aku sudah berdosa sekali sudah merebut suami orang."
Bunga memohon kepada Salma sambil terus memegangi tangannya.
"Mbak Bunga nggak salah ko, udah ya! dulu aku sendiri yang minta Mas Alwi untuk menikahi mbak Bunga, karena aku bisa ngerasain gimana perasaan mbak Bunga waktu itu terhadap Mas Alwi."
Salma menjawab dengan sedikit senyum walaupun rasa sakit di perut sedang di alaminya saat ini.
"Aku janji Salma setelah selesai kamu bersalin, aku akan mengembalikan Alwi kepadamu. Sungguh aku nggak punya hak sama sekali untuk memiliki Alwi."
"Hmm. Sekarang mbak Bunga jangan berfikir ke situ dulu ya, malah justru aku punya satu permintaan sama mbak Bunga dan juga Mas Alwi sekarang."
"Permintaan apa Salma?"
Bunga bertanya dengan wajah sedikit bingung sambil menatap ke arah Alwi.
"Kalau misalnya aku nggak bisa kembali menemui kalian lagi setelah ini, Aku ingin kalian selalu saling menjaga ya! Terutama buat Mas Alwi, tolong jaga mbak Bunga ya Mas, Aku yakin pada akhirnya kalian akan sama-sama hidup bahagia."
Salma tiba-tiba berbicara seperti itu sambil menyatukan tangan Alwi dan juga Bunga.
Bunga dan Alwi hanya bengong sambil saling menatap. Tapi tak lama Alwi langsung melepaskan pegangan tangan tersebut.
"Kamu ini bicara apa sih Sal? Udah kamu fokus ya sama kandunganmu dan juga keadaanmu. Kamu pasti baik-baik saja. Udah kita jangan bahas ini dulu. Yang jelas saat ini aku mau kamu baik-baik saja."
Alwi meminta Salma dan Bunga untuk berhenti membahas tentang pernikahan nya. Karena saat ini keselamatan Salma dan juga bayinya adalah hal yang paling utama.
"Bunga, aku minta sekarang kamu tunggu di luar dulu ya sama ibu! Aku harap kamu mengerti. Ini bukan saatnya membahas soal pernikahan. Kamu juga Sal, jangan berbicara seperti itu lagi! Kamu pasti akan baik-baik saja. Udah ada Mas di sini yang menemani kamu."
Bunga pun langsung menuruti apa yang Alwi suruh, dan kini hanya Alwi sendirian yang menunggu Salma di dalam ruangan.
Alwi terus mengusap-usap Salma sambil tangan satunya di pegang erat oleh Salma yang merintih kesakitan.
Efek obat induksi yang makin terasa membuat Salma menjerit beberapa kali. Tak lama dokter dan beberapa asistennya pun menghampiri untuk mengecek perkembangan Salma.
Alwi masih menemani Salma berada di belakang dokter.
Setelah dokter memeriksa Salma, dokter pun mengajak Alwi berbicara berdua di balik pintu ruangan.
"Gimana dok?"
Tanya Alwi dengan muka cemas.
"Biar saya jelaskan dulu ya pak, sebelum istri bapak ke sini, dia mengalami sedikit pendarahan, tadinya kami sudah menyarankan untuk menggunakan metode Caesar, tapi dari pihak keluarga meminta untuk normal dahulu sambil menunggu pak Alwi datang."
"Ya Allah, tapi sekarang belum terlambat kan dok untuk melakukan operasi?"
Tanya Alwi kembali dengan wajah yang semakin cemas.
"Insya Allah tidak terlambat pak, sekarang istri bapak harus segera di alihkan ke persalinan dengan metode operasi Caesar, karena pendarahan yang sudah di luar batas, dan bila memaksakan dengan lahiran normal maka saya khawatir takut ada apa-apa dengan kondisi bayi dan juga ibunya."
Dokter bicara dengan wajah yang sangat serius sambil menatap tajam ke arah Alwi.
"Apapun metodenya, tolong lakukan yang terbaik untuk istri saya dok."
Jawab Alwi dengan tegas sambil menepuk pundak dokter.
"Baiklah, sekarang bapak segera menuju ruang administrasi yang ada di atas untuk melakukan beberapa tanda tangan persetujuan."
Dokter berkata sambil menunjuk ke arah ruang administrasi.
"Baik Dok, tolong segera ya. Saya sangat percaya dengan dokter."
Alwi kembali menepuk pundak dokter.
"Terimakasih pak."
Jawab dokter dengan senyuman ramah.
Alwi pun langsung berjalan cepat menuju ruang administrasi. Sementara Salma langsung di bawa ke ruangan operasi oleh beberapa perawat.
/Facepalm//Facepalm/
/Facepalm/
/Shy/
/Proud/
/Facepalm/
mungkinkah aku meminta,,
kisah kita selamanya,,,
tak terlintas dalam benakku, bila hariku tanpamu,,
Sabar ya Wi, semua itu ujian
aku mampir Thor, semangat🔥
kenalin aku author baru nih🤗
/Smug/