"Bagaimana rasanya jatuh cinta dengan wali yang ditugaskan oleh ayah saya?"
Amara yang muda dan cantik memiliki kehidupan yang bahagia dan sempurna; ia dicintai oleh orang tuanya, sukses dalam studinya, dan telah menjadi direktur perusahaan sejak usia sembilan belas tahun.
Namun, di balik permukaan yang di irikan semua orang itu, ada sesuatu yang membuatnya sedih. Melihat pria yang dikaguminya sejak kecil menikah dengan wanita lain, Amara yang sombong hampir tidak bisa menyembunyikan rasa sakit dan kesedihan di hatinya.
Di sisi lain, Akmal yang tahu dirinya tidak boleh jatuh cinta, namun tanpa sadar dirinya terus memperhatikan Amara. Saat melihat Amara bersama pria lain, ia peduli dan cemburu...
Akankah roda takdir menuntun keduanya untuk saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
Kekecewaan Akmal begitu dalam, ia pikir wanita yang dicintainya memiliki harga diri, tapi ternyata sama saja tidak ada bedanya dengan wanita kebanyakan.
Tutur katanya yang lembut dan ketulusan yang diberikan ternyata hanya kedok semata. Jika saja Astrid adalah korban pelecehan mungkin dirinya bisa menerima, tapi ini.
" Maafkan aku Mas, aku benar-benar khilaf."
Manusia memang tempat lupa dan kesalahan tapi khilaf jika itu hanya sekali.
"Tidak ada yang namanya khilaf melakukanya berulang kali Astrid."
Bagaimana bisa berdalih khilaf tapi diulangi, yang ada sama-sama mau dan butuh akan belaian.
Akmal mengusap wajahnya kasar mendengar bagaimana Astrid seperti menjual diri pada dosen kampus membuatnya seperti membeli kucing dalam karung. Tapi ini kok sudah menjadi pacarnya lama jadi apakah dia membeli angsa tanpa mahkota? ahh enyahlah pusing dan kecewa rasanya.
Sejak tahu kejadian yang mengecewakan itu, Akmal dengan sengaja menjaga jarak, meskipun masih ada kontak fisik verbal yang tidak berlebihan, karena bagaimana pun Astrid masih istrinya sampai ia menunggu sesuatu yang mungkin saja semakin membuatnya kecewa.
Lalu bagaimana dengan kelurganya, pasti mereka juga merasakan kekecewaan mendapati kisah pernikahan anaknya yang ternyata begitu tragis?
Entahlah, itu pikir nanti jika apa yang Akmal pikirkan terjadi.
*
*
Aussie
Kegiatan Amara tidak jauh dari belajar dan belajar, gadis itu benar-benar tidak membuat waktunya terbuang sia-sia. Semester pertama sudah Amara lewati, waktu begitu cepat jika hanya tinggal melihat tanpa ikut berproses dan saat ini Amara sedang melakukan liburan semester dan di minta pulang oleh kedua orangtuanya.
"Hati-hati, kalau sampai kabari aku " Jonas melepas kacamatanya yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya, ditatapnya gadis didepanya yang sudah satu tahun ia jaga dengan segenap jiwanya.
"Om Jonas tidak mau ikut?" Amara balik menatap pria yang sudah dia anggap keluarga.
Jonas menggeleng kecil dengan bibir tersenyum, "Lain waktu, itupun jika ada perjalanan bisnis. Tapi aku rasa tidak akan pernah karena di sana sudah ada pak Maher yang menghandle." katanya dengan kekehan kecil.
Amara mengangguk saja, "Seharunya Om sudah menikah, biar tidak disuruh papa bekerja keras, lagian kenapa juga Om Jonas betah melajang?"
Jonas menaikkan satu alisnya mendengar perkataan Amara, "Kenapa kamu jadi cerewet dan mengomentari kehidupan orang, apa ini bentuk perhatian mu?"
Amara mencebikkan bibirnya, "Om Jonas sudah aku anggap seperti saudara sendiri, jika di Indonesia ada Om Akmal dan ternyata kalian sama saja, bedanya Om Akmal sudah menikah." Wajah Amara berubah sendu di akhir kalimat.
Jonas menghela napas, "Sampai kapan kamu akan seperti ini," Gumam Jonas yang langsung mendapat tatapan kompleks.
Jonas mendesahh kasar, "Sampai kapan kamu akan terbelenggu dengan perasaan mu sendiri," Jelasnya.
Amara yang mendengar membulatkan matanya, "Aku-"
"Menyimpan perasaan untuk Akmal." Jonas terkekeh, "Kamu gadis cerdas dan cantik, tidak sepantasnya masih mengharapkan pria yang sudah beristri." Jelasnya lagi.
Amara meremat kedua tangannya di udara, ucapan Jonas kok malah membuatnya kesal.
Melihat Amara yang dia saja, keduanya tangan Jonas menyentuh kedua bahu Amara, dan menatap gadis yang genap sembilan belas tahun beberapa bulan lalu.
"Jangan terpaku pada satu titik, apalagi titik itu tidak bisa lagi kamu capai, percayalah masih banyak pria yang menginginkanmu, kamu akan bisa melihatnya jika hatimu sudah tidak ada namanya yang selalu kamu simpan."
*
*
Seorang pria yang berpakaian rapi dengan setelan jas melambaikan tangan saat melihat gadis cantik menarik koper dari pintu keluar.
Amara yang melihat hanya tersenyum dan mempercepat langkahnya untuk menuju pria yang sudah menunggunya.
"Aku pikir, aku tidak bisa lagi mengenalimu?" Akmal tersenyum menyambut kedatangan anak sulung pasangan Maher dan Arabella.
Tanganya meraih koper yang di bawa Amara untuk dia bawa.
"Kenapa begitu?" Tanya Amara sambil menelisik penampilan asisten pribadi ayahnya ini. Lama tidak bertemu dan berkomunikasi tidak membuat Amara bisa melupakan pria didepanya ini.
"Kamu banyak mengalami perubahan, terutama semakin cantik." Puji Akmal jujur.
Amara semakin cantik dengan penampilannya sekarang, gadis ini semakin modis dan sedikit lebih dewasa dari terakhir kali bertemu. Satu tahun ternyata mampu membuat gadis kecil yang ia temani kini tumbuh dewasa dengan banyak perubahan.
Desiran halus masih Amara rasakan, rasa itu masih ia simpan belum ada yang bisa menggantikan posisinya. Amara hanya tersenyum, dalam hati menguatkan diri untuk mengabaikan perasaanya agar tidak menguap, biarkan saja tersimpan karena selama ini begitulah keadaannya.
Akmal membukakan pintu mobil setelah menaruh koper Amara di bagasi belakang. Pria itu masuk dan duduk di balik kemudi setelah memastikan Amara duduk aman.
Keheningan beberapa menit terjadi saat keluar dari area bandara, Amara menatap beberapa bangunan dan pemandangan kota yang ternyata sama saja.
"Bagaimana kabar Tante Astrid?"
Pertanyaan Amara membuat Akmal menatapnya sekilas.
Apakah gadis ini tidak tahu apa yang terjadi? pikir Akmal.
*
*
Gara-gara nonton bola lupa buat update 🤭
menunggu lama ternyata dpt bekas siapa tuh
akhirnya jika org yg berjuang tk mu menyerah maka kamu sendiri yg mengalami penyesalan