Mommy Untuk Anak Duda

Saat ini satu mansion di buat pusing oleh kerewelan Xaviel. Berlarian mengamburkan barang hanya karena Mommynya tak kunjung datang.

"Den, El." Beberapa boygrup mengejar Xaviel yang terus mengamburkan barang.

Revandra memijat hidungnya. Baru kali ini melihat Xaviel rewel sampai mengamuk.

"Sayang," panggil Revandra mengejar Xaviel walaupun terus saja di lempari mainan mobil-mobilan.

"Kalian jahat, Daddy jahat. Katanya Mommy akan ke sini! Kenapa Mommy gak ada!" Xaviel mendorong sofa sampai terbalik.

"Astaga, El." Revandra hanya bisa pasrah melihat kelakuan putranya. Gracel juga tak aktif sedari tadi. Revandra juga tidak mengetahui di mana gadis itu berada, sudah di cari Marro ke kosannya namun tak ada juga.

"Daddy jahat, Daddy gak nepatin janji!" teriak Xaviel melampar seluru mainannya bahkan kue yang dia belikan untuk Gracel dia buang ke lantai.

Revandra dengan satu tarikan membuat anak itu masuk ke dalam dekapannya.

"Ok, kita cari Mommy sama-sama," bujuk Revandra menghapus air mata anaknya.

"Sampai Mommy ketemu?" tanya anak itu.

Revandra mengangguk membuat Xaviel berhenti menangis.

"Yaudah, ayo cepatan kita cari Mommy."

Mereka pun keluar dari mansion.

"Daddy naik motol aja bial Mommy, bisa jumpa," pinta Xaviel.

"Banyak debu, naik mobil aja ya!" bujuk sang Daddy.

Xaviel menggeleng. Pria itu hanya menghela nafas lalu menurunyan Xaviel dari gendongannya dan berlari ke garasi.

"Xavie," pangggil seseorang membuat anak itu menoleh.

"Mommy," seru Xaviel berlari memeluk seseorang itu yang tak lain adalah Gracel.

"Kenapa Mommy lama banget datangnya?" tanya Xaviel.

"Mo-momy kuliah terus kerja, jadi lambat datangnya, maafin ya?"

Xaviel mengangguk. "Gak papa." Anak itu mengecup singkat pipi Gracel.

Gracel tersenyum. Sebenarnya gadis itu sangat lelah namun ke ingat janjinya pada Xaviel mau tak mau dia harus singgah dulu.

"Daddy, gak jadi cari Mommynya dia udah ada," sahut Xaviel.

Revandra menoleh ke belakang dan mendapati Gracel yang menggendong sang anak. Dia menatap Gracel dengan tatapan tak bersahabat gadis itu yang di tatap justru membalas tatapan Revandra tak kalah tajam.

"Ayo, Mommy kita masuk," ajak Xaviel.

Gracel mengangguk. Mereka pun memasuki mansion mewah tersebut.

Tas ransel Gracel begitu berat di tambah dia menggendong Xaviel membuatnya repot namun tiba-tiba seseorang mengambil ahli tasnya lalu mendualinginya masuk dan orang itu adalah Revandra.

Baru di ambang pintu dia sudah membulatkan mata, melihat isi mansion itu sama persis kapal pecah.

"Gara-gara lo datang lama, barang-barang mahal gue pecah," sindir Revandra.

"Daddy! Ini bukan salah Mommy, ini salah ku!" protes Xaviel tak ingin Mommynya di salahkan.

"Pintar banget," puji Gracel.

"Ya dong, kan anak Mommy," balas Gracel.

"El, dia bukan Mommy mu! Kau juga bukan anaknya! Kau cuma anak Daddy," tekan Revandra.

"Dia, Mommy ku!" Xaviel juga ikutan menekan.

Revandra dan anaknya saling tatap, seakan menaro bendera peperangan.

"Kau cuma anak Daddy!"

"Tidak! Aku juga anak Mommy!"

"Tidak!"

"Ya!"

"Udah! Jangan pada ribut." Gracel menyela perdebatan antara anak dan bapak.

"Daddy duluan!" tuduh Xaviel.

"Dih, El!"

"Ck, semuanya salah," teriak Gracel sehingga mereka berdua terdiam.

Boygrup serta art membereskan keberantakan yang di lakukan tuan muda mereka. Setelah selesai Gracel mendudukan Xaviel ke karpet.

Mereka bermain sampai lupa waktu. Revandra sudah berangkat ke kantor walaupun sudah sore hari namun dia hanya memeriksa berkas penting, setelahnya akan pulang.

Tanpa sadar jam sudah menunjukan pukul 18.56 WIB. Gracel tertidur sambil bersandar di tembok mungkin terlalu lelah.

Xaviel yang melihatnya mengambilkan selimut untuk Mommynya.

Dia berjongkok. "Mommy cantik, gimana kalau dia jadi istri Daddy?"

"El," panggil seseorang yang tak lain adalah Revandra. Xaviel menoleh lalu mengode jangan berisik.

Revandra mengangguk lalu mendekati anak dan gadis itu.

"Daddy, angkat Mommy ke lanjang kasian badannya nanti sakit!" pinta Xaviel.

Revandra diam sesaat, dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Daddy, ayo cepat!" perintah Xaviel menarik pergelangan tangan sang Daddy.