NovelToon NovelToon
Malam Yang Merenggut

Malam Yang Merenggut

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: megawati

Terdengar Musik yang terus di putar dengan kencang di sebuah bar hotel, disertai dengan banyaknya wanita cantik yang menikmati serta berjoget dengan riang. Malam yang penuh dengan kegembiraan, yang tak lain adalah sebuah pesta bujang seorang gadis yang akan segera menikah dengan pujaan hatinya. Ia bernama Dara Adrianna Fauza, gadis cantik dan manis, anak sulung seorang pengusaha sukses.

"Dar, gue ngak nyangka banget Lo bakalan nikah. Selamat ya bestie?" Ucap salah seorang gadis yang merupakan teman SMA dara.

"Iya. Makasih yah bestie. Gue doain semoga Lo cepet nyusul yah? Biar gantian, gue yang di undang." Ucap Dara sambil tersenyum.

Dara yang merasa haus pun segera mengambil sebuah jus untuk di minum, ia pun meminumnya.

Pesta terus berjalan dengan lancar, semua teman dara menikmati pesta dengan bahagia. Seketika dara yang sedang bersama dengan teman-temannya pun menjadi pusing. Mata menjadi sangat berat, pandangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab

#MALAM_YANG_MERENGGUT

#CERBUNG

#PART_33

Brama menyuruh Dara untuk keluar dari ruangan itu. Di saat Dara berjalan menuju pintu, Aldo menarik lengannya.

"Mau melarikan diri kemana kamu? Diam disini! Aku tidak akan membiarkan kamu memanfaatkan Om aku demi menjaga reputasi kamu!" Ucap Aldo sangat murka.

"Lepaskan calon istriku, Aldo Meyson!" Bentak Brama berdiri dengan tatapan mengancam, sangat dingin, dan mengintimidasi. Bahkan, Aldo pun sampai melepas tangan Dara dengan sendirinya.

"Om tidak boleh menikah dengan wanita ini! Aku membatalkan rencana pernikahan aku dan wanita ini karena dia berselingkuh dengan pria lain, Om! Entah sudah berapa kali dia tidur bersama para pria yang dia dekati, aku tidak tahu. Yang jelas, aku tidak rela jika Om menikah dengan wanita yang tidak punya harga diri ini!" Ucap Aldo yang terus menerus menghina Dara.

Entah sejak kapan, Brama sudah berdiri di depan Aldo. Dia mencengkeram kerah Aldo hingga tumit keponakannya terangkat.

"Jaga bicaramu pada calon istriku." Ucap Brama penuh amarah.

Aldo mencengkeram pergelangan tangan Brama yang begitu keras. Dia tak sanggup mengurai genggaman tangan Omnya.

"Aku tidak bohong! Aku punya bukti jika Dara pernah bermalam dengan seorang pria di hotel!" Ucap Aldo.

Brama melepaskan kerah baju Aldo dengan kasar. Dia menghela napas panjang dan bertanya.

"Apa yang kamu maksud adalah foto-foto Dara bersama pria setelah menghadiri pesta lajang yang direncanakan istri kamu?" Pekik Brama.

"Benar." Ucap Aldo.

Brama tersenyum samar. Tak menyangka jika keponakannya begitu bodoh. Aldo seharusnya curiga kepada Ayra karena meninggalkan Dara sendiri disana.

Namun, Brama tak mau mengungkapkan itu. Brama tak ingin Aldo merasa bersalah, lalu mengejar cinta Dara istrinya.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku sudah membuktikan jika Dara merupakan wanita baik-baik, karena akulah pria yang ada di dalam foto itu." Ucap Brama.

"A-apa? Om bercanda, kan?" Pekik Aldo menatap tak percaya pada Brama dan Dara secara bergantian.

Bagaimana mungkin Dara berselingkuh dengan Omnya selama ini? Tidak! Dara bahkan belum pernah bertemu Brama sebelumnya.

Aldo tak dapat mempercayai ucapan Omnya. Mungkin, Brama hanya ingin melindungi Dara setelah wanita itu memberikan sesuatu yang berharga untuk Omnya.

Serendah itu Aldo menilai Dara setelah semua yang terjadi. Tak mungkin juga seorang Brama Pranaja tiba-tiba memperdulikan masalah yang tak menguntungkan bagi dirinya sendiri.

Bukan hanya Aldo, Dara pun tak menyangka jika Brama akan mengatakan itu semua. Apa rencana Brama sebenarnya?

Bukankah Brama sendiri yang mengatakan untuk menutup rapat rahasia itu hanya untuk mereka dan orang-orang yang sudah terlanjur tahu?

"Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan masalah ini. Tapi, itulah kenyataannya. Malam itu, Dara membantu aku yang hampir pingsan untuk menemukan kamarku dan merawat aku semalaman hingga aku siuman." Ucap Brama.

"A-apa?" Pekik Aldo.

"Kami tidak mengenal satu sama lain waktu itu. Kalau bukan kamu yang mengatakan kepadaku bahwa Dara mantan tunangan kamu, aku tidak akan pernah tahu. Tanyakan saja pada Gilang. Dia yang menjemput kami pagi harinya." Ucap Brama.

Mau bagaimana lagi? Brama tetap harus mengatakan alasan yang masuk akal kepada Aldo. Lagi pula, setelah Aldo tahu jika dia terlalu gegabah memutuskan rencana pernikahan mereka, Aldo seharusnya sadar diri kalau dirinya tak layak menjadi suami Dara.

Dan sekaligus untuk menyempurnakan kebohongannya kepada Jasmine. Brama yakin, Aldo tak mungkin mengatakan itu pada Jasmine. Sebab, Jasmine akan sangat murka dan kecewa jika Aldo memutuskan hubungan dengan Dara hanya karena salah paham.

Dugaan Brama memang benar. Aldo sampai kehilangan kata-kata hingga ambruk terduduk di kursi.

Menyesal! Itulah yang dirasakan Aldo. Kenapa dia begitu bodoh mempercayai foto yang tak tahu dari mana asalnya, dibandingkan bertanya langsung kepada Dara.

"Ra, aku -" ucap Aldo terhenti.

"Cukup!" Ucap Brama menatap Dara dengan isyarat untuk menyuruhnya keluar. Dara segera meninggalkan mereka berdua. Dia tak ingin pusing memikirkan masalah itu lagi dan kembali memperburuk kandungannya.

Selagi Dara meninggalkan mereka, Brama kembali duduk di kursi kebesarannya. Mengamati penyesalan besar yang terpancar dari wajah keponakannya.

"Kamu sekarang sudah menikah dengan adik calon istriku. Dan seperti yang kamu tahu, aku tetap akan menikah dengan Dara demi menjaga nama baik keluarga besar kita." Ucap Brama.

"Om tidak bisa begini! Om tidak boleh menikah dengan Dara apapun yang terjadi. Aku, aku akan segera menceraikan Ayra dan memohon ampunan pada Dara." Ucap Aldo dengan mata dan wajah memerah karena menahan diri agar tidak menumpahkan penyesalan dalam air matanya.

Brama menghela napas panjang. Dia sudah menduga jika Aldo akan mengatakan itu.

"Apa kamu tidak memikirkan perasaan Mama kamu? Dia akan sangat marah dan kecewa jika tahu alasan kamu memutuskan hubungan dengan Dara. Kamu seharusnya menyimpan rahasia ini rapat-rapat dari semua orang." Ucap Brama.

Begitu lihainya Brama bersilat lidah. Dia sudah terbiasa mengendalikan orang-orang agar menuruti perintahnya. Apalagi, Aldo sangat mudah terpengaruh oleh kata-kata orang yang meyakinkan.

"Pulang dan berkacalah. Tanyakan pada diri kamu sendiri, apakah kamu masih layak untuk menikah dengan Dara? Kamu saja tidak bisa mempercayai orang yang kamu cinta, menyakiti hatinya dan membuang dia sehingga dia diusir oleh keluarganya sendiri." Ucap Brama.

Aldo menunduk dan merenungkan kata-kata Brama. Omnya benar, dia seharusnya malu jika berkata masih menginginkan Dara kembali padanya.

Pikiran dan hati Aldo berperang hebat. Di satu sisi, dia semakin menginginkan Dara setelah mendengar fakta itu. Namun, di sisi lain dia yakin jika Brama Pranaja dapat melindungi Dara, melebihi dirinya yang tak dapat diandalkan dan malah menuduh Dara sembarangan.

Biarpun demikian, Aldo tak rela melihat Dara menikah dengan pria lain. Dia lalu berkata.

"Om, Om tidak harus menikah sama Dara. Aku akan mencari solusi untuk memperbaiki situasi ini, Om. Aku mohon, batalkan pernikahan kalian." Pintah Aldo dengan wajah memelas.

Aldo tahu, Omnya tak dapat berkompromi dalam hal apapun jika sudah memutuskan sesuatu. Namun, Aldo tak menyerah, dia terus-terusan memohon kepada Omnya untuk membatalkan rencana pernikahan mereka.

"Tidak masalah jika semua orang menundingku sebagai penjahat karena menikah dengan mantan calon istri keponakan aku sendiri. Lagi pula, tidak akan ada yang berani walau hanya mencoba menjatuhkan aku." Ucap Brama dengan nada final.

Aldo tak sanggup lagi membantah Brama. Dia keluar dari ruangan Brama dengan wajah lesu.

Ingin hati menyapa dan meminta maaf kepada Dara. Tetapi, Aldo teringat ucapan Omnya. Aldo tak punya muka walau hanya melihat Dara.

Di saat Aldo sampai di parkiran, mobil Ayra baru saja datang dan berhenti di sebelah mobilnya. Istri yang tak diinginkan Aldo itu langsung mendatangi dirinya.

"Ada apa sama kamu? Kemana saja kamu, sampai tidak pulang ke rumah?" Tanya Ayra khawatir karena wajah suaminya terlihat kusut dan pucat.

"Aku salah! Kita seharusnya tidak pernah menikah." Ucap Aldo terus terang.

Ucapan Aldo seperti belati tajam yang membela jantung Ayra.

"Kenapa kamu berkata seperti itu?" Tanya Ayra.

"Aku salah, Ayra. Dara tidak pernah mengkhianati aku." Ucap Aldo.

"Apa maksud kamu? Jelas-jelas kak Dara -" ucap Ayra terhenti.

"Dara pasti mengatakan sesuatu sama Aldo untuk menghancurkan pernikahan kami!" Geram Ayra dalam hati.

Kebencian Ayra pada Dara semakin menjadi-jadi. Dia membiarkan Aldo pergi dan akan membuat perhitungan dengan Dara.

Apapun yang akan terjadi, Ayra bersumpah akan mengusir Dara dari kehidupannya, dari ingatan Aldo dan dari Pranaja Group!

Seperti sebelumnya, Ayra menggunakan cara yang sama untuk menuduh Dara. Ayra sangat yakin, kali ini Brama pasti akan mengusir Dara.

Untung saja, Ayra sudah menyiapkan laporan dengan tulisan tangan dan tanda tangan Dara sejak perbuatannya hampir ketahuan. Tentunya, bukan Dara yang melakukan itu.

Ayra telah menyewa seorang profesional untuk meniru tulisan Dara. Dan dengan wajah penuh percaya diri, Ayra langsung menghampiri Brama.

Tak berbeda jauh dari Aldo, Ayra terperanjat ketika melihat Dara duduk di samping Brama. Tak masalah, justru lebih bagus jika mereka berdua ada di sana. Ayra akan segera melihat air mata di wajah sang kakak tiri.

"Nona Dara, kebetulan kamu ada di sini. Aku ingin bertanya pada Tuan Brama dan juga kamu tentang masalah ini." Ucap Ayra mengulurkan map berisi laporan palsu itu pada Brama.

"Saya menemukan tulisan tangan Nona Dara disini." Lanjut Ayra.

Ayra menatap nyalang sang kakak tiri. Dara tak begitu mengindahkannya dan justru bersantai-santai sambil membaca buku.

"Penggelapan dana kali ini lebih besar dari sebelumnya." Ucap Brama tampak sangat murka.

Ayra tersenyum dalam hati.

"Rasakan itu! Siapa suruh, wanita bodoh seperti kamu mau menghancurkan hidup aku dan rumah tangga aku." Batin Ayra.

Sayangnya, Ayra salah besar! Brama tak marah pada Dara, melainkan kepada Ayra.

"Apakah keluarga kamu bangkrut?" Tanya Brama seraya melirik Ayra, lalu kembali membaca laporan.

Kenapa Brama malah melihat ke arahnya? Apakah Brama memberi Ayra kode untuk membantu memojokkan Dara?

"Dia tidak punya keluarga, Om. Tidak aku sangka, kamu terlihat sangat baik di depan semua orang, tapi kamu hanya seorang pencuri kecil. Kamu seharusnya berterima kasih kepada Om Brama yang sudah mau menerima kamu bekerja di sini, tapi kamu malah mencuri dari Perusahaannya." Ucap Ayra.

Dara meletakkan buku di atas meja, dia sangat kesal dengan tuduhan Ayra. Ketika Dara ingin membalas ucapan Ayra, Brama mengangkat tangan sejajar dengan wajahnya, memberi isyarat supaya Dara tak ikut campur.

"Saya bertanya sama kamu, Ayra Meyson!" Bentak Brama. Dia tak sanggup lagi membiarkan uang miliknya diambil makhluk pengerat tak tahu malu di depannya!

Ayra terkesiap oleh suara keras dan tatapan tajam Brama.

"Keluarga aku baik-baik saja, Om. Kenapa Om malah bertanya tentang keluarga aku?" Tanya Ayra bingung.

"Saya bisa memaafkan kamu sekali karena kamu istri keponakan saya. Tapi, tidak untuk kali ini! Setelah kamu menggelapkan dana dua miliar, sekarang kamu mencuri delapan miliar lagi. Berapa yang akan kamu ambil di hari berikutnya?" Tanya Brama dengan amarah.

Ayra tercengang sampai membuka mulutnya.

"Om? Apa maksud Om? Kenapa Om malah menuduh aku? Jelas-jelas, ini tulisan tangan Dara Vandella! Dia yang sudah menggelapkan dana proyek kita, Om...." Ucap Ayra.

"Cukup!" Ucap Brama menggebrak meja hingga Dara dan Ayra terperanjat.

"Dara bahkan bisa memiliki perusahaan ini jika dia mau. Untuk apa dia mencuri di perusahaan calon suaminya sendiri?!" Ucap Brama memperjelas.

"C-calon suami?" Tanya Ayra mengulang ucapan Brama karena tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Iya, Dara adalah calon istri saya! Dan saya akan memutuskan kerja sama kita karena Kamu terus-terusan mengusiknya." Ucap Brama tegas.

"Aku baru tahu kalau Om Brama suka bercanda." Ucap Ayra melemaskan persendiannya yang menegang. Tak mungkin Brama akan menikah dengan Dara!

"Kurang jelas ucapan saya? Pembatalan kerja sama kita. Kamu melanggar beberapa poin yang tertulis di sana." Ucap Brama melemparkan map lain di atas meja.

Ayra menatap nanar pada Dara. Dia tak percaya jika Dara akan menikah dengan Brama Pranaja.

Susah payah dia mengambil kesempatan emas untuk menikahi Aldo dan mengusir Dara, tetapi kakak tirinya justru akan menikah dengan pria terkaya di negaranya.

"Tidak! Om tidak boleh menikahi Dara. Dia itu -" ucap Ayra terhenti.

"Cukup! Telinga saya sakit mendengar suara kamu. Keluar dari sini!" Ucap Brama seraya melihat kaki Ayra tak bergerak sedikit pun, Brama lalu menambahkan.

"Saya akan memanggil security untuk menyeret kamu keluar." Ucap Brama lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!