NovelToon NovelToon
Malam Yang Merenggut

Malam Yang Merenggut

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Mengubah Takdir
Popularitas:51k
Nilai: 5
Nama Author: megawati

Terdengar Musik yang terus di putar dengan kencang di sebuah bar hotel, disertai dengan banyaknya wanita cantik yang menikmati serta berjoget dengan riang. Malam yang penuh dengan kegembiraan, yang tak lain adalah sebuah pesta bujang seorang gadis yang akan segera menikah dengan pujaan hatinya. Ia bernama Dara Adrianna Fauza, gadis cantik dan manis, anak sulung seorang pengusaha sukses.

"Dar, gue ngak nyangka banget Lo bakalan nikah. Selamat ya bestie?" Ucap salah seorang gadis yang merupakan teman SMA dara.

"Iya. Makasih yah bestie. Gue doain semoga Lo cepet nyusul yah? Biar gantian, gue yang di undang." Ucap Dara sambil tersenyum.

Dara yang merasa haus pun segera mengambil sebuah jus untuk di minum, ia pun meminumnya.

Pesta terus berjalan dengan lancar, semua teman dara menikmati pesta dengan bahagia. Seketika dara yang sedang bersama dengan teman-temannya pun menjadi pusing. Mata menjadi sangat berat, pandangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab

Semenjak kejadian dengan Ayra dua hari lalu, Brama tak mengizinkan Dara pergi ke kantor. Dia tak ingin ada Ayra-ayra lain yang membuat Dara kesal dan banyak pikiran. Ruangan pribadi di kantor yang telah ditata sedemikian rupa untuk istrinya pun menjadi percuma.

"Apa jadwal saya hari ini?" Tanya Brama.

Gilang melihat daftar di tablet, kemudian menjawab.

"Ada pertemuan dengan klien dua jam lagi. Sebelum itu, Tuan Arman Fauza meminta bertemu dengan Anda." Ucap Gilang.

"Untuk urusan apa?" Tanya Brama santai.

"Beliau mengatakan ingin bertemu dengan Anda sebagai wali dari Nyonya Dara." Jawab Gilang.

Brama tersenyum tanggung. Setelah tahu anaknya akan menikah dengannya, Brama telah menebak apa yang diinginkan orang yang mengaku sebagai ayah dari istrinya.

"Katakan padanya, saya hanya memiliki waktu setelah acara pernikahan saya selesai." Ucap Brama final.

Seperti yang dikatakan Brama, Gilang segera menyampaikan hal tersebut ketika Arman datang ke Pranaja Group.

"Kamu tahu siapa saya? Saya adalah ayah dari wanita yang akan dinikahi atasan kamu! Bagaimana mungkin dia ingin menikahi anak saya, sementara saya ayahnya Dara, tidak diberitahu sebelumnya?!" Pekik Arman.

Tentu saja, Ayra telah menceritakan semua tentang Dara kepada orang tuanya. Ayra berusaha keras membujuk Arman agar mencegah pernikahan Dara. Namun, Arman berpikir sebaliknya.

Apapun kesalahan Dara, Arman akan memaafkannya jika pria yang akan Dara nikahi adalah Brama Pranaja. Pria itu merupakan tangkapan yang sangat besar. Arman tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa menjadi bagian dari Pranaja Group.

"Maaf, Tuan. Jadwal Tuan Brama benar-benar sangat padat." Ucap Gilang.

Arman pun keluar dari gedung perusahaan dengan tangan hampa. Namun, dia tak mau menyerah. Jika Brama menolaknya untuk bertemu, dia bisa menemui Dara.

Putri sulungnya itu selalu menginginkan kasih sayang darinya. Arman percaya diri, Dara akan menuruti apapun yang dia katakan, tanpa bisa menolak seperti biasanya.

Sayangnya, harapan Arman sia-sia belaka. Dia tahu jika Dara tinggal di kediaman Pranaja. Akan tetapi, tak ada yang mengizinkan dirinya bertemu dengan putri kandungnya.

"Apa ini masuk akal? Saya tidak diperbolehkan bertemu dengan anak saya sendiri?!" Bentak Arman pada salah satu pelayan yang menemuinya.

"Maaf, Tuan. Saya tidak memiliki kewenangan untuk menentang perintah majikan saya." Ucap pelayan itu.

"Saya bisa menuntut kalian karena membawa kabur anak saya!" Ucap Arman menunjuk-nunjuk si pelayan dengan amarah.

Keributan itu pun sampai di telinga Robby Pranaja. Ayah Brama keluar dan menemui Arman. Wajah Arman yang tadinya memerah karena amarah, langsung berubah berseri-seri.

Arman yang selalu merasa dirinya pria terhormat dan memilki kekayaan melimpah, tak bisa dibandingkan dengan Robby Pranaja. Alasan Arman menikahkan anaknya dengan keluarga Meyson pun karena dia ingin memiliki koneksi dengan keluarga terkaya itu.

"Silahkan masuk." Ucap Robby.

Arman mengikuti langkah kaki Robby. Dia mengamati ruang tamu itu dengan tatapan takjub. Level keluarga Pranaja benar-benar berbeda. Dan sebentar lagi, dia akan menjadi besan dengan Tuan rumah di kediaman Pranaja.

"Saya dengar, Anda ingin bertemu dengan Dara, benar?" Tanya Robby.

"Tentu saja. Dara akan menikah dan tidak memberi kabar terlebih dulu. Saya sebagai ayahnya merasa tersinggung, Tuan." Ucap Arman.

Robby telah mendengar semua cerita yang Dara alami, baik dari Astrid maupun Brama. Sejujurnya, Robby tak suka dengan pria dihadapannya. Namun, dia tetap bersikap sopan karena biar bagaimanapun, Arman merupakan ayah kandung menantunya.

"Dara sedang sibuk mempersiapkan acara pernikahannya bersama istri saya sekarang. Dan untuk masalah izin dari Anda sebagai ayah Dara, kami tidak memerlukannya." Ucap Robby.

Arman terkesiap. Apa-apaan ini? Dia seharusnya mendampingi Dara sebelum menyerahkan secara resmi kepada Brama! Para rekan bisnisnya harus tahu jika dia menjadi besan Robby Pranaja!

"Apa maksud Anda? Saya ayah Dara Fauza dan saya berhak untuk mendampingi Dara ketika menikah. Kenapa Anda berkata jika Dara tidak memerlukan saya?" Tanya Arman.

Sebelum pertanyaan Arman terjawab, Dara dan Astrid yang baru saja pulang berbelanja, memasuki ruang tamu. Senyum dua wanita itu memudar begitu melihat kehadiran Arman.

"Dara..." Ucap Arman berdiri ketika melihat kedatangan Dara.

"Kenapa kamu tidak bilang sama Papa kalau kamu akan menikah? Apa kamu sudah tidak menganggap Papa sebagai Papa kamu lagi?" Ucap Arman yang tak mau berbasa-basi bertanya kabar Dara lebih dulu.

Kaki Dara sontak mundur ketika Arman hendak mendekat padanya. Astrid maju di depan Dara untuk menjadi tameng.

"Kenapa kamu tidak mengatakan hal sepenting ini sama Papa?" Tanya Arman dengan wajah yang menyiratkan kekecewaan.

Serpihan kenangan mulai bermunculan di benak Dara. Pernahkah Arman bicara selembut itu padanya?

Tidak!

Arman selalu saja memojokkan Dara karena Ayra selalu merebut apapun yang diinginkannya. Arman tak pernah menanyakan keadaan Dara. Bahkan, ketika Dara sakit, Arman tetap bersenang-senang dengan Hilda dan Ayra.

Apalagi, Arman telah menorehkan luka yang mendalam tatkala tangan yang Dara inginkan untuk menggenggam tangannya itu, justru menampar wajahnya dengan keras. Kata-kata pengusiran Arman padanya, masih segar dalam ingatan Dara.

Arman baru datang menemui Dara ketika tahu jika dirinya akan menikah dengan seorang Brama Pranaja. Bagaimana jika Dara tak menikah dengan Brama? Apakah ayahnya tetap akan mencarinya?

Dara sudah tahu jawaban dari segala pertanyaannya. Arman tak mungkin melakukannya.

Dengan langkah percaya diri, Dara melewati Astrid setelah menganggukkan kepala sebagai isyarat bahwa dirinya akan baik-baik saja. Dia tak lagi menunduk saat bicara dengan Arman. Tak ada lagi ketakutan padanya, yang tersisa hanyalah rasa sakit di hati dan kemudian berubah menjadi benci.

"Papa?" Ucap Dara.

"Iya, ini Papa. Kenapa kamu tidak pulang ke rumah dan membicarakan masalah sepenting ini?" Tanya Arman.

Setelah ibunya meninggal, Dara baru sekali ini mendengar Arman bicara lembut padanya. Sikap Arman tersebut justru membuat Dara muak padanya.

"Maaf, Tuan Arman Fauza. Bukankah Anda sendiri yang menghapus nama saya dari daftar keluarga Fauza? Anda tidak ingat? Saat ini, saya sudah menjadi Dara Vandella, dan saya tidak memiliki urusan dengan keluarga Fauza lagi." Ucap Dara final.

Arman tak mau mempercayai pendengarannya. Bagaimana mungkin anak yang penurut dan pendiam, dapat berubah dalam sekejap?

"Apa kamu masih marah karena hari itu? Ra, Papa melakukan itu karena ingin mendidik kamu. Bukan berarti Papa benar-benar tidak menginginkan kamu. Tega-teganya kamu berkata seperti itu sama orang yang sudah membesarkan kamu selama ini." Ucap Arman memasang tampang sedih.

Dara sedikit goyang oleh tatapan memelas sang ayah. Dara lalu mengepalkan tangan agar tak menjadi lemah dan dimanfaatkan hanya ketika Arman tahu apa yang dimilikinya sekarang.

"Mama, kepala aku agak pusing. Apa mama bisa antar aku ke kamar?" Bisik Dara. Dia tak tahan bertatap muka dengan Arman.

"Kami masuk dulu, Pa." Ujar Astrid pada Robby dan tak memperdulikan keberadaan Arman.

Astrid membimbing Dara penuh perhatian meninggalkan ruangan itu. Dari belakang, Dara masih dapat mendengar Arman memanggil dirinya. Dara ingin menulikan telinga, tetapi Dara tetap dapat mendengar panggilan Arman yang tampak peduli padanya.

"Ingat, Ra. Dia bukan ayah kamu lagi, dia bahkan sudah tidak menganggap kamu lagi sebagai anaknya." Batin Dara menguatkan diri sendiri.

Namun, setelah Astrid keluar dari kamarnya, Dara menangis sesenggukan seorang diri. Biar bagaimanapun, Arman tetap ayah kandungnya.

Kenapa baru sekarang Arman datang dan menunjukkan perhatiannya? Seandainya Arman memberikan kasih sayang padanya lebih cepat dan walaupun hanya berpura-pura, Dara tak akan mengabaikannya. Tak peduli jika Arman menampar atau menuduh dirinya.

Yang membuat Dara semakin sakit hati, Arman datang bukan karena dirinya, melainkan karena dirinya akan segera melangsungkan pernikahan dengan Brama.

Brama yang melihat semua kejadian tersebut, bergegas meninggalkan semua kesibukannya. Dia kembali ke kediaman Pranaja secepat kilat. Di saat dia telah sampai, Arman sudah tak ada di sana.

Brama melangkah cepat sampai di kamarnya. Dia melihat Dara yang terkejut oleh kehadirannya yang tiba-tiba. Wanita itu pun buru-buru menghapus air matanya.

"Kamu tidak mau menyambut suami kamu yang pulang lebih cepat?" Tanya Brama pura-pura tak melihat tangisan Dara.

Dara turun dari ranjang, kemudian mulai melepaskan dasi suaminya. Mendadak, Brama memeluk dirinya sangat erat.

Brama tak mengucap apapun. Dia hanya mengusap lembut belakang kepala Dara. Dara yang mendapat perhatian dari sang suami, tiba-tiba kembali menangis sambil mempererat pelukannya.

Benar, hanya keluarga Pranaja satu-satunya keluarga Dara sekarang. Dara berjanji, dia tak akan lagi terpuruk oleh masa lalunya.

Dia tak akan mau dimanfaatkan Arman yang bisa saja akan merugikan keluarga Pranaja nantinya, karena Dara tahu betul dengan keluarga istri kedua Arman.

Baik Ayra maupun Hilda, mereka sama-sama suka menggunakan sesuatu yang bukan menjadi milik mereka. Bisa saja, mereka akan memanfaatkan nama besar Pranaja demi kepentingan pribadi.

"Ada yang sakit?" Tanya Brama yang berbisik pada Dara.

Dara menggeleng dalam pelukan Brama.

"Aku hanya mau kamu ada di sini." Ucap Dara yang setiap kali bersama Brama, merasa tenang dan aman.

Satu kalimat singkat Dara, membuat Brama berdebar-debar. Sudut mulutnya melengkung ke atas dengan sendirinya.

"Kamu rindu sama aku?"tanya Brama yang ingin mendengar kalimat yang Dara ucapkan sekali lagi.

"Tidak! Aku cuma mau ketemu sama kamu." Ucap Dara.

"Itu namanya rindu, sayang. Kamu tidak perlu malu kalau kamu rindu sama aku." Ucap Brama.

Dara mengurai pelukannya.

"Tidak! Itu tidak benar!" Ucap Dara mengentakkan kaki, lalu meringkuk di atas ranjang.

Brama membuka jasnya perlahan.

"Bagaimana ini? Istri aku benar-benar merindukan aku. Baiklah, aku akan temani kamu sampai kamu bosan." Ucap Brama.

"Tidak! Kamu tidak boleh sampai bosan dengan aku!" Ucap Brama segera meralat ucapannya.

***

PRANG!

Gelas kaca terlempar di jendela. Salah satu jendela di ruang kerja Arman yang berada di kediaman Fauza pecah berhamburan.

"Anak sial*n! Sudah berani kamu sekarang dengan aku?!" Geram Arman.

"Ada apa, Pa? Kenapa Papa memecahkan jendela?" Tanya Hilda memekik kaget melihat kaca jendela yang pecah.

Mengetahui suaminya marah besar, Hilda bisa menduga jika perbuatan sang suami berhubungan dengan Dara.

"Apa Papa tidak berhasil bertemu dengan anak itu?" Tanya Hilda.

Arman tak menjawab istrinya. Dia mengacak-acak rambutnya dengan kesal, lalu menghempaskan badannya di sofa.

"Anak sial*n!" Ucap Arman yang terus menggumamkan hal yang sama berkali-kali.

Hilda akhirnya tahu apa yang membuat suaminya marah. Dia meninggalkan Arman sendirian dan segera menghubungi Ayra.

Mereka berdua bercakap-cakap cukup lama. Tak henti-hentinya Ayra merengek agar membantunya untuk menggagalkan pernikahan Dara.

Tak berselang lama, seorang utusan dari Pranaja Group mendatangi kediaman Fauza. Satu pelayan segera mencari tuannya di ruang kerja.

"Tuan, ada tamu dari Pranaja Group. Beliau -" ucap pelayan itu terhenti.

Belum juga pelayan itu selesai bicara, Arman segera bangkit dan berjalan cepat menuju ruang tamu. Secercah harapan tumbuh dalam hatinya.

"Dasar anak bod*h! Kamu sama sekali tidak tahu pengaruh Papa kamu! Brama Pranaja tidak mungkin membiarkan aku, Arman Fauza dipermalukan karena tidak bisa mendampingi pernikahan kamu." Batin Arman tersenyum licik.

(Ya ampun, tega banget Arman. Jadi orang tua kok tega banget sama anak sendiri. Syukurin, ngak dianggap sama Dara😁. So, See you next part...)

Bersambung 😊...

1
Daryati Idar
lanjut thor
Sputnike Sinlae Ndolu
lanjutkan..
Nhur Canon
mna lanjutan nya thorr
Yusria Mumba
kasiang dara,
Saripa Landu
lanjut
Zikran Zikran
Luar biasa
Idha Sinaga
sudah tau mahal seharusnya pesan sesuai bajed dompet, Alhamdulillah kalau ditraktir.jika tidak mau bayar pke ap,satu lagi ikut dan di ajak beda Lo perlakuannya.😂😂🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!