Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.
Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.
"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.
"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Setelah memerintahkan orang agar menyelidiki siapa pengusaha yang mampu menyaingi usahanya, Felix minta ajudan agar mengumpulkan anak buahnya. Felix mengadakan rapat darurat, dihadiri papa dan mamanya yang ikut menanam saham di perusahaan Felix.
"Kalian ini kerja bagaimana? Jika omset penjualan terus menurun, cepat atau lambat perusahaan ini akan bangkrut" ujar Felix dengan suara meninggi.
"Masalahnya mempertahankan kualitas produk lebih sulit daripada membuatnya Tuan Felix, meskipun produk perusahaan ini sudah sangat terkenal" divisi produksi yang menjawab.
"Benar Tuan, persaingan bisnis sangat konpetitif, yang kita butuhkan saat ini adalah tren yang dibutuhkan masyarakat" divisi pemasaran menambahkan.
"Pokoknya saya tidak mau tahu, yang penting perusahaan ini bisa kembali seperti dulu" Felix benar-benar marah. Ia menekankan kepada anak buahnya jika perlu harus membuat parfum yang sama dengan pesaing.
"Jika kita ingin mengembalikan produk kita agar kembali diminati bukan meniru produk orang lain Felix, tetapi bagaimana kita meningkatkan kualitas produk kita" tegas papa Felix, ia kesal karena keputusan putranya itu terdengar seperti orang bodoh.
Rapat pagi itu cukup alot karena Felix kadang ngelantur. Pria itu nampak setres banyak sekali yang mengganggu pikirannya. Istrinya belum sembuh, banyak biaya yang harus dia keluarkan, ditambah lagi perusahaan banyak mengalami kerugian.
******************
Jika Felix saat ini sedang mengalami masalah, berbeda dengan Sifa. Dalam satu bulan ini dia tidak mengganggu Felix, karena sedang fokus dengan usahanya. Ia mengepakkan sayap ingin terbang setinggi mungkin agar cepat sampai tujuan. Setelah terakhir meneror Felix, Sifa meninggalkan masker agar memudahkan dirinya beradaptasi dengan para customer.
Motor matic berwarna biru melaju sedang mendatangi warung-warung. Dia adalah Sifa yang tengah memasarkan usahanya. Ya, wanita itu bukan hanya sebagai pemilik usaha, tetapi merangkap sebagai sales dibantu Siti.
Berkat kerja kerasnya saat ini Sifa sudah mampu membeli dua motor untuk menunjang usahanya. Motor tersebut yang satu dia gunakan sendiri, dan yang satu lagi digunakan Siti di sela-sela jadwal kuliah. Mereka berbagi wilayah, seminggu sekali berputar menitipkan parfum ke warung-warung dan ternyata laris manis.
"Adik ini cantik sekali, tapi kok rela berpanas-panasan menjadi sales" ucap salah satu pemilik warung saat Sifa berkunjung. Ia pikir jika Sifa bekerja untuk orang lain.
"Biar cantik juga butuh makan kan, Bu" Sifa tersenyum.
"Benar sekali Dek, sebagai wanita kita ini jangan terlalu bergantung kepada suami" si ibu menasehati.
"Ibu benar sekali" Sifa yang tengah menghitung uang dari si ibu warung tersenyum, kemudian mengeluarkan parfum berikutnya yang akan Sifa titipkan untuk seminggu ke depan.
"Bu, saya ada produk baru lagi" Sifa memaparkan parfum terbaru yang ia buat dari rempah-rempah. Yaitu jahe, cengkeh, ketumbar, sereh, hingga terdapat 6 produk baru. Sifa menuturkan bahwa parfum tersebut cocok digunakan untuk para ibu-ibu. Sifa juga memberikan bonus satu pcs parfum sereh agar digunakan pemilik warung tersebut.
"Terimakasih Dek"
Srott... Srott... Srott.
Si ibu menyemprot tangannya untuk uji coba, kemudian mengendusnya. "Waah... rileks sekali, Dek" Si ibu senang karena parfum terbaru itu aromanya ringan dan cocok untuk wanita seusianya.
"Semoga penjualan produk yang baru ini lancar seperti produk lama ya, Bu" Sifa mengeluarkan faktur agar si ibu menandatangani.
"Aamiin... Nanti ibu tawarkan ke ibu-ibu arisan" si ibu memasukkan faktur kopi ke dalam tas.
"Terimakas Bu, karena selama seminggu ini Ibu sudah menjual parfum Kamila dan selalu habis, kami ingin memberikan bonus dua pcs untuk Ibu" Sifa memberikan dua botol minyak wangi. Begitulah cara Sifa melakukan kerja sama dengan para customer.
Tentu saja pemilik warung bersemangat.
Entah sudah beberapa warung yang Sifa kunjungi, ia lantas melanjutkan perjalanan. Tetapi ia merasa curiga karena sepanjang perjalanan merasa diikuti motor pria. "Apa mungkin orang itu suruhan Alvin?" Batin Sifa menatap pria bertubuh besar dari kaca spion, tetapi tidak bisa melihat karena mengenakan helm.
Jam 12 siang perut Sifa sudah minta diisi, karena tadi pagi hanya sarapan bubur yang dia beli kepada pedagang keliling. Sifa memutuskan untuk singgah di warung makan sederhana. Setelah parkir diantara motor yang berjajar di pelataran rumah makan tersebut, Sifa tengok kanan kiri memastikan bahwa pria itu tidak lagi mengikuti.
Sifa yakin sudah tidak ada lagi seseorang yang mengikuti, kemudian melangkah masuk ke dalam warung. Suasana pengunjung sangat ramai rata-rata pria yang dominan. Hampir semua mata tertuju kepada wajah putih kemerahan imbas dari sengatan sinar matahari. Namun, justru menambah kecantikan wanita yang bertubuh tinggi, perawakan ramping, dan rambut pirang itu. Sifa pura-pura tidak tahu bahwa menjadi pusat perhatian memilih mencari tempat duduk.
"Permisi Bu" ucap Sifa.
"Mau minum apa Dek?" Wanita yang sibuk ke sana ke mari melayani pembeli itu berdiri di depan Sifa, tetapi terhalang etalase.
"Teh manis dingin ya Mbak" Sifa membayangkan minuman sejuta umat itu mampu menghilangkan dahaga.
"Makanannya apa?" penjual menambahkan.
Sifa menunjuk beberapa menu yang disusun di etalase.
"Baik" pelayan pun segera mengambilkan pesanan Sifa. Sementara Sifa ambil handphone mencari nomor Alvin, hanya untuk basa basi menanyakan sudah makan atau belum.
"Yah... sayang sekali aku nggak bisa menyusul kamu. Sedang rapat di luar soalnya" begitulah balasan chat Alvin.
"Lain kali saja Al, aku juga masih mengunjungi beberapa toko lagi"
"Okay... hati-hati" pesan Alvin di tutup emote hati.
Sifa tidak membalas lagi, kemudian menyantap menu yang sudah tersedia di depanya.
"Maaf Bu, disini ada mushola tidak?" Sifa tentu akan shalat dzuhur setelah membayar makanan.
"Ada Dek" pemilik warung makan menunjuk mushola yang berada di belakang. Setelah mengucap terimakasih Sifa segera shalat sebelum melanjutkan perjalanan.
Kurang lebih 30 menit Sifa menghabiskan waktu di tempat itu kemudian berangkat. 10 warung kelontong yang tersisa Sifa kunjungi satu persatu hanya tinggal dua toko lagi waktu sudah hampir magrib.
"Yah... tutup" ucap Sifa ketika sudah berada di depan rolling door., pemilik warung pun rupanya sudah tutup. Terdengar adzan magrib tidak jauh dari toko, Sifa pun menjalankan motornya ke masjid tersebut.
Tiba di masjid hanya ada beberapa orang saja, Sifa segera ambil air wudhu kemudian mengeluarkan mukena dari tas yang selalu dia bawa kemana-mana, lantas shalat maghrib berjamaah.
Hari mulai gelap, matahari sudah kembali ke peraduan. Sifa kembali berjalan tetapi kali ini memutuskan untuk pulang.
Jalanan nampak sepi karena melewati tanah kosong. Bahkan motor pun hanya satu, dua yang melintas.
Ngggeeennngg... Ngggeeennngg...
Namun, tidak berlangsung lama, karena suara dua motor terdengar berisik menghadang motor Sifa.
"Berhenti!" Bentak pria itu.
"Siapa kalian?!"
...~Bersambung~...