Genies mulai bermunculan dari dimensi lain, masing-masing mencari partner manusia mereka di seluruh dunia. Dalam pencarian mereka, genies yang beraneka ragam dengan kekuatan luar biasa mulai berpencar, setiap satu memiliki kekuatan unik. Di tengah kekacauan itu, sebuah genie dengan aura hitam pekat muncul tiba-tiba, jatuh di kamar seorang anak berkacamata yang dikenal aktif berolahraga. Pertemuan yang tak terduga ini akan mengubah hidup mereka berdua selamanya, membawa mereka ke dalam petualangan penuh misteri dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramos Mujitno Supratman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Thak terbayangkan
Raka terbangun di pagi hari, sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarnya membuatnya tersentak. Dia duduk di tempat tidur, merasa seolah-olah semalam hanyalah mimpi aneh. Namun, begitu ia melihat Zarok berdiri di sudut ruangan dan Aira yang terbang rendah di dekat jendela, ia sadar bahwa ini bukan mimpi.
Zarok menoleh, menyadari bahwa Raka sudah bangun. “Selamat pagi, Tuan. Siap untuk latihan hari ini?”
Raka menguap, masih berusaha mengumpulkan pikirannya. “Aku masih harus terbiasa dengan semua ini. Bagaimana kalau orang lain melihat kalian? Atau... mendengar kalian?”
Aira, yang hinggap di atas lemari, menjawab dengan suara tenang, “Tidak perlu khawatir tentang itu. Kami hanya bisa dilihat, didengar, dan dirasakan oleh mereka yang memiliki genie. Bagi orang lain, kami tak kasat mata.”
Raka tercengang. “Jadi, kalian tidak terlihat oleh siapa pun selain aku?”
Zarok mengangguk. “Benar. Orang-orang di sekitarmu takkan menyadari keberadaan kami. Kau bisa bicara dengan kami kapan pun, dan mereka tidak akan mendengar. Ini adalah salah satu keuntungan bagi mereka yang memiliki partner genie.”
Raka tampak merenung, mencoba memproses semua informasi itu. “Jadi... aku bisa terlihat seperti sedang bicara sendiri?”
Zarok tertawa keras, suaranya bergema. “Tepat sekali, Tuan! Itu salah satu tantanganmu. Jangan sampai terlihat aneh di depan orang lain!”
Raka tertawa kecil, merasa lega namun juga sedikit khawatir. “Baiklah. Itu artinya aku harus lebih hati-hati.”
Aira menambahkan, “Kami ada di sisimu, tapi dunia manusia harus tetap berjalan seperti biasa. Hanya kau yang bisa merasakan keberadaan kami. Jadi, jaga keseimbangan itu.”
Raka mengangguk, mengerti. “Ini akan membutuhkan waktu untuk terbiasa, tapi aku akan mencobanya.”
Saat itu, terdengar ketukan di pintu kamar. “Raka, sarapan sudah siap!” seru suara ibunya dari luar.
Raka menoleh ke arah pintu dan lalu kembali melihat Zarok dan Aira. Ia tersenyum kecil, sadar bahwa ibunya sama sekali tak menyadari keberadaan dua genie kuat di kamarnya. “Baik, Bu, sebentar lagi!” jawabnya.
Setelah ibunya pergi, Raka berbisik pada kedua genienya, “Baiklah, kalian tetap di sini sementara aku makan, dan ingat, jangan membuat masalah!”
Zarok tersenyum lebar. “Jangan khawatir, Tuan. Kami akan tetap di sini, tak terlihat dan tak terdengar oleh siapa pun.”
Aira mengangguk. “Kami akan tetap berjaga.”
Dengan itu, Raka meninggalkan kamarnya, siap menghadapi hari yang penuh rahasia baru dan petualangan yang tak terduga.
Setelah sarapan, Raka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia mengenakan seragamnya, mengambil tasnya, dan menatap sekilas ke arah Zarok dan Aira yang berdiri di sudut kamarnya.
“Kalian benar-benar tidak bisa terlihat, kan?” tanya Raka sekali lagi, masih merasa aneh dengan kenyataan ini.
Zarok mengangguk sambil menyilangkan tangan. “Sudah kubilang, Tuan. Hanya kau yang bisa melihat dan mendengar kami. Di luar sana, kami tak ada bagi mereka.”
Aira, yang terbang rendah di samping Raka, menambahkan, “Kami akan tetap bersamamu, di mana pun kau berada. Kau bisa berbicara pada kami, tapi jangan terlihat terlalu aneh di depan teman-temanmu.”
Raka tersenyum kecut. “Ya, itu tantangan terbesar. Baiklah, ayo kita pergi.”
Setibanya di sekolah, Raka berjalan melewati gerbang dengan sedikit gugup. Zarok dan Aira tetap berada di dekatnya, tak terlihat oleh siapa pun. Saat dia masuk ke halaman sekolah, ia segera bertemu dengan dua temannya, Beni dan Sinta.
“Hai, Raka! Ada yang berbeda sama kamu hari ini?” tanya Sinta sambil menatapnya dengan alis terangkat. “Kamu kelihatan lebih... semangat?”
Beni, yang berdiri di sebelahnya, menyikut Raka dengan bercanda. “Jangan-jangan, kamu habis dapat kabar bagus atau mimpi indah tadi malam, ya?”
Raka tersenyum canggung, berusaha menjaga agar ekspresinya tetap tenang. “Enggak, cuma... ya, mungkin aku lagi semangat aja hari ini.”
Di belakangnya, Zarok tertawa kecil, meskipun tak terdengar oleh siapa pun kecuali Raka. “Kau pintar menyembunyikan kebenaran, Tuan. Bagus.”
Raka hampir tertawa mendengar komentar itu, tapi segera menutup mulutnya dan mencoba terlihat biasa. “Jadi, gimana tugas bahasa Inggris kalian? Aku belum selesai.”
Beni mengerutkan dahi. “Hah? Serius kamu belum selesai? Biasanya kamu yang paling cepat!”
Aira, yang terbang di samping Raka, berbisik dengan suara lembut. “Jangan terlalu khawatir soal tugas itu. Yang penting, fokuslah pada sekitarmu. Kita harus selalu waspada.”
Sementara Beni dan Sinta terus bercanda tentang tugas sekolah, Raka berusaha menjaga pikirannya tetap terfokus. Bagaimana pun juga, ini hari pertamanya menghadapi kehidupan normalnya dengan dua genie yang selalu mengikutinya. “Iya, iya, nanti aku selesaikan,” jawabnya sambil tersenyum.
Sinta menatapnya dengan penuh perhatian. “Kamu nggak apa-apa, kan, Raka? Kamu kelihatan sedikit aneh... kayak ada yang kamu sembunyikan.”
Raka menelan ludah, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. “Hah? Enggak, enggak apa-apa kok. Mungkin aku cuma kurang tidur aja.”
Zarok menoleh ke arah Aira dan tersenyum. “Sepertinya tuan muda kita harus belajar akting lebih baik.”
Aira mengangguk sambil berbisik, “Ini hanya awal dari tantangan. Semoga dia bisa menyesuaikan diri dengan cepat.”
Raka menarik napas dalam-dalam dan menoleh ke arah temannya. “Ayo ke kelas, kita hampir terlambat,” ujarnya, mengalihkan topik dengan cepat.
Mereka bertiga berjalan menuju kelas, sementara Zarok dan Aira tetap mengawasi, siap melindungi Raka dari ancaman yang tak terlihat oleh siapa pun kecuali dirinya.