Jian Lushi menjadi salah satu korban tewas, dalam kecelakaan tabrakan mobil beruntun.
Akibatnya, jiwanya mengalami perjalanan melintas waktu ke dimensi lain.
Kemudian jiwanya masuk kedalam raga seorang gadis petani malang, yang tanpa sengaja mati akibat ulah saudaranya sendiri.
Yuk ikuti perjalanan Jian Lushi, dalam menjalani kehidupan barunya di dunia asing.
Mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah_sakabian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Memisahkan Keluarga
...----------------...
Lushi tidak memberikan kesempatan pada orang-orang dari keluarga Wang untuk menolak. Dia langsung menjejakan buah-buahan ke tangan orang-orang tua itu, sekaligus mendesak mereka agar segera mencicipi buah hasil tanamannya. "Semua buah-buahan ini sudah di cuci bersih. Bisa langsung di makan."
"Baiklah baiklah... Gadis Jian jangan sibuk, kami akan segera mencobanya...." ucapan kakek Wang terpotong karena paman Wu yang tiba-tiba berteriak.
"Waaah.... Lezat sekali. Manis, renyah, berair, dagingnya tebal, tidak ada bijinya, dan... Aku mau lagi," ucap paman Wu sambil menyesap air liur.
Melihat reaksi paman Wu seperti ini, mereka tidak ragu lagi langsung memasukan buah ke dalam mulut mereka.
"Benar-benar lezat... Sangat manis..."
"Ini pertama kalinya aku makan buah seenak dan selezat ini..."
Paman Yifu dan paman Erfu bergantian menyuarakan pendapatnya, tentang betapa lezatnya buah-buahan yang baru saja mereka coba.
"Benar, buah ini sangat berbeda dengan buah yang ada di desa maupun di kota." kakek Wang juga tak tinggal diam untuk memberikan pujian pada buah
Nenek Su juga terus memuji betapa enak dan lezatnya, buah-buahan yang di anugrahkan oleh tuan penjaga gunung.
Mendengar betapa puasnya mereka setelah mencicipi buah-buahannya, Lushi semakin optimis akan segera menghasilkan banyak uang, dan menumpuk pundi-pundi kekayaan.
Kemudian Lushi mengeluarkan buah apel dan buah persik untuk kembali di nikmati keluarga kepala desa. Tak lupa para ipar yang bersembunyi di belakang pintu juga mendapatkan bagian.
Mereka secara bergantian terus mengucapkan syukur dan terima kasih kepada nenek penjaga gunung. Padahal nenek yang mereka maksud, saat ini sedang duduk di hadapan mereka, yaitu Jian Lushi.
Karena akan sangat berbahaya jika ada seseorang yang mengetahui rahasianya. Jadi Lushi hanya bisa meminjam nama nenek penjaga gunung untuk membohongi kakek kepala desa dan keluarganya.
Setelah Kakek Wang dan keluarganya puas mencicipi dan merasakan efek dari buah-buahan yang di bawakan Lushi. Mereka semakin percaya kalau penjaga gunung itu benar-benar ada dan nyata. Jadi, karena penjaga gunung telah memilih menyelamatkan Lushi, mereka juga akan membantu sebaik mungkin untuk mendapatkan keadilan bagi Lushi.
Setelah Lushi mengutarakan tujuannya dan keinginannya untuk memutuskan hubungan dengan keluarga Jian. Kakek Wang langsung setuju untuk membantu, dan berjanji akan menyelesaikannya hari ini juga.
Selain tidak ingin menunda kembalinya penjaga gunung, ke gunung. Kakek Wang juga takut terjadi apa-apa dengan desa, jika membuat marah penjaga gunung. Jadi sebagai kepala desa, dia harus selalu bertindak cepat dan tegas untuk mengambil keputusan, demi kebaikan desa dan warganya.
"Kelima, segera panggil pak Jian dan keluarganya," perintah kakek Wang pada paman Wu.
"Baik..." paman Wu menjawab dengan malas.
"Tunggu... Paman Wu jangan pergi dulu," Lushi segera menghentikan paman Wu yang ingin bergegas ke arah pintu.
"Kenapa lagi?" tanya paman Wu. Sebenarnya dia juga enggan berlarian kerumah keluarga Jian, tapi dia tidak bisa menolak perintah ayahnya.
Yang lain juga menatap Lushi dengan tatapan bertanya. Bukankah gadis ini tadi mengatakan ingin segera menyelesaikan urusan dengan keluarganya. Kenapa tiba-tiba menghentikan orang yang ingin membantunya.
"Maaf, tapi bisakah kakek kepala desa menyiapkan surat perpisahan terlebih dahulu, beserta syarat-syaratnya. Baru kemudian kami bersama-sama mendatangi rumah keluarga Jian. Karena saya juga ingin mengemas beberapa barang yang masih bisa di pakai." lanjut Lushi dengan nada bersalah.
Sebenarnya tidak banyak barang yang bisa di kemas. Karena semua barang yang di pakai pemilik sebelumnya, semuanya barang bekas dan lusuh. Kecuali satu, yaitu ijazah sekolah menengah.
Karena pendidikan di era ini sangat penting, Lushi hanya ingin menyelamatkan ijazah, yang sudah di dapatkan pemilik sebelumnya dengan susah payah. Supaya nanti di tempat tinggalnya yang baru, dia bisa kembali melanjutkan pendidikan. Minimal mendapatkan ijazah sekolah menengah atas. Tapi jika memungkinkan dan tidak malas, dia juga ingin mendaftar ke universitas.
Jika keluarga Jian yang di panggil kesini, kemudian mengetahui rencana pemutusan hubungan keluarga seperti yang di minta Lushi. Mereka pasti tidak akan membiarkan semuanya berjalan lancar.
"Benar pak tua. Dengarkan saja gadis Jian. Ayo kita segera pergi ke rumah keluarga Jian, dan cepat selesaikan urusannya. Langsung minta mereka tanda tangan. Jangan menunda tuan penjaga gunung terlalu lama." desak nenek Su.
"Baiklah. Tapi gadis Jian, apa kau benar-benar sudah memikirkannya? Apa kau tidak akan menyesal memutuskan hubungan keluarga dengan orang tuamu?" tanya kakek Wang sedikit khawatir dan perhatian.
"Saya sudah benar-benar yakin, kakek. Lagi pula mereka memang tidak pernah menginginkan saya, kan. Jadi lebih baik saya mendirikan rumah tangga mandiri. Agar tidak bersinggungan dengan mereka lagi." jawab Lushi mantap.
"Tapi bagaimana kalau orang tuamu tidak setuju dengan perpisahan ini?" kakek Wang kembali bertanya. Bukannya apa-apa, tapi harus memikirkan opsi kedua, jika rencana pertama tidak bisa berjalan sesuai yang di harapkan.
"Saya yakin mereka akan setuju" jawab Lushi percaya diri.
Setelah menyusun rencana, dan paman Yifu selesai menulis semua syarat-syarat sesuai permintaan Lushi. Mereka langsung menuju kerumah keluarga Jian.
🍃🍃🍃🍃
Kurang dari satu jam kemudian, Lushi beserta keluarga kepala desa sampai di rumah keluarga Jian.
Awalnya keluarga itu terkejut dengan kedatangan kepala desa dan keluarganya. Tapi setelah melihat keberadaan Lushi di tengah-tengah mereka. Serta mengetahui tentang masalah pemutusan hubungan keluarga. Keterkejutan di awal tadi langsung hilang, di gantikan dengan kemarahan.
"Kepala desa, apa maksud dari semua ini? Kenapa anda menyuruh kami memutuskan hubungan keluarga dengan anak kami sendiri," pak Jian langsung bertanya dengan penuh emosi.
"Benar kepala desa. Sebagai seorang anak, dia seharusnya berbakti kepada kami, orang tuanya. Mana bisa semudah itu memutuskan hubungan keluarga." Bu Jian juga langsung menimpali ucapan suaminya.
"Apa semua ini karena pria liar itu?" lanjut bu Jian sambil menatap Lushi dengan tatapan mengancam.
Sedangkan Lushi hanya diam tak bergeming. Dia masih terus berpegangan pada nenek Su. Mempertahankan kepura-puraannya sebagai korban teraniaya. Mungkin jika pemilik sebelumnya yang mendapatkan tatapan maut seperti itu, dia akan gemetar ketakutan, kemudian berlari memegang paha ibunya sembari terus menangis mengucapkan kata maaf dan memohon pengampunan.
"Ingat, kami yang merawatmu hingga sebesar ini. Jangan bertindak melewati batas dan membuat malu keluarga. Kalau kau memang ingin bersama dengan pria liar itu. Suruh dia datang kesini. Melamar baik-baik dan memberikan mahar yang pantas. Jangan membuat semua usaha dan jiri payah kami selama ini menjadi sia-sia." lanjut bu Jian dengan menggebu-gebu.
...----------------...
bunga mendarat/Rose//Heart/