"Aku pikir, kamu malaikat baik hati yang akan membawa kebahagiaan di hidupku, ternyata kamu hanya orang sakit yang bersembunyi di balik kata cinta. Sakit jiwa kamu, Mas!"
Kana Adhisti tak menyangka telah menikah dengan lelaki sakit jiwa, terlihat baik-baik saja serta berwibawa namun ternyata di belakangnya ada yang disembunyikan. Akankah pernikahan ini tetap diteruskan meski hati Kana akan tergerus sakit setiap harinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Lamaran
... - Tempat ternyaman bukan berada di dalam istana megah, melainkan di dalam pelukan orang tua tercinta-...
Udara dingin sel penjara menyelimuti tubuh Kana. Ia duduk seraya menyandarkan kepalanya ke jeruji besi. Maskara yang dikenakannya sudah luntur, membuat wajah cantiknya belepotan warna hitam. Matanya yang bengkak karena terus menangis nampak sedang menerawang jauh dengan tatapan kosong.
Rupanya tahanan yang semula ingin memangsa Kana hidup-hidup, berubah menjadi kasihan padanya. Kana dibiarkan seorang diri hanyut bersama kesedihannya.
Kana, hidupnya tak selalu beruntung. Terlahir dari orang tua yang hidup sederhana. Pak Abdi -Papa Kana- adalah seorang pegawai negeri pemerintahan yang bertugas sebagai tukang bersih-bersih di salah satu kementrian, sedangkan Ibu Sari -Mama Kana- hanyalah ibu rumah tangga biasa yang membuka usaha warung kelontong kecil di depan rumah untuk membantu perekonomian keluarganya.
Keberuntungan datang menghampiri Kana secara tiba-tiba. Saat ada syuting di kampusnya, Kana yang diminta menjadi pemeran figuran justru menjadi pusat perhatian masyarakat berkat wajah cantiknya yang mengalahkan kecantikan Ratu -artis yang sedang naik daun dan juga pemeran utama- saat itu. Dari situlah karir Kana mulai menanjak dan semakin bersinar.
Hidup Kana berubah dalam sekejap. Ia yang semula hanya mahasiswi dengan uang jajan pas-pasan berubah menjadi artis dengan banyak tawaran main film dan iklan. Kana memiliki penghasilan yang besar, ia membiayai renovasi rumah orang tuanya, membeli mobil sendiri serta nekat mengambil kredit untuk membangun bisnis kafe miliknya.
.
.
.
Kana dibebaskan karena hasil tes miliknya negatif. Tentu saja ada andil pengacara yang disewa keluarganya, pengacara tersebut menyuap sana sini agar Kana dibebaskan meski ada barang bukti yang ditemukan di dalam saku jaket milik Kana. Tabungan Kana terkuras banyak demi bisa keluar dari jeruji besi bahkan Kana harus menjual mobil kesayangannya tersebut.
Kana pikir, setelah keluar dari penjara ia akan bisa kembali berkarir dan mengumpulkan pundi-pundi uang seperti sebelumnya. Namun, semua sudah berbeda. Semua terasa bagai mimpi buruk yang tak kunjung usai. Selain harus menanggung beban psikologis akibat skandal kepemilikan benda haram, Kana juga dihadapkan pada masalah finansial yang pelik. Skandal narkoba telah menghancurkan segalanya. Kontrak-kontrak yang menguntungkan telah dibatalkan bahkan Kana harus membayar pinalti, tawaran syuting pun tak ada lagi. Nama baiknya kini tercemar dan ia menjadi bahan gosip di mana-mana.
Sebulan ... dua bulan ... tak ada pekerjaan yang datang untuk Kana. Endorse produk yang biasanya ramai memenuhi sosial media milik Kana, kini sepi. Jumlah pengikut Kana pun turun drastis.
"Kana, ada surat lagi dari bank." Kana menerima surat dari Mama Sari dengan wajah keruh. Ia sudah menunggak 2 bulan, kolektibilitasnya pun sudah tidak lancar seperti biasa. "Kana, apa Mama pinjam sama ya sama bank keliling agar kamu bisa bayar hutangmu?"
Kana menggelengkan kepalanya. "Tenang saja, Ma. Aku pasti bisa membayar hutang ini."
Meski sok kuat di depan kedua orang tuanya, namun saat sendiri, Kana dilanda kekalutan. "Darimana aku bisa mendapat uang untuk membayar hutangku?" batin Kana.
Ingatan Kana kembali pada saat ia memutuskan untuk membuka bisnis kafe dengan mempekerjakan Desi, sahabatnya. Ia berharap bisnis ini bisa menjadi sumber penghasilan tetap setelah pensiun dari dunia hiburan. Namun, takdir berkata lain. Skandal yang menimpanya membuat semua rencana yang telah ia susun hancur berantakan. Bisnis kafe miliknya belum sempat berkembang sudah dihadapkan pada kewajiban membayar pinjaman yang bernilai besar.
Kana mencoba menghubungi beberapa kenalannya di dunia hiburan, berharap mereka bisa membantunya. Namun, semua usahanya sia-sia. Mereka semua menghindarinya seakan Kana mengidap penyakit menular. Tak ada yang mau membantu Kana sama sekali.
Kana merasa sangat tertekan. Ia duduk termenung di kafe miliknya yang sepi pengunjung. "Aku benar-benar sendirian," ucapnya pilu.
Sebuah tepukan di bahu miliknya membuat Kana tersadar. "Melamun aja! Mikirin apa sih?" sapa Desi, sahabat sekaligus karyawan di kafe milik Kana.
"Lagi mikirin utang, Des," jawab Kana dengan nada lesu.
"Jangan sedih gitu dong. Aku punya kabar baik nih," ujar Desi semangat. "Kampus kita lagi ada seminar, pembicaranya politikus terkenal lho. Kamu ikut yuk, biar pikiran kamu jadi lebih fresh, daripada kamu melamun terus, pikiranmu makin mumet. Siapa tahu kamu dapat pencerahan."
Kana terlihat ragu-ragu. "Aku nggak yakin mau ikut acara-acara kayak gitu, Des."
"Ayolah, Na. Siapa tahu ada hal menarik yang bisa kamu dapatkan dari sana. Lagian, nggak ada salahnya 'kan refreshing sebentar?" bujuk Desi.
"Iya deh, aku ikut." Akhirnya, Kana pun luluh juga. Ia memutuskan untuk ikut seminar tersebut. Siapa tahu, ada keajaiban yang menunggunya di sana.
.
.
.
Hari seminar pun tiba. Kana dan Desi duduk di barisan depan. Pembicara hari ini adalah seorang politikus muda dan terkenal bernama Adnan Chaman, ia tampil dengan sangat memukau. Pidatonya yang inspiratif membuat Kana terkesima. Setelah acara selesai, Desi mengajak Kana untuk menghampiri Adnan.
"Permisi, Pak Adnan," sapa Desi. "Aku sangat terinspirasi dengan pidato Bapak. Boleh aku minta foto bareng sama Bapak?"
Kana menundukkan wajahnya karena malu dengan ulah Desi. Sahabat sekaligus karyawannya itu memang suka minta foto dengan orang-orang terkenal, katanya sih untuk koleksi.
Adnan tersenyum ramah. "Tentu. Teman kamu ... mau ikut foto bareng juga?" Adnan melirik Kana yang nampak tersipu malu. Saat Kana mengangkat wajahnya, kening Adnan sedikit berkerut.
"Mau! Kana juga suka sekali dengan pidato Bapak. Kita foto bareng ya!" Desi menarik tangan Kana dan mengajaknya berfoto bersama Adnan.
Selesai foto, Adnan masih terus memperhatikan wajah Kana. "Kamu ... Kana si artis terkenal itu, bukan?" Kana yang biasa tampil di TV ternyata jauh lebih cantik saat dilihat secara langsung, apalagi dengan make up minimalis seperti ini, kecantikannya semakin memukau Adnan.
Kana tersipu malu mendengar pertanyaan Adnan. Kana tak menyangka kalau Adnan akan mengenali dirinya, si artis yang pernah terkena skandal yang karirnya kini redup. "I-iya, aku ... Kana. Namun aku ... tak lagi terkenal," jawab Kana dengan jujur dan agak gugup.
Adnan tersenyum mendengar jawaban jujur Kana. Ia mengulurkan tangannya. "Senang bertemu denganmu, Nona Kana. Aku sering sekali menonton film yang kamu perankan."
Kana membalas uluran tangan Adnan. "Terima kasih. Aku juga senang bertemu Pak Adnan dan bisa datang ke seminar yang keren ini."
Mereka pun terlibat dalam percakapan yang cukup panjang. Saking asyiknya mengobrol, Desi sampai terlupakan. Rupanya Adnan dan Kana bisa nyambung. Kana menceritakan sedikit tentang dirinya dan masalah yang sedang ia hadapi dan Adnan mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Jangan menyerah, Nona Kana," ucap Adnan menyemangati. "Setiap masalah pasti ada solusinya."
Pertemuan singkat dengan Adnan memberikan secercah harapan bagi Kana. Ia merasa ada seseorang yang peduli dengan masalahnya. Setelah itu, mereka sering berkomunikasi melalui pesan singkat. Adnan bahkan beberapa kali mengunjungi kafe milik Kana.
Hubungan Kana dan Adnan semakin dekat. Hubungan ini pun terendus wartawan. Kana yang semula dianggap sebagai artis penuh skandal, kini mulai dilirik kembali oleh dunia hiburan.
Sampai akhirnya Adnan mengajak Kana makan malam di sebuah restoran mewah. Secara mengejutkan, Adnan melamar Kana dengan sebuah cincin berlian yang berharga fantastis. Semua ditayangkan secara live di sosial media milik Adnan.
"Kana, kekasihku yang cantik, aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Aku ingin berbagi setiap memori denganmu. Kana, maukah kau menerima lamaranku?" tanya Adnan sambil berlutut.
Wajah Kana nampak bahagia. Ia tak menyangka kalau hidupnya yang selama 3 bulan ini amat berat akhirnya berakhir bahagia. "Tentu, aku mau."
Flashback End
****
dua duanya agak" gila sih 🤣
apa mending samaa orang baru aja yg emang tulus sama Kana,,,,
pda mninggalkn tp akhirnya pda menyesal.. itu kn akn balik jga adnan sprtinya... apa yg ada d pikiran dy tuhh,,? melepaskn krna tak mau kana sakit hati lg dgn keadaan dy yg lg pengobatan,,atw ada rencana lain?
Mantan Kana pqda pingin balikan
tyt masih ada yg kepoin kamu, Na..
tapi awas aja ntar klo ktmu dia dan kamu lgsg klemer²😤