NovelToon NovelToon
Ternyata Aku Istri Keduanya

Ternyata Aku Istri Keduanya

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Pembantu
Popularitas:288.9k
Nilai: 5
Nama Author: TK

Rania terjebak dalam buayan Candra, sempat mengira tulus akan bertanggung jawab dengan menikahinya, tapi ternyata Rania bukan satu-satunya milik pria itu. Hal yang membuatnya kecewa adalah karena ternyata Candra sebelumnya sudah menikah, dan statusnya kini adalah istri kedua. Terjebak dalam hubungan yang rumit itu membuat Rania harus tetap kuat demi bayi di kandungannya. Tetapi jika Rania tahu alasan sebenarnya Candra menikahinya, apakah perempuan itu masih tetap akan bertahan? Lalu rahasia apakah itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 Sudah Menjadi Istri

Kedua matanya perlahan terbuka, melirik jam di dinding yang sudah menunjukan pukul lima pagi. Rania mendudukan tubuhnya sambil mengikat rambut panjangnya. Mendengar dengkuran pelan dari bawah ranjang, membuat Rania melihatnya.

"Astaga!" pekiknya pelan. Rania hampir lupa jika dirinya sudah menikah, jadi ada laki-laki lain yang tidur di kamarnya. Mereka memang tidak tidur seranjang, dan Rania cukup lega karena Candra pun bisa mengerti.

"Nanti saat bangun dia pasti bakal pegal-pegal," gumam Rania. Kasihan juga, padahal Candra pasti selalu tidur dengan nyaman selama ini di kasur mahalnya.

Rania tidak terlalu berani membangunkan Candra, lagi pula masih terlalu pagi. Ia memutuskan ke kamar mandi untuk mandi lebih dulu, setelahnya ke dapur menghampiri Neneknya yang sedang memasak nasi. Dengan berjalan pelan Rania pun mendekati, lalu memeluk Neneknya itu dari belakang.

"Nenek," panggilnya dengan suara agak keras.

"Loh kamu sudah bangun?" tanya Neneknya sambil menoleh, tidak terlalu terkejut karena kebiasaan Rania seperti itu.

"Aku kan memang biasa bangunnya juga jam segini," jawab Rania sambil berdiri di sebelahnya dan memperhatikan kegiatan Neneknya itu.

"Iya sih, tapi kan pasti kelelahan," celetuk Neneknya.

"Kelelahan kenapa?" Rania mengernyitkan keningnya bingung.

"Gak papa kok. Terus dimana suami kamu itu?"

"Dia masih tidur."

"Nanti kalau makanannya sudah jadi, bangunin dia," perintah Neneknya tanpa menatap.

"Iya."

"Oh iya, pindahan ke villa jam berapa?"

"Kurang tahu, terserah dia saja." Lagi pula Rania belum diberi tahu, mungkin kemarin tidak sempat karena terlalu lelah dan langsung istirahat. Lagi pula Rania merasa gugup jika mengobrol berdua dengan Candra.

"Jangan gugup dan takut ya, kamu pasti akan baik-baik saja Rania." Neneknya tersenyum lembut berusaha membuatnya tenang.

"Iya Nek semoga saja, aku cuma masih sedikit gugup. Apalagi sekarang kita sudah menikah, jadi suasananya pun akan berubah." Rania akan berusaha menahan dirinya sendiri untuk tidak terlalu tertekan.

"Iya Nenek mengerti, kamu jadilah istri yang berbakti untuk suami," nasihat Neneknya.

Rania hanya berdehem ambigu. Jika pun Candra dapat menjadi suami yang baik juga, Rania bisa menjadi sosok istri yang berbakti. Tetapi kalau tidak, ya Rania juga tidak akan mau. Untuk apa? Dirinya hanya akan menyakiti diri sendiri saja.

"Bagaimana semalam?" tanya Neneknya sambil tersenyum-senyum.

"Bagaimana apanya?" tanya Rania balik merasa bingung.

"Apa kalian begituan lagi?"

Begituan di sini pasti berhubungan badan, Rania sudah mengerti. "Kami tidak melakukannya," jawabnya.

"Kamu menolak dia?"

"Tidak kok, dia saja tidak meminta itu," bantah Rania membela diri. Ya kalaupun meminta, sepertinya Rania akan tolak karena tidak siap.

Mungkin karena Candra mengerti jika Rania masih sedikit takut kepadanya, makanya tidak mau membuatnya semakin tertekan. Baguslah jika pria itu memikirkannya, tidak memaksa juga. Rania pun mulai tenang dari semalam.

"Nenek tahu kamu pasti ada rasa takut kalau dekat dengan Candra, apalagi kalau sampai melakukan hubungan badan. Tapi Rania, Nenek harap luka di hati kamu itu bisa sembuh. Nenek tahu bagaimana caranya."

"Apa?" tanya Rania penasaran.

"Cobalah dengan ikhlas memaafkan Candra, hati kamu akan tenang sendiri," nasihat Neneknya memberi masukan.

Rania langsung terdiam mendengar itu, Ia pun memikirkannya dalam diam. Memaafkan? Sepertinya sudah, buktinya Ia menerima pria itu untuk menjadi suaminya. Tetapi Rania juga masih merasa takut pada Candra, apa itu berarti dirinya belum sepenuhnya memaafkan? Entahlah, Rania masih butuh waktu.

"Sudah sekarang bangunkan suami kamu itu, waktunya makan," perintah Neneknya mengalihkan obrolan.

"Sama Nenek saja deh," tolak Rania merasa segan.

"Kok gitu? Enggak dong, sama kamu yang istrinya. Sudah sana, percaya diri lah." Neneknya terlihat menyemangati.

"Huft baiklah," desah Rania pasrah. Rania pun berjalan menuju kamarnya. Butuh lima menit bagi Rania untuk mengumpulkan keberanian agar membangunkan Candra. Setelah merasa lebih tenang, dengan memberanikan diri Ia pun menepuk-nepuk tangan pria itu.

"Bangun, sudah pagi." Rania sengaja memanggilnya dengan suara agak keras karena tidak mau mengulang.

"Hm Rania?" Ternyata Candra mudah terjaga, perlahan kedua matanya terbuka.

"Maaf, tapi sudah mau jam enam."

Setelah pandangannya jelas, Candra langsung tersenyum melihat Rania. Ia pun mendudukan tubuhnya sambil mengusap wajahnya. Terlihat perempuan itu yang bergeser agak menjauh, dengan mengalihkan pandangan.

"Bagaimana tidur kamu?" tanya Candra menanyakan keadaannya.

"Nyenyak," jawab Rania singkat masih dengan tidak menatap.

"Benarkah? Aku pikir kamu tidak bisa tidur karena aku di kamar yang sama."

Ternyata Candra cukup peka, "Awalnya, tapi tengah malam aku bisa tidur."

"Baguslah. Kalau aku juga sama."

Padahal Rania tidak bertanya, tapi pria berinisiatif sendiri menceritakan, "Apa karena tidak nyaman tidur di kasur lantai?" Tentu saja, toh pria itu sukanya tidur dengan kasur empuk yang mahal.

"Sepertinya, tapi di kamar ini cukup hangat juga. Mungkin karena ada kamu," ucap Candra sambil tersenyum.

Kernyitan terlihat di kening Rania mendengar itu, berpikir apa hubungannya? Apa Candra sedang menggombal? Menggelikan sekali. Rania lalu berdiri sambil tetap tidak kontak mata dengan Candra, entah kenapa Ia selalu malu saja.

"Mau mandi dulu atau sarapan?" tanya Rania.

"Saya mandi dulu ya sebentar, takut bau badan." Candra sampai mengendus tubuhnya berusaha mencari bau di tubuhnya.

Tetapi menurut Rania, Candra tidak bau. Malahan pagi ini parfume Candra di tubuhnya masih tercium. Rania membiarkan saja apa kemauan pria itu. Setelah Candra masuk ke kamar mandi, Rania duduk di sisi ranjang melamun. Ia sangat tidak terbiasa dengan keadaan ini. Tapi bukankah Rania cukup hebat bisa bersikap biasa didepan laki-laki yang sempat menghancurkan masa depannya? Ya walaupun Candra mau tanggung jawab juga.

"Nenek katanya sudah tidak bekerja lagi di kebun ya?" tanya Candra memulai obrolan di sela makannya.

"Ah iya, awalnya Nenek tidak masuk beberapa hari. Terus setelah dipikirkan, Nenek memutuskan berhenti saja," sahut Nenek. Karena saat itu keadaan Rania sangat buruk saat tahu hamil, jadi Ima tidak mau meninggalkannya sendirian khawatir Rania bertindak nekad.

Candra mengangguk mengerti, "Ya sudah, Nenek memang tidak perlu kerja lagi."

"Tapi Nenek tidak punya penghasilan dari yang lain, jadi--"

"Nenek tenang saja ya, mulai hari ini aku yang akan biayain hidup Nenek. Setiap bulan aku akan kirimkan uang. Nenek butuh berapa?" tanya Candra pengertian.

"Sungguh? Tapi memangnya tidak apa?"

"Tidak apa, Nenek kan sudah jadi tanggung jawab saya juga sekarang." Saat mengatakan itu Candra sambil tersenyum lebar.

"Terima kasih ya nak Candra, kamu baik sekali. Tapi Nenek tidak butuh uang banyak, hanya untuk makan sehari-hari saja sudah cukup."

"Sama-sama Nek, saya juga ikut senang."

Melihat sikap Candra yang gentle seperti itu, membuat Rania yang dari tadi diam memperhatikan dibuat terpesona dan terharu sendiri. Ia tahu Candra memang orang yang baik dan royal, hanya saja semua tertutupi karena pria itu pernah melakukan kesalahan kepadanya. Tapi Rania pun tidak bisa membantah kenyataan jika Candra cukup baik pada semua orang.

"Kapan kalian akan pindahan?" tanya Neneknya. Mungkin nanti akan mempersiapkan beberapa bekal untuk dibawa mereka.

"Nanti agak siangan, Rania juga harus berkemas," jawab Candra, Ia tahu karena kemarin memang tidak sempat.

"Ya sudah, nanti Nenek buatin sesuatu ya untuk kalian bawa."

"Tidak perlu repot-repot Nek," tolak Candra, seharusnya kan Ia yang memberikan untuk wanita paruh baya itu.

"Tidak apa, hanya cemilan kecil."

Setelah sarapan, Nenek dan Rania bertugas membersihkan rumah. Sedangkan Candra sedang ber teleponan di halaman belakang. Sepertinya cukup serius, ekspresi wajahnya pun seperti menahan emosi. Rania memperhatikannya dari jendela, tapi sayangnya tidak bisa mendengar percakapan itu karena terlalu jauh.

"Rania kamu sedang apa?" tanya Neneknya menghampiri.

"Hah? Tidak ada kok," geleng Rania.

"Dari pada diam saja, mending sekarang kamu berkemas. Jangan sampai ada barang yang tertinggal ya, pastikan semuanya dibawa," usul Neneknya.

"Iya Nek."

"Nenek mau ke pasar dulu beli bahan makanan."

"Mau aku temani?" tawar Rania yang merasa ingin menghabiskan waktu dengan Neneknya itu sebelum waktunya berpisah.

"Gak usah, kamu juga kan sibuk. Lagian kamu jangan capek-capek, kan lagi hamil," tolak Neneknya lalu pamitan pergi.

Rania juga hampir lupa jika dirinya sekarang berbadan dua, jadi tidak boleh kerja terlalu berat. Perempuan itu mengusap perutnya yang masih rata dan kembali melirik ke arah Candra. Pria itu belum selesai juga ber teleponan, ekspresi wajahnya pun semakin serius. Sebenarnya sedang membicarakan apa?

1
Nor Asikin
Luar biasa
Astrid Kusuma Wardhani
refleks bukan repleks.
Nora♡~
Waaaaww... hebat.... Tahniah yaa thor dan terus lah berkarya...
Benita Lestiyorini
Sudah cepetan nikah, bikin adek. Daffin biar diasuh Papanya sama Mama Livia.
Benita Lestiyorini
Ya iyalah Yoga... Chandra itu ayah kandungnya. Kamu blm apa2 sdh mengenalkan dirimu panghil Papa untuk si Daffin.
Benita Lestiyorini
Makanya Rania kamu sbg ibunya hrsnya dari bayi mengenalkan papa aslinya, bukan Papa Yoga.
Benita Lestiyorini
Apalagi Chandr dg Livia tdk akan bisa punya anak. Daffinlah satu2 nya tumpuan harapan Chandra. Kasihan bila dipisahkan dr Papanya.
Benita Lestiyorini
Kalau sy malah berharap Daffin tetap berada dalam asuhan ke dua org tunya.
Benita Lestiyorini
Meski tk ngapa2in itu tdk boleh.
Benita Lestiyorini
Heiy...Yoga tunggu sampai Rania resmi berpisah dg suaminya dulu. Heran ya kelg Rania ini memang ky ngebebasin Rania yg msh status suami org bisa bebas di kamar dg pria lain.
Benita Lestiyorini
Ingat Rania, kamu dinikahi sah oleh Chandra, bayi itu darah daging Chandra, sampai detik melahirkan pun kalian belum reami beecerai, kok kamu sdh berani menjalin hub dg pria.
Benita Lestiyorini
Bagaimanapun tidak etis seorang wanita melahirkan ditungguin bukan mahromnya.
Benita Lestiyorini
Kalau aq tetap berharap anak Chandra akan diasuh ayah kandungnya kalau Chandra sehat lg.. Bukn ayah tiri.
Benita Lestiyorini
Ih Rania, begitu mudahnya nempel laki ya. Ingat kamu hamil tua, anak Chandra, orngnya msh koma. Kamu sdh mesra2an sm laki laki lain. Bener memalukan.
Benita Lestiyorini
Aslinya hati Rania msh tertambat pd Chandra, begitupun sebaliknya Chandra jg ada rasa sm Rania, apalagi ada anak sbg ikatan mereka.
Benita Lestiyorini
Katanya seminggu lagi Rania mau lahiran ?
Benita Lestiyorini
Sudah tepat Rania. Demi kebahagiaan rumah tangga Chandra.
Benita Lestiyorini
Akhirnya damai
Benita Lestiyorini
Jangan2 itu jebakan saja Rania.
Benita Lestiyorini
Bukannya Rania belum ceri dari Chandra ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!