Anelis Siera Atmaja, wanita cantik berumur 23 tahun yang setiap harinya harus membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan sepasang anak kembarnya, Arsha Abelano Aillard dan Arshi Ariella Agatha.
Anelis selalu menikmati setiap momen berharga dengan kedua buah hatinya. Baginya, Arsha dan Arshi adalah kebahagian terbesar dalam hidupnya, anugrah yang dikirimkan Tuhan di tengah rasa putus asanya.
Namun di hari itu, penederitaan seolah kembali menyergapnya, saat kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan, kini menghampirinya dengan tiba-tiba.
"Putra anda menderita penyakit Juvenile Myelomonocytic atau kanker darah. Kita memerlukan tindakan transplantasi sumsum tulang belakang segera"
Seketika itu air matanya langsung luruh, apakah Tuhan sekejam ini hingga tega memberikannya cobaan seberat ini.
Haruskah ia mencari keberadaan ayah mereka, laki-laki yang tanpa hati telah menghancurkan kehidupan sederhananya, demi keselamatan buah hatinya.
Salam sayang dari Reinata Ramadani
Ig : Chi Chi Rein
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mommy... Maafin Arsha
°°°~Happy Reading~°°°
" Om danteng... " Teriak Arshi memenuhi seluruh ruangan, ia girang bukan main, sedari tadi ia tak menyadari jika om danteng nya itu tengah berdiri di sana.
" Myh... Ashi mahu puyang nanti aja boleh? Ashi mahu maen shama om danteng... " Arshi menatap Anelis penuh harap.
" Tidak sayang, kita pulang sekarang " Tegas Anelis, wajah imut putri kecilnya itu tampaknya tak akan mempan untuk mengubah keputusannya.
" Mommy... Ashi mahu na main shama om danteng... Ashi eundak mahu puyang... Sheubental aja eundak apa-apa kok... " Arshi masih merengek, menego keputusan Anelis.
" TIDAK!!! Mommy bilang tidak ya tidak!!! " Tukas nya, membuat gadis kecil itu seketika menangis kencang.
" Hwaaa... Mommy dahat, mommy eundak shayang shama Ashi, mommy mallahin Ashi, Ashi eundak shuka, Ashi eundak mahu shama mommy, huhuhu... " Di lemparnya kedua mainan kesayangannya itu dengan kasar, ia marah, kenapa mommy nya itu tak mau menuruti permintaan sederhana nya.
" Sayang... Arshi... Dengerin mommy, Mommy sayaaaang sekali sama Arshi, tapi mainnya lain kali ya nak... kasian Arsha, Arsha nya sudah capek, pengen istirahat di rumah, kalau Arsha nya sakit lagi gimana... "
Arshi terdiam sejenak, otak kecilnya mulai memproses semua ucapan Anelis padanya.
" Iya mommyh... Ashi mahu pullang sheukalang... " Sahutnya lemah tak bersemangat, menatap ke arah Arsha dengan penuh rasa bersalah. Arshi sadar, ia tak boleh egois dengan dirinya sendiri.
Arshi memungut kembali mainannya yang ia buang tadi, lalu di genggamnya jemari tangan Anelis.
" Ayo myh... kita pullang... "
🍁🍁🍁
Anelis mulai melangkahkan kakinya, ia tak perduli dengan derai darah yang masih mengalir lembut dari kulitnya, yang terpenting ia segera enyah dari tempat terkutuk itu, secepatnya.
Di gandeng nya tangan mungil Arshi, sedang Arsha masih setia berada di gendongannya, wajah anak es itu kian kelam, tatapan matanya menghunus tajam, saling berperang dengan sepasang mata biru yang kini juga menatapnya tajam.
Anelis menghentikan langkahnya tepat di samping Marvell, bukan untuk meminta belas kasihan atau meminta di kasihani, lebih dari itu, ia akan membalas semua hinaan laki-laki kejam itu terhadap anak-anaknya.
" Jangan khawatir, saya akan mengganti semua biaya yang sudah anda keluarkan. Saya juga akan menjauh dari anda, sejauh yang saya bisa, jadi anda tidak perlu khawatir akan bertemu dengan saya lagi. Dan... satu hal lagi, tidak ada anak haram di dunia ini, termasuk anak-anak saya, camkan itu!!! " Tukas nya, langsung berlalu begitu saja tanpa memperdulikan Marvell yang masih mematung di tempatnya.
🍁🍁🍁
Mobil taksi berwarna putih itu mulai melaju membelah jalanan ibu kota, hening yang hanya di rasa, tatapannya kosong, pikirannya masih saja berlarian pada kejadian yang baru beberapa menit lalu ia kewati.
Sekelumit rasa sesak kian mengendap dalam hatinya, ingin melupakan namun tak bisa, ingin mengobati namun kian tersakiti, luka lama itu kian menganga lebar, sakit tak berdarah.
Anelis menghembuskan nafas dalam-dalam, berusaha mengatur emosinya yang kian membuncah tiap detiknya. Ia tak boleh meluapkan seluruh rasa sakit itu di depan anak-anaknya, ia harus menyimpannya rapat-rapat, biarlah hanya Tuhan nya saja yang mengerti bagaimana sakit perasaannya.
Di belainya surai rambut kepala Arshi yang tengah bersandar di pangkuannya, gadis kecil itu tertidur pulas, kembali meraih sang mimpi yang tadi terpaksa di tinggalkannya.
Sedang Arsha masih terjaga, laki-laki dingin itu tampak bergelut dengan pikirannya sendiri, termenung dengan sesekali membuang muka menatap keluar jendela.
Di dekapnya putra kesayangannya itu, tekatnya bulat, ia akan berjuang untuk kedua buah hatinya. Apapun yang akan terjadi.
" Mommy... " Suara lirih Arsha berhasil membuyarkan lamunan Anelis, di lihatnya wajah putranya itu yang tampak pias.
" Kenapa sayang? Kepalanya pusing... Atau ada yang sakit " khawatirnya.
Arsha menggeleng lemah, bukannya menjawab pertanyaan Anelis, Arsha malah mendekap tubuh mommy nya itu dengan erat.
" Maafin Arsha myh... " Lirihnya, suaranya bergetar penuh penyesalan, bulir air mata jatuh merembes dari pelupuk matanya.
Ada apa dengan laki-laki dingin itu, tak pernah Anelis mendapati laki-laki tangguh itu terisak di hadapannya, namun sekarang, putra kecilnya itu bahkan menangis dalam rengkuhannya, apa yang sebenarnya terjadi?.
" Sayang... " Di belainya wajah Arsha yang basah, menghempaskan tangis Arsha yang terdengar lirih namun begitu dalam menyayat hati setiap insan.
" Mommy... mafin Arsha... " Ulangnya lagi.
" Sayang... Arsha kenapa nak? " di tatapnya wajah Arsha yang kian terisak. Sungguh, tak tega ia melihat wajah Arsha yang biasanya dingin, kini menyimpan begitu dalamnya kesedihan.
" Maafin Arsha my, ini semua gara-gara Arsha... "
Seketika jantung Anelis berpacu dengan hebatnya, ketakutan-ketakutan dalam hatinya menyeruak, apakah putra kecilnya itu mengetahui adegan pertengkaran itu, atau bahkan... Dia melihatnya dengan jelas?
" Sayang... "
"Maafin Arsha mommy, kalau saja Arsha jadi anak yang baik untuk mommy, mommy tidak akan di hina seperti itu... " Tangisnya kian menderas, membuat benteng pertahanan Anelis runtuh juga, air mata itu ikut mengalir bersamaan dengan rasa sesak yang kian menghantam jiwanya. Di hempaskannya air mata yang seenaknya saja menerobos keluar dari matanya, ia harus menjadi kuat untuk kedua anaknya.
" Sayang... Dengerin mommy... Arsha tidak salah nak... Semua yang terjadi dalam hidup kita adalah takdir yang telah Allah gariskan untuk kita, tidak ada yang salah sayang... begitupun Arsha, Arsha sama sekali tidak bersalah... " Sahut Anelis sembari melempar senyumnya, ia harus pandai-pandai mengolah emosi anak-anaknya di tengah masa tumbuh kembangnya.
" Tapi... jika saja Arsha tidak sakit... Pasti mommy akan baik-baik saja... " keluh Arsha, air matanya kian menderas menyesali setiap apa yang terjadi di hidupnya.
" Mommy baik-baik saja, lihat ini... Mommy tersenyum kan? " Anelis menyunggingkan senyumnya lebar, namun terasa kosong oleh kebahagiaan, hanya senyum getir yang terpancar dari wajahnya.
" Tidak, mommy bohong, hiks... Arsha tahu mommy sedih, Arsha tahu mommy sering menangis di belakang Arsha... " tangisnya kian berat, nafas nya tersengal, derai air mata kian meluncur deras tanpa henti.
" Sayang... Dengerin mommy, dalam hidup, ada kalanya kita harus merasakan ketidak nyamanan dan kesedihan, agar kita menjadi manusia yang paling kuat. Seperti pohon... Semakin tinggi pohon itu, semakin kuat terpaan angin yang berusaha menggoyahkannya. Jadi, Arsha sayang... Harus jadi anak yang kuat dan hebat seperti pohon itu, walaupun nanti akan ada cobaan seberat apapun, Arsha harus tetap bersabar dan jangan pernah putus asa, Arsha ngerti kan apa maksud mommy? "
Arsha mengangguk paham. Di kecupnya kedua mata Anelis bergantian, lalu mendekap tubuh Anelis, merengkuh tubuh mommy yang sangat di cintainya itu erat-erat.
" Arsha akan jadi anak yang baik buat mommy, Arsha nggak akan buat mommy sedih lagi, Arsha sayang sama mommy... "
Ada rasa perih saat mendengar ucapan putranya itu, sekelumit penyesalan menghantam jiwanya, jika saja ia bisa menjadi mommy yang sempurna untuk kedua anaknya, pastilah hanya kebahagiaan yang akan mengisi hari-hari mereka.
Ini benar-benar tak mudah untuknya, namun bagaimanapun ia harus berjuang demi kebahagiaan kedua buah hatinya.
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Di kesempatan kali ini, othor mau nyampein, othor sangat berterima kasih untuk kalian semua yang selalu mendukung othor💞
Othor juga minta maap jika update nya tidak teratur, suka telat, dan buat kalian nunggu-nunggu dengan ketidakpastian😅
Tapi, jujur saja othor sudah berusaha semampu othor
Tapi tetap saja, membagi waktu antara dunia nyata dan dunia halu, beratnya tak terkira
Jadi, mohon maapken tingkah othor yang sok sibuk ini☺️
Happy Reading
Saranghaja 💕💕💕