NovelToon NovelToon
Cinta Dalam Cengkeraman Mafia Kejam

Cinta Dalam Cengkeraman Mafia Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Nikah Kontrak
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Hayda Pardede

Dira Amara adalah seorang mahasiswi berusia 21 tahun yang penuh ambisi, cerdas, dan selalu berusaha keras untuk mencapai tujuannya. Ia tumbuh dalam keluarga miskin di sebuah kampung kecil, di mana kehidupan yang serba kekurangan membuatnya terbiasa untuk bekerja keras demi mencapai apa yang diinginkan. Ayahnya, seorang buruh pabrik yang selalu bekerja lembur, dan ibunya, seorang penjual makanan keliling, berjuang keras untuk menyekolahkan Dira hingga kuliah.

Suatu ketika, hidup Dira berubah drastis saat ayahnya terjerat utang kepada organisasi mafia yang dipimpin oleh Rafael. Tanpa pilihan lain, Dira dipaksa untuk berhadapan langsung dengan Rafael, pemimpin mafia yang terkenal kejam. Sebagai perempuan muda yang tidak berdaya, Dira harus menghadapi situasi yang tak pernah dia bayangkan, tetapi dia tetap berusaha bertahan dengan kebijaksanaan dan keberanian yang dimilikinya.

Namun, hatinya mulai terikat dengan sosok Rafael yang tidak hanya kejam, te
bagaimana kelanjutannya yuks lnjt 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hayda Pardede, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mencari kedamaian

Dira terbaring di atas tempat tidur, tubuhnya masih terasa lemah dan dingin. Rasa sakit yang menyertai setiap gerakan tubuhnya semakin terasa, namun yang lebih menonjol adalah perasaan kosong yang menyelubungi hatinya. Ia masih tidak percaya bahwa ia berhasil keluar dari cengkeraman kegelapan yang begitu mencekik. Namun, di balik itu semua, ada satu perasaan yang mulai tumbuh—perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Apakah itu rasa terima kasih kepada Rafael, ataukah sekadar rasa lega bahwa ia tidak lagi harus merasakan ketakutan yang sama?

Pagi itu, cahaya matahari menyusup melalui tirai jendela kamar Rafael. Suasana rumah mewah itu terasa sunyi, seolah-olah dunia luar tidak ada. Hanya ada suara detak jam dinding yang mengisi kehampaan. Dira membuka matanya perlahan, mengerjapkan beberapa kali untuk menyesuaikan pandangan dengan cahaya.

"Jangan bergerak dulu," suara berat Rafael terdengar dari pintu kamar. Dira menoleh, dan melihat sosok pria itu berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan tatapan yang penuh ketegasan namun ada sesuatu yang berbeda. Bukan kebencian yang biasa, melainkan sesuatu yang lebih dalam.

"Rafael…" Dira berkata dengan suara yang serak. Ia merasa lidahnya masih terasa kering, dan tubuhnya sangat lelah. Dia mengingat bagaimana Rafael kemarin menolong nya hatinya sedikit senang setidaknya ada Rafael yang akan sedikit peduli padanya jika dia hilang.

Rafael berjalan mendekat, kemudian duduk di sisi tempat tidurnya. Ia menatap Dira dengan pandangan penuh perhatian, seolah-olah mencari sesuatu di mata gadis itu. "Kau sudah cukup lama terbaring, kamu harus makan dan minum air jahe ini ," katanya.

Dira hanya mengangguk lemah, ia merasa cemas, namun tidak bisa berbuat banyak. Sebelumnya, ia tidak pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini, terbaring lemah di hadapan seorang pria yang memiliki begitu banyak kekuasaan. Bahkan, di saat-saat seperti ini, ia merasa dirinya tak lebih dari sekadar benda yang terpaksa ada di dunia ini.

Rafael mengangkat tubuh Dira sedikit, memberi minum segelas air jahe hanya yang disiapkan oleh pelayan rumahnya. Setelah Dira meneguk beberapa teguk, ia merasa sedikit lebih baik, meski rasa sakit di tubuhnya masih terasa.

"Terima kasih suamiku" Dira tetap menggunakan kata suamiku dia masih tidak ingin bertengkar hanya karena hal gila seperti itu suara Dira terdengar lirih. Ia memalingkan wajahnya sejenak, mencoba menyembunyikan perasaan canggung.

Rafael mengangguk "setelah ini kau harus istirahat lagi tidak perlu keluar rumah"

sepertinya Rafael sedang menunjukkan sedikit rasa peduli terhadap Dira , meskipun mereka berbicara dengan cara yang lebih manusiawi kali ini. Rafael bukan lagi pria yang dingin dan penuh kebencian, namun juga bukan seseorang yang bisa ia percayai begitu saja.

Namun, Dira tidak bisa mengabaikan fakta bahwa perasaan itu tumbuh. Ada kekuatan di balik kehadiran Rafael yang tak bisa ia jelaskan, yang seolah memberikan rasa aman meskipun semuanya terasa ambigu. Rasa kasihan? Atau ada yang lebih dari itu?

Sebelum Dira sempat melanjutkan pikirannya, Bagas datang ke kamar dengan langkah cepat. "Tuan Rafael, kita sudah mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Clara dan kelompoknya."

Rafael mengangguk tanpa berkata apa-apa, lalu berdiri. "Baik, aku akan segera pergi," katanya kepada Bagas, kemudian menatap Dira yang masih terbaring lemah. "Jaga dirimu. Kau belum sepenuhnya pulih tetap disitu dan jangan membantah pelayanan akan membantu mu"

Apa membantu,hei tuan Rafael aku tidak lumpuh hanya sedikit masih lemas, Dira

ingin sekali Dira berteriak seperti itu di telinga yang mulia Rafael

Dira hanya bisa mengangguk, meskipun hatinya bertanya-tanya ke mana Rafael akan pergi.

Hanya dengan perlakuan sedikit manis seperti ini, dasar hatiku udah merasa senang dasar gak bisa di ajak kerjasama , Dira

tak lama kemudian pelayan datang untuk membantu Dira mandi,dia langsung menolak tapi pelayan bersikeras dengan mengatakan atas permintaan tuan muda.

Dira bisa apa jika seperti itu,dia hanya bisa mengikuti nya,

Setelah semuanya selesai mereka langsung mengganti pakaian Dira dengan baju tidur berbahan katun lembut supaya tidurnya bisa kembali nyenyak.

.

.

.

Rafael pergi bersama Bagas keruang bawah tanah duduk di kursi kebesarannya sambil memegang menyalakan nikotin di tangannya

"katakan"sambil melirik ke arah Bagas

"mereka sudah lama mengincar nona muda tuan,tapi motifnya hanya karena cemburu terhadap nona muda dan Rio yang selalu dekat kepadanya"

"Rio " Rafael heran siapa itu, apa pacar Dira.

Bagas melanjutkan lagi

"dia itu Pria populer di kampus nona muda dan sepertinya dia menyukai nona muda hal itu membuat Clara dan gengnya murka hingga melakukan pembulian"

hati Rafael sedikit marah mendengar istrinya ada yang menyukai,dan kembali mengingat bagaimana mereka menyiksa Dira kemarin

"aku tidak mau berurusan dengan orang yang tidak penting seperti mereka musnakan saja dan cari laki-laki seperti apa yang mereka rebutkan dengan istriku dan beri dia sedikit pelajaran"

"baik tuan"

Rafael kembali ke dalam kamar tapi saat menoleh ke arah ranjang dia Dira yang sudah mulai keringat dingin membasahi tubuhnya ,Rafael langsung mendekat sedikit mengguncang tubuh Dira

"hei jangan seperti ini,mana yang sakit cepat katakan" Rafael merasa marah akan hal ini dia belum mencintai Dira tapi tidak akan rela jika seperti ini, langsung segera merogoh ponselnya menekan nomor Bagas

"segera hubungi dokter Aini suruh dia kesini saat ini juga" panggilan terputus segera

Rafael tidak tau harus melakukan apa dia tidak mengerti jika seperti ini harus berbuat apa

Tak lama dokter Aini datang langsung memeriksa tubuh Dira, setelah semuanya selesai

"katakan dia kenapa"

"ini masih efek dari yang kemarin tuan , ditambah nona muda sedang datang bulan jadi imunnya melemah "

"apa lagi yang bisa dilakukan untuknya"

"nanti setelah nona sadar beri dia air jahe itu bisa untuk menghangatkan badannya"

Langsung menoleh kepada kepala pelayan"lakukan "

Rafael ingin saat dia bangun bisa langsung meminumnya

"kalo begitu saya permisi tuan"

Tanpa menoleh lagi Rafael saat ini hanya melihat Dira yang terbaring di tempat tidur melemah,dia mungkin ingin memegang tangan itu tapi rasa gengsinya masih sangat tinggi.

hari sudah menunjukkan pukul 1 bahkan air jahe sudah dingin kembali ,Rafael masih setia disitu entah apa yang membuatnya bertahan disitu tapi entah kenapa perasaanya menyuruhnya untuk disitu

Dira membuka matanya dan menatap sosok Rafael yang duduk di sofa sambil memegang laptopnya fokus

Merasa seperti ada pergerakan Rafael langsung menoleh dan melihat Dira ingin berusaha duduk dia langsung mendekat

"jangan terlalu banyak bergerak kau masih belum pulih, sepertinya nanti aku yang harus mengingatkan datang bulan mu supaya kau tidak lupa lagi"Rafael berbicara tanpa ada rasa malu di wajahnya

apa datang bulan? mampus banjir

Wajah Dira langsung memerah dia sangat malu dengan ini dia tidak pernah sekali ini

"suamiku bisa tidak keluar sebentar saya ingin ke kamar mandi"

"keluar?,kau menyuruhku keluar dari kamarku"

wajah Rafael marah dia menunggu Dira Samapi sadar tapi saat dia sadar dia menyurunya keluar, tunggu siapa dia berhak menyuruhku

"bukan seperti itu suamiku,ku sedang datang bulan dan sepertinya sudah banjir aku harus ke kamar mandi untuk membersihkan,dan ya aku malu jika kau melihat ku" jelas Dira panjang lebar dia tidak ingin kembali Rafael mengeluarkan taringnya

wajah Rafael sedikit tersipu,tapi dia segera menormalkan

"tidak perlu, pelayan yang akan membantu mu ,cepat minum air jahe itu tidak perlu membantah"

Dira tidak ingin kembali memancing Rafael dia mengikuti tanpa banyak permintaan lagi mau menolak bagaimana pun Rafael pasti akan bersikeras.

1
aidaa
jangan lupa tinggalin jejak ya guysssss ☺️☺️☺️
Elshaka
bagus tapi harus kenapa harus menunggu terus untuk bab berikut nya😭
aidaa
jangan lupa tinggalin jejak ya guysssss
aidaa
jangan lupa tinggalin jejak yuksssss 😊😊
indiRah31454625
mirip daniah dan saga
aidaa: coba baca selanjutnya kak ini tidak seperti yang kk kira
total 1 replies
Jonny Tripardi
sudah mulai peduli🌹
Jonny Tripardi
up lgi
aidaa: siappp
total 1 replies
Ataru Moroboshi
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
aidaa: tetap ikuti terus ya sayang hehe😊
total 1 replies
Pandora
Thor, aku udah nggak sabar nunggu next chapter.
aidaa: sabar ya sayang😊
total 1 replies
aidaa
guyss untuk bab 1&2 masih seputaran tengtang kehidupan Dira dan Rafael yah 😊 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!