Pesona Duda Perjaka
Sebastian Pratama, pria berusia 26 tahun, putra tunggal dari Richard dan Amelia Pratama dan merupakan pewaris tunggal dari perusahaan berbasis teknologi MegaCyber.
Dengan wajah sumringah, dia menatap calon istrinya berjalan dengan calon mertuanya menuju altar. Shera, gadis cantik berusia 23 tahun, seorang pengacara muda yang cantik dengan penampilan yang selalu menarik banyak pria. Gadis yang resmi menjadi kekasih Sebastian Pratama sejak 3 tahun 3 bulan lalu.
Upacara pernikahan berlangsung hikmat disaksikan keluarga, para sahabat dan tamu undangan.
Sebastian masih dengan wajah penuh bahagia menerima ucapan selamat, berbeda dengan Shera yang terihat sedikit lesu dan lemas.
“Kamu kenapa sayang ?” Sebastian dengan wajah khawatir menatap istrinya sambil menggenggam erat tangannya.
“Nggak apa-apa, sepertinya aku hanya kecapekan aja.”
“Kita istirahat dulu, ya ?” Sebastian menggandeng Shera meninggalkan tempat pemberkatan menuju mobil pengantin yang sudah terparkir di depan pintu masuk.
“Mom, aku jalan duluan mau ke hotel langsung. Sepertinya Shera perlu istirahat sebentar sambil makan siang.”
Sebastian pamit pada mommy nya yang masih bercengkerama dengan beberapa kerabat.
Mommy Amelia menatap Shera yang memang terlihat pucat dan lemas.
“Ya sudah biar dia istirahat dulu. Kalau perlu acara berikutnya diundur saja ke jam 2 atau 3. Nanti mommy akan minta Dion menghubungi pihak WO.”
Sebastian hanya mengangguk dan menuntun Shera menuju mobil pengantin.
Sampai di dalam mobil, gadis itu langsung merebahkan kepalanya ke pintu samping. Sebastian merentangkan tangannya sebelah dan membawa kepala Shera supaya bersandar pada bahunya.
Sebastian memandangi wajah Shera yang sedang memejamkan matanya. Kekhawatiran begitu terlihat di wajahnya.
Shera adalah gadis pertama yang membuatnya jatuh cinta setelah bertahun-tahun memfokuskan dirinya pada pendidikan hingga meraih gelar S2, demi tanggungjawabnya sebagai pewaris tunggal MegaCyber. Perusahaan yang sudah dirintis oleh opanya, diwariskan pada daddy Richard dan sekarang tongkat estafet perlahan dipindahkan pada Sebastian.
Sebastian mengenal Shera saat acara gala dinner yang diadakan oleh MegaCyber dengan tujuan memperkenalkan Sebastian Pratama yang kala itu baru kembali dari studi S2 nya di Amerika, sebagai penerus dari Richard Pratama.
Shera yang mendekatinya dengan sejuta pesona ditambah sikapnya yang penuh keramahan, bersahabat dan berwawasan luas itu membuat Sebastian akhirnya mulai melirik juga pada wanita. Shera sendiri adalah anak dari Herman Susanto, salah satu penaehat hukum MegaCyber.
Perkenalan singkat pun berlanjut menjadi sepasang kekasih setelah 5 bulan menjalin komunikasi secara intens. Shera yang sering datang ke perusahaan MegaCyber menemui sang papa, selalu menyempatkan diri menemui Sebastian hanya untuk sekedar berbincang atau bertukar pikiran.
Sudah sejak 2 tahun yang lalu Sebastian meminta Shera untuk menjadi istrinya. Namun dengan alasan ingin menyelesaikan studinya dan mencari pengalaman bekerja atas usahanya sendiri, Shera pun menunda permintaan Sebastian.
Dan setelah 3 tahun lebih menjadi sepasang kekasih akhirnya Shera pun menerima pinangan Sebastian untuk menjadi istrinya.
Kebahagiaan luar biasa yang dirasakan oleh Sebastian. Dia ingin menjadikan Shera sebagai wanita pertama dan terakhir dalam hidupnya. Sebastian yang selalu ingat pesan daddynya tentang posisi dan tanggungjawabnya sebagai penerus tunggal MegaCyber, menghindari segala kenikmatan semu termasuk hubungan dengan wanita, agar jangan sampai dirinya terjebak dalam hal-hal yang menyulitkannya di masa depan.
30 menit kemudian mobil pengantin yang membawa pasangan baru ini pun berhenti di lobby hitel berbintang lima di pusat kota Jakarta.
Sebastian melirik jam tangan mewahnya. Jam 12.15. Di perjalanan dia sudah mengirimkan pesan pada Dion, asistennya sekaligus sahabat baiknya, untuk menunda prosesi acara adat keluarga yang semula dijadwalkan jam 2 siang mundur ke jam 3.30 sore.
Dibantu oleh pihak WO, Sebastian membawa Shera ke kamar pengantin yang sudah disiapkan di lantai eksekutif hotel tersebut.
Pihak WO pun sudah berkoordinasi dengan pihak hotel untuk menyiapkan makan siang di kamar pengantin.
Pihak MUA yang khusus mendampingi Shera sepanjang hari itu pun sudah siap di kamar untuk membantu Shera melepaskan gaunnya dan riasan rambutnya. Pakaian dan tatanan yang berbeda pun sudah disiapkan pihak MUA untuk acara resepsi nanti malam.
Selesai membantu Shera mengganti bajunya dengan pakaian tidur berbalut jubah mandi, semua orang baik MUA maupun WO meninggalkan sepasang pengantin baru di kamar mereka.
“Makan dulu, ya,” Sebastian menyiapkan nasi dan lauk di piring. “Aku suapi,” lanjut Sebastian.
Shera yang merasa tidak enak badan hanya bisa menelan 3 sendok makanan.
“Perut aku nggak enak Bas, aku mau tiduran aja.”
Semula Sebastian ingin memaksa supaya Shera memakan beberapa suap lagi, namun melihat mata istrinya begitu sayu, akhirnya Sebastisn menuruti permintaan Shera.
Sebastian merentangkan tangannya sebelah untuk dijadikan bantal untuk istrinya. Semula Shera masih merasa ragu dan canggung. Sebastian memberi kode untuk mendekat dan menepuk- tepuk lenganny. Selama mereka berpacaran, Sebastian selalu memperlakukannya dengan sopan. Sebatas pegangan tangan, pelukan dan kecupan di bibir saja. Menurut Sebastian, semua itu dia lakukan karena menghargai Shera sebagai kekasihnya. Sebastisn kembali menepuk-nepuk lengannya hingga akhirnya Shera pun merebahkan tubuhnya di samping Sebastian dengan bantalan lengan pria itu. Sebastian langsung memeluk Shera seperti guling, membuat Shera semakin canggung. .
Namun merasa badannya semakin lemas dan tidak enak, akhirnya Shera hanya bisa pasrah dan tertidur dalam pelukan Sebastian.
Jam 1.40, telepon hotel yang berada di meja nakas sisi Sebastian berbunyi. Keduanya reflek terbangun dalam posisi duduk di atas ranjang. Dengan kepala sedikit pusing, Sebastian meraih gagang telepon.
Ternyata pihak WO yabg mengingatkan kalau tepat jam 2, pihak MUA akan datang untuk mempersiapkan Shera.
Keduanya pun bergantian ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Tidak lama bel kamar berbunyi dan langsung dibukakan oleh Sebastian.
Sambil menunggu Shera selesai dipersiapkan, akhirnya Sebastian memilih untuk mandi dulu aebelum bersiap-siap untuk acara resepsi, yang akan dahului dengan upacara adat berupa pemberian teh untuk para tetua atau yang dituakan oleh keluarga dua belah pihak secara bargantian.
Jam 3.15, sepasang pengantin ini memasuki ruangan yang sudah disiapkan. Terlihat para kerabat sudah berkumpul. Beberapa dari mereka tampak menggoda Sebastian dan Shera.
Tepat jam 3.30 akhirnya acara dimulai. Pemberian pertama diberikan untuk kedua orang tua masing-masing mempelai, dilanjutkan secara berurutan dimulai dari keluarga Daddy Richard.
Saat pasangan ke-5 sudah bersiap-siap, tiba-tiba Shera mengeluh perutnya sakit. Tidak lama kemudian gadis itu pingsan dalam pelukan Sebastian.
Sebastian yang panik langsung menyuruh Dion memanggil dokter sambil mengangkat Shera menuju sofa.
“Sepertinya lebih baik kalau Shera dibawa ke rumah sakit, Bas,” tutur Daddy Richard sambil menunjuk ke arah kaki Shera.
Sebastian mengikuti arah pandang Daddy Richard dan mendapati aliran darah di kedua kaki Shera.
“Dion, siapkan mobil. Kita langsung ke rumah sakit sekarang.” perintah Sebastian sambil menggendong Shera yang masih pingsan.
Mobil sudah menunggu di depan lobby. Bukan mobil pengantin melainkan mobil Tuan Richard dengan sopirnya.
Jarak tempuh ke rumah sakit tidak terlalu jauh dan lalu lintas juga tidak sepadat hari kerja.
Sampai di rumah sakit, Sebastian langsung mmmenggendong Shera ke ruang UGD dan memanggil dokter.
Mendengar teriakan Sebastian, seorang dokter magang yang baru saja selesai makan siang segera berlari keluar.
“Steven, tolong Shera,” pinta Sebastian.
Steven, dokter magang yang bertugas membantu dokter jaga di UGD siang itu langsung mendekati Shera.
Steven adalah anak dari Raymond Pratama, kakak kandung Tuan Richard.
Steven sendiri adalah pewaris rumah sakit yang sedang didatangi Sebastian saat ini. Warisan dari opa yang diberikan untuk Tuan Raymond yang berprofesi sebagai dokter spesialis jantung.
Steven memberikan pemeriksaan awal, dan tidak lama datang dokter jaga yang bertugas.
“Tunggulah di luar Bas, biar dokter memeriksa Shera terlebih dahulu.” Steven merangkul bahu Sebastian yang terlihat begitu cemas dan membawanya keluar dari ruang UGD.
Sampai di luar ternyata sudah ada kedua orangtua Sebastian dan Shera.
“Bagaimana keadaan Shera, Steve ?” tanya Tuan Herman mendekati Steven yang keluar dengan Sebastian.
“Sedang diperiksa dokter, Om. Semoga semua baik-baik saja.”
“Tapi kenapa ada darah keluar dari kakinya ?” tanya Nyonya Mira, mama dari Shera, dengan nada cemas.
“Saya belum bisa bilang apa-apa Tante, kita tunggu ya hasil pemeriksaan dokter.” Steven menjawab dengan sabar.
Sebastian pun mendekati kedua orangtuanya yang duduk di kursi depan ruang UGD ditemani oleh Dion. Dia pun langsung duduk di sebelah Mommy Amelia.
“Tenang Bas, semua pasti baik-baik saja. Mungkin Shera terlalu capek karena pekerjaan dan persiapan pernikahannya.” Mommy Amelia mengelus-elus putranya.
Tidak lama terlihat seorang dokter didampingi oleh dua orang perawat yang mendorong alat terlihat memasuki ruang UGD.
20 menit kemudian, Dokter Indra yang menangani Shera keluar dari ruang UGD didampingi oleh dokter yang terlihat baru memasuki ruang UGD tadi.
“Perkenalkan ini dokter Imam, spesialis kandungan.” Dokter Indra sedikit membungkukan badannya lalu memperkenalkan rekannya pada Sebastian, Tuan dan Nyonya Richard juga Tuan dan Nyonya Herman.
Dokter Indra sudah mengenal Tuan Richard sebagai keluarga Pratama, pemilik rumah sakit ini.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok ?” tanya Sebastian dengan nada cemas.
Dokter Imam tadi malah tersenyum menanggapi Sebastian yang tidak mampu menyembunyikan kekhawatirannya.
“Istri anda baik-baik saja Tuan, sepertinya hanya kelelahan sampai mengalami pendarahan. Janin yang ada di kandungannya pun dalam keadaan baik.”
“Syukurlah,” para orangtua menarik nafas lega mendengar ucapan dokter Imam.
Sebastian yang menyimak betul ucapan dokter Imam langsung mengerutkan dahinya.
“Dokter bilang istri saya hamil ?”
Dokter Imam tersenyum dan mengangguk.
“Iya betul Tuan, istri anda sedang mengandung anak anda dan usia kandungannya sekarang sudah 12 minggu.”
Sebastian mengepalkan kedua tangannya di samping dengan wajah langsung merah padam.
Kedua orangtua dan mertuanya yang mendengar penjelasan dokter Imam pun nampak terkejut mendengarnya.
“Bas,” Mommy Amelia menyentuh bahu putranya perlahan.
Sebastian hanya diam saja dengan wajah semakin memerah menahan marah. Tangannya semakin kuat mengepal di sisi badannya.
“Dion !” Seru Sebastisn dengan suara cukup keras.
Dion pun mendekat dan berdiri di hadapan bossnya.
“Hubungi semua pihak yang berwenang dan batalkan pernikahanku dengan Shera ! Segera sebelum semuanya diproses !” perintah Sebastian dengan emosi yang meluap.
Semua yang ada di situ termasuk para dokter dan Steven, tersentak mendengar ucapan Sebastian.
Dion pun ikut terkejut namun tetap mengangguk menerima perintah bossnya.
“Batal ?” gumam Nyonya Mira dengan perasaan tidak menentu.
\=\=\=bersambung\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Yuli Yuli
lho dgn siapa shera hamil
2024-03-20
1
sastraaa sastra
6ytyt6yt65putra
2024-02-12
1
Qaisaa Nazarudin
Berarti Bastian dan Steven sepupuan ya..
2023-07-15
2