Follow ig Asri Faris ya : mazarina_asrifaris
Dia sangat dingin dan cuek. Aku membencinya dia pun begitu. Kami tidak saling mencintai namun di takdirkan hidup satu atap karena adanya sebuah ikatan suci pernikahan.
Aku semakin membencinya tatkala dia secara terang-terangan memberikan luka, luka yang tidak berdarah namun bisa menghancurkan raga dan sukma.
Akankah ada mentari setelah sekian purnama hanya gulita yang nampak. Jawabannya ada di novel ini cus... mulai baca
Warning!!!
Cerita ini mengandung bawang, 21++, dan poligami harap bijak dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Asher menatap Yuki yang tengah melamun di pinggir kolam renang. Dari tempatnya berdiri di balkon kamarnya terlihat jelas Yuki sedang menikmati mentari di pagi hari dengan santai. Sudut bibirnya melengkung indah sejalan dengan apa yang sedang ia rasakan, entahlah melihatnya yang tenang dengan balutan dress yang sederhana terpancar aura kecantikan yang bahkan baru saja ia sadari.
Tak ingin berlama-lama terbuai dengan apa yang baru saja ia lihat, Asher segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Tok! tok tok
"Masuk ...!"
"Maaf Tuan, di bawah ada nyonya besar," ucap seorang ART yang memberi tahu.
"Maksudnya Mama Rianti?"
"Iya Tuan, nyonya besar di bawah."
"****! Kenapa nggak ngabari kalau mama pulang, apa itu artinya mama sudah sembuh?"
"Bilang padanya bik, aku segera turun," ujarnya dengan kepala yang berdenyut.
ART bernama Tami itu langsung pergi dari kamar dan meninggalkan tuannya yang sepertinya tengah gusar.
"Tami ... mana Asher dan Yuki? Masih di kamar ya mereka?" tanya Mama Rianti tak sabaran.
"Non Yuki di taman belakang nyonya, sedangkan Tuan Asher masih betah di kamarnya tapi sebentar lagi Tuan akan segera turun."
"Ya sudah aku temui Yuki saja di taman," ujar Mama Rianti berlalu.
Yuki yang masih setia menikmati matahari pagi langsung menoleh begitu mama Rianti datang dan memeluknya.
"Yuki sayang ...." Mama Rianti berhambur memeluknya. Bagi Rianti Yuki itu seperti malaikat penyelamat, bayangkan saja kalau tidak ada Yuki yang menggantikan pernikahannya dulu pasti keluarganya akan malu. Beliau sangat menyayangi Yuki.
"Mama? Mama kapan pulang? Mama sudah sembuh?" Mereka berdua mengurai pelukannya, sejurus kemudian Yuki mencium tangan mertuanya dengan takzim.
"Sejauh ini Mama merasa lebih baik, untuk selanjutnya mama memutuskan lanjut berobat di sini saja. Mama kangen sama kalian. Asher mana?"
"Oh, Mas Asher tadi ada di kamarnya Mah. Itu dia mah orangnya." Yuki menunjuk Asher yang sedang berjalan mendekat.
"Mamah." Kedua ibu dan anak itu saling berpelukan melepas rindu. Bahkan Asher terlihat sangat menyayangi mamanya.
"Mama kenapa nggak ngabarin kalau pulang, seharusnya mama di rumah saja biar kami yang berkunjung ke sana, iya kan sayang." Asher mengiyakan sambil menatap istrinya tersenyum mengode.
Rasanya Yuki ingin muntah mendengar Asher ngomong sayang pada dirinya.
"Ayo Ma, masuk ke dalam. Mama mau minum apa?" Mama Rianti menggandeng tangan menantunya dan tangan Asher
"Apa aja sayang, Mama senang kalian terlihat kompak dan bahagia."
Asher melirik istrinya, matanya memperingatkan supaya ia diam dan menurut. Tentu saja Yuki masih diam, akan Yuki buat ia bercerita sendiri nanti setelah semua keluarga berkumpul.
Sepertinya alam memang menyambut dengan baik terbukti Mama Rianti datang di waktu yang tepat tanpa diundang. Yuki akan mengatakan yang sejujurnya pada mereka bahwa sudah saatnya mereka tahu yang sebenarnya, keluarganya, keluarga Asher mereka tahunya anak-anaknya menjalani rumah tangga yang bahagia, tapi nyatanya jangankan bahagia cinta saja belum ada.
Mereka duduk di ruang keluarga bertiga, dalam hati Yuki menunggu ayah dan bunda dengan cemas, takut mereka tidak bisa datang. Namun, kini gadis itu mulai lega ketika suara deru mesin mobil mengisi halaman rumah Asher. Terdengar salam dari dua orang tua itu menggema mengisi ruang tamu.
"Assalamu'alaikum ...." Salam dari Bunda dan Ayah yang langsung disambut dengan senyum dan kelegaan oleh gadis itu.
"Waalaikum salam ...." jawab kompak semua orang yang mendengar.
"Apa kabar jeng besan?" tanya Mama Rianti menyapa Bunda. Keduanya langsung berpelukan sedangkan Yuki dan Asher menyambut ayah secara bergantian. Bahkan Asher memeluk ayah sebentar lalu mencium punggung tangan mertuanya dengan takzim.
Dia seperti pria baik pada umumnya, tenang dan tak menampakkan kegusaran sama sekali, entahlah apa yang ada di dalam pikirannya. Setelah berbincang akrab cukup lama, Yuki baru menyadari bahwa kehadirannya ada yang kurang, kak Zumi juga harus ada di tengah-tengah mereka.
Kemana kak Zumi? Aku harus membuat kak Zumi dan Asher mengakui pernikahan mereka.
"Bunda, Ayah, Mama, aku ke kamar sebentar ya?" pamit gadis itu lalu kemudian segera menuju kamar untuk mengambil ponsel, ia akan menghubungi kak Zumi supaya pulang.
Yuki baru saja hendak mendial kontak kak Zumi ketika tiba-tiba Asher masuk ke kamar.
"Ki ... kenapa malah di sini, semua berkumpul di bawah." Asher merangkum bahu Yuki.
"Lepaskan tanganmu Om, jangan sentuh aku!" Yuki menatap tajam suaminya. Yuki sengaja memanggil Om jika hanya berdua saja. Terlalu malas untuk panggilan yang lainnya.
"Ayo turun, sudah ditunggu Mama dan bunda. Kita akan makan bersama," ajaknya lembut.
Yuki tidak mengindahkan kata-katanya, ia berjalan kearah koper lalu dengan gerakan cepat memindahkan pakaiannya dari lemari ke koper.
"Apa-apaan kamu ini Ki, kamu mau mengusik kedamaian orang tua kita. Stop bertindak seperti anak kecil Ki." Asher merebut koper yang ada di tangan Yuki.
"Kembalikan Om, aku tidak bisa menjalankan pernikahan tanpa cinta bahkan poligami, aku mohon talak aku sekarang juga."
"Maafkan aku Ki, aku tidak bisa. Tidak akan pernah terjadi perceraian di antara kita," jawab pria itu tegas.
"Tapi kenapa Om? Om dan kak Zumi itu saling cinta, berbahagialah menjalani hidup yang normal. Tolong ceraikan aku!" tekan Yuki murka.
"Apa alasan kamu meminta pisah dariku karena laki-laki lain?" selidik Asher menyorot istrinya.
"Tidak ada hubungannya dengan pria manapun, dari awal aku tidak mau dimadu dan aku mau Om talak aku sekarang!"
"Aku tidak bisa, karena faktanya istriku cuma satu," kata Asher enteng.
"Iya, aku cukup tahu diri, Om jangan khawatir."
"Ayo Ki, jangan menunggu terlalu lama kasihan mereka."
"Hah, bulsit! Hentikan sandiwara konyol mu itu." Yuki semakin geram karena Asher seakan abai.
"Oke baiklah, kalau kamu tidak bisa, biar aku yang menggugat di pengadilan nanti, aku yakin ayah akan membantuku." Yuki berjalan cepat meninggalkan Asher yang masih santai dengan wajah datarnya.
Yuki menuju ruang keluarga, rasanya sudah tidak tahan untuk membongkar kebusukannya. Setelah ini ia akan pergi dan terbebas dari jerat belenggunya. Ternyata begitu ia sampai di ruang tamu, netranya langsung menatap Zumi juga sudah ada di sana, madunya ini sedang mengobrol bersama bunda dan Mama.
"Sebelumnya mohon perhatiannya." Mereka semua menoleh ke arah Yuki yang tengah berdiri tak jauh dari sana.
"Aku sudah memutuskan---"
"Kami akan bulan madu. Mama, Ayah," kata Asher tenang.
Yuki melongo tak percaya dengan apa yang Asher katakan.
Pasti dia sudah gila. Rencana apalagi ini, aku tidak akan masuk perangkapnya lagi.
Mama, Ayah, bunda terlihat bahagia mendengar omong kosong Asher.
"Kami akan bercerai," ralat gadis itu cepat, senyum di wajah para orang tua langsung menghilang.
"Apa maksudmu sayang." Mama Rianti langsung datang menghampiri menantunya.
"Maaf ma, tapi aku tidak bisa melanjutkan pernikahan dengan berpoligami dan terlebih kami tidak saling mencintai." Yuki berkata sangat gamblang dan jelas, tidak ada keraguan sedikit pun di hatinya, tekadnya sudah bulat, mengibarkan bendera perpisahan.
Pandangan Mama berpindah menatap Asher meminta penjelasan.
"Walaupun awalnya kami tidak saling mencintai tapi kami akan berusaha untuk menjalani dengan baik Ma. Beri Asher waktu untuk memulai menjadi lebih baik," Asher menjawab tanpa dosa
"Apa maksud mu mas, hah! Omong kosong apa lagi? Jelaskan semuanya pada orang tua kita. Bahwa hari ini juga aku akan pulang ke rumah ayah."
Yuki menatap kesal Zumi dan Asher, sementara para orang tua merasa bingung dengan gelagat mereka bertiga.
Berhubung tidak ada yang membuka suara sama sekali akhirnya gadis itu yang langsung berbicara pada mereka.
"Asher dan Zumi sudah menikah Ma, Ayah dan Bunda. Ini adalah satu alasan yang membuatku ingin bercerai dan pulang ke rumah Ayah."
"Apa?" Mama Rianti nampak shock juga Ayah dan bunda.
"Katakan pada kami yang sesungguhnya Asher, bahwa yang dibilang Yuki tidak lah benar." Emosi mama Rianti menatap putranya
"Aku memang sempat menikahi Zumi setelah menikah dengan Yuki ma," ucap Asher jujur.
"Astaghfirullah aladzim Asher ...." Mama Rianti menatap kecewa putra tunggalnya itu. Tak kalah terkejutnya Bunda Dyah dan Ayah semua meminta penjelasan dengan mereka bertiga.
tpi klo ngak balikan.. ngak bakalan ada dong Dogan sky nya....😂😂😂😂
undur diri dulu, thor.. 🙏🏻
gaje bener nih pasutri playing victim dua²nya..
gila, sejak bab awal kerjaan gue gak brenti misuh.. /Speechless/