Pernikahan Kedua Suamiku

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Ligina menatap Ross dengan sinis. Apalagi Ross muntah-muntah tidak jelas.

"Kamu tuh ya Ross orang lagi makan malah muntah-muntah. Makanya selingkuh itu kira-kira, kena azab kan jadi nya". Sindir Ligina.

Deg

Hati Ross berdenyut sakit. Selingkuh dari mana? Jelas-jelas bayi dalam kandungan nya adalah anak dari suaminya.

"Sayang, aku jadi gak selera makan". Yuli membanting sendoknya dengan kasar "Masa iya aku makan dia malah muntah-muntah gitu". Gerutu Yuli manja.

"Ross kamu sengaja ya?". Tuduh Herdianto.

"Gak Mas, perut aku memang mual banget huweekkk".

Ross berlari ke kamar mandi. Seperti nya dia mengalami ngidam yang kuat.

"Sayang, aku mau balik kamar aja dehhh. Aku gak selera". Yuli berdiri dari duduknya.

"Tapi kamu harus makan sayang. Gimana nanti kondisi bayi kita?". Rayu Herdianto.

"Gak apa-apa". Ketus Yuli pergi kekamar nya.

Sedangkan Jacky dan Jackson yang melihat pertengkaran dimeja makan, cukup heran. Apalagi saat Ross dibentak oleh Ligina. Meski sudah biasa. Namun tetap saja kedua bocah tampan itu merasa kan emosi.

Ligina membanting sendoknya dengan kasar. Dia berjalan menghampiri Ross kedalam kamar mandi.

"Kamu tuh memang menantu gak tahu diri Ross. Udah untung kamu ditampung dirumah ini". Ligina bersandar dinding pintu sambil menatap Ross yang masih muntah-muntah.

Ross mengelap bibirnya. Wajahnya terlihat pucat sekali. Kehamilan nya kali ini benar-benar menguras tenaga dan emosinya.

"Maaf Bu". Ross mengelap dahinya yang berkeringat.

"Maaf. Maaf terusss". Cibir Ligina "Mending kamu ngaku aja dehh, kalau anak dalam perutmu itu bukan anak Herdi kan?". Tuduh Ligina menatap Ross tajam.

"Bu".

"Udah dehhh Ross gak usah ngeles". Cibir Ligina mellengang pergi dari sana.

Ross menatap punggung mertuanya dengan sendu. Sejak menikah dengan Herdianto, mertuanya itu memang tidak setuju. Apalagi sekarang.

"Kuat ya Nak. Bantu Mama berjuang". Ross mengelus perut ratanya. Kehamilan nya baru memasuki Minggu ketiga.

Ross keluar dari kamar mandi. Dia kembali ke meja makan. Hanya ada Jacky dan Jackson yang lainnya pergi entah kemana.

Ross menatap kedua putranya dengan sendu. Anak-anak nya harus menyaksikan perdebatan mereka dimeja makan. Ross takut jika itu menganggu mental kedua anaknya.

"Kyky, Jack. Ayo berangkat Nak". Ajak Ross sambil menenteng bekal kedua anaknya.

"Iya Ma".

Kedua bocah berbeda usia itu mengikuti langkah kaki Ross.

Hari ini mereka naik angkutan umum. Sepeda Ross masih berada dikantor, dan belum ada yang memperbaiki nya. Jadi dia terpaksa menaiki angkutan umum.

.

.

.

.

Sampai digedung pencakar langit Ross langsung turun dan membayar biaya angkutan. Dia menatap suaminya yang baru juga turun dari mobil.

Tidak ada yang tahu jika mereka pasangan suami istri, kecuali Renny sahabat nya.

Dari dulu Herdianto sengaja menyembunyikan hubungannya dengan Ross, seakan malu memiliki istri yang hanya seorang cleaning service, sedangkan dia seorang GM ternama. Mana pantas bersanding dengan seorang Office Girl?

Ross tersenyum kecut. Teringat ketika pertama kali menikah. Dia tidak sengaja berduaan dengan Herdianto, lalu ditangkap dipaksa menikah.

Dari awal Ross sudah menolak, namun keputusan dari Suherni waktu itu tidak bisa diganggu gugat. Padahal dia baru berusia 14 tahun. Bahkan dia tidak sempat menyelesaikan pendidikan disekolah dasar.

Ross masuk setelah suaminya masuk. Dia tidak mau orang tahu bahwa Herdianto adalah suaminya. Karena Herdianto sendiri yang meminta nya menyembunyikan hubungan mereka dengan alasan harus profesional dalam bekerja. Takut jika ada yang tahu nanti malah menilai yang tidak-tidak.

Ross berjalan melamun. Tatapan wanita itu kosong. Matanya sedikit membengkak dan ada lingkaran kecil dibagian kelopak matanya yang menandakan bahwa wanita itu tidak tidur semalaman.

Brakkkkkkkkkkk

Ross memejamkan matanya saat merasa bahwa tubuhnya pasti terpental dilantai.

Namun wanita itu merasakan ada yang memeluk pinggangnya dengan erat sehingga dia membuka matanya.

Deg

Deg

Deg

Pandangan kedua orang itu bertemu. Segera Ross bangkit dari pelukkan pria itu takut salah paham.

"Maaf Pak saya gak sengaja". Ucap Ross sambil membaiki bajunya.

"Kalau jalan tuh hati-hati. Gak usah melamun". Ketus Andre meninggalkan Ross yang masih menunduk.

"Maaf Pak". Ross hanya bisa menunduk malu.

Andre masuk kedalam ruangan nya. Pria itu menghempaskan tubuhnya dikursi kebesaran nya.

Lelah. Letih. Lesu. Lemes. Bercampur aduk menjadi satu. Hidupnya hanya sepintas pekerjaan. Bahkan dia tidak memiliki waktu untuk kedua buah hatinya. Akibat menyibukkan diri dengan pekerjaan.

Kedua anak Andre diurus oleh sang Ibu yang sudah lanjut usia. Hingga Andre bisa bebas meninggalkan kedua anaknya kapan saja.

"Ai". Andre mengelan nafas ketika mengingat nama istrinya "Apa kabarmu disana?". Dia mengusap foto itu "Aku kangen". Lirihnya terdengar sendu

.

.

.

.

Ross meletakkan tasnya. Dia langsung menyambar kain pel dan dan ember untuk melakukan pekerjaan nya. Lantai sudah disapu oleh yang bertugas. Dia bertugas mengepel lantai.

"Ross".

"Ren". Sapa Ross ramah.

"Kenapa wajah kamu pucat banget? Kamu sakit?". Ross menyentuh kening Ross dengan punggung tangannya.

"Aku hamil". Senyum Ross

"H-hamil?". Ulang Renny sekali lagi.

Ross mengangguk.

"Kalau gitu kamu gak usah capek-capek. Biar aku yang kerjain pekerjaan kamu".

"Tapi Ren.....".

"Udah gak usah protes. Mending kamu duduk aja dulu". Renny memapah Ross

"Renn....".

"Diam Ross".

Ross tersenyum. Renny menang sahabatnya yang paling peduli padanya. Setidaknya disaat seperti ini masih ada sosok yang baik padanya.

Bersambung....