30 Hari Menjelang Perceraian.

Sepulang kerja Septy langsung diantar oleh Garren ke gedung apartemen. Tiba diparkiran mobil, Septy melihat ada beberapa mobil terparkir ditempat khusus.

"Ini mobil khusus untuk disini. Kamu boleh pilih yang mana yang kamu inginkan. Semua masih bagus," kata Garren.

Septy menutup mulutnya dengan telapak tangannya, ia shock. Dimana-mana tempat suaminya selalu ada mobil yang terparkir di parkiran.

Bahkan parkiran ini khusus untuk mereka saja. Sementara mobil lain, terparkir ditempat lain yaitu sebelah kiri gedung ini.

"Kenapa?" tanya Garren.

Septy menggeleng. "Aku shock aja Mas, dimana-mana selalu ada mobil milik keluarga Mas."

"Ya, karena perusahaan nya milik Om Rakha dan sekarang dikelola oleh kak Kenzo dan kak Kenzie."

"Mas?" Septy seketika terhuyung dan terkulai, beruntung Garren dengan sigap menangkapnya.

"Sayang ... sayang!" Garren seketika panik melihat Septy terkulai lemas. Ternyata Septy pingsan.

Garren meminta bantuan satpam untuk menekan tombol lift karena ia sedang menggendong Septy.

Garren membawa Septy ke apartemen miliknya. Dan membaringkannya di tempat tidur.

"Sayang, kenapa kamu pingsan sih?" Garren mencari sesuatu didalam tas milik Septy. Ia menemukan minyak kayu putih yang selalu Septy bawa kemanapun.

Garren mendekatkan botol minyak kayu putih itu kehidung Septy. Dan akhirnya Septy pun tersadar.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?"

Septy menggeleng, ia melihat sekeliling ternyata sudah didalam kamar. Septy menatap suaminya dalam-dalam.

"Maaf, aku menyusahkan mu Mas," ucap Septy.

"Iya, aku sangat cemas dibuatnya. Benar, kamu tidak apa-apa?"

Septy kembali menggeleng. Tidak berapa lama bel pintu berbunyi. Ternyata pelayan datang yang dikirim khusus oleh Lita untuk menemani Septy.

Pelayan juga membawa pakaian untuk Septy yang juga sudah disediakan oleh Lita. Dan semuanya baru dibeli dari mall.

"Tuan muda, saya dikirim nyonya kesini untuk menemani nona," kata pelayan.

"Hmmm, baguslah agar istriku tidak sendirian."

Kemudian pelayan masuk dan langsung ke kamar Septy untuk menata pakaian yang ia bawa.

Setelah itu ia pamit keluar dan masuk ke kamar sebelah. Di apartemen ini terdapat tiga kamar. Dan kawasan apartemennya cukup luas. Jadi jika sudah berkeluarga bisa tinggal disini.

"Aku pulang dulu, nanti kita urus pernikahan ulang kita," kata Garren. Kemudian mengecup kening istrinya dengan lembut.

Septy memejamkan matanya menikmati perlakuan lembut suaminya. Kemudian Garren tersenyum dan keluar dari kamar Septy.

"Bik, jaga nona dengan baik, jika dia mau apa-apa segera dilayani." Garren berpesan kepada pelayan sebelum ia benar-benar keluar dari apartemen tersebut.

"Baik Tuan," jawab pelayan.

Kemudian pintu apartemen tertutup setelah Garren keluar. Pelayan pun segera menemui nona nya didalam kamar.

"Nona perlu apa?" tanya pelayan.

"Tidak ada, oya Bik, Bibik tidak perlu melayani aku, aku bisa sendiri. Bibik kerjakan saja apa yang perlu dikerjakan. Jika urusanku, aku bisa sendiri."

Pelayan hanya bisa mengiyakan saja, meskipun dia takut karena tuan muda nya sudah berpesan agar melayani Septy dengan baik.

Pelayan keluar dari kamar Septy. Sedangkan Septy langsung masuk kedalam kamar mandi. Ia berdiri di depan cermin.

Ia shock dengan kekayaan suaminya ada dimana-mana. Ia ingin meminta bantuan suaminya untuk merenovasi rumah panti.

Namun ia ragu untuk mengatakan nya. Dan juga ia tidak merasa punya hak untuk meminta yang macam-macam pada suaminya.

Padahal tanpa Septy ketahui, Garren sudah memerintahkan orang untuk memperbaiki rumah tersebut.

Dan rencana Garren akan membuat kejutan untuk Septy nantinya. Dan Garren akan mengajak Septy ke rumah panti yang baru.

Juga Garren membangun sekolah dasar untuk mereka dan anak-anak kurang mampu disekitar daerah itu.

Septy pun mandi dengan merendam tubuhnya didalam bathtub. Ia merasa geli sendiri saat mengingat dirinya tiba-tiba pingsan.

Setelah 20 menit, Septy pun membilas tubuhnya. Dan setelah itu keluar dari kamar mandi.

Ia membuka lemari pakaian dan melihat bukan pakaian yang biasa ia pakai. Melainkan semuanya pakaian baru.

Septy bisa apa selain menerima takdirnya menikah dengan orang kaya. Meskipun pada awalnya terpaksa dan akhirnya timbul bibit cinta.

"Ya Allah, ingatkan aku agar selalu rendah hati dan tidak sombong karena dilimpahkan kemewahan," batin Septy.

Kemudian Septy pun berganti pakaian santai, karena ia juga tidak akan kemana-mana.

...****************...

Sementara Garren yang berada didalam rumah merasa ada yang hilang. Ia masuk kedalam kamar mandi.

Ia mencoba menenangkan diri di sana dengan berendam didalam bathtub. Garren terbayang saat ia tidur bersama Septy dan memeluk Septy.

Tiba-tiba ia merindukan Septy, padahal baru beberapa menit yang lalu mereka bersama. Tapi saat ini Garren benar-benar merasa sangat kesepian.

Garren keluar dari kamar mandi dan berpakaian lengkap. Ia sholat pun sendiri. Namun saat selesai sholat, Garren membalikkan badannya dan hendak bersalaman dengan Septy.

Namun tangannya tergantung di udara, dan ia tersenyum kecut karena Septy tidak ada. Biasanya Septy selalu menyambut tangannya dan mencium tangannya.

Garren menghela nafas. "Sepertinya aku benar-benar tidak bisa tanpanya," gumam Garren.

Garren keluar dari kamar dan langsung ke dapur. Dilihatnya hidangan di meja makan sudah tersedia.

Namun Garren merasa tidak berselera untuk makan. Ia hanya menatap makanan yang ada diatas meja.

"Bik, panggil mereka untuk makan makanan ini, aku tidak berselera untuk makan."

"Baik Tuan!" kemudian pelayan pun memanggil pelayan lain untuk memakan makanan diatas meja.

Karena akan mubazir jika di buang. Makanan adalah rezeki, jadi sangat disayangkan jika harus dibuang.

Meskipun Garren terlahir dari keluarga kaya, namun soal membuang makanan dia tidak tega. Karena ia berpikir, lebih baik diberikan kepada yang membutuhkan daripada harus dibuang.

Garren meminta dibuatkan kopi kepada pelayan, saat menyeruput kopi tersebut, Garren menghentikan nya. Karena tidak sama dengan buatan istri.

"Andai waktu bisa berputar kembali, aku tidak akan membuat keputusan kecerobohan ini," gumam Garren.

Akhirnya Garren kembali ke kamarnya dengan tidak makan malam. Ia hanya minum air putih saja.

Tiba didalam kamar, Garren menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Ia terlihat gelisah, ke kiri salah, ke kanan pun salah.

Garren bangkit dan duduk, ia mengambil ponselnya hendak menelpon Septy. namun sayangnya, ponsel Septy tidak aktif.

Garren semakin gelisah, hingga ia memutuskan untuk ke kamar Septy. Garren berbaring diatas ranjang yang pernah Septy tempati.

Aroma tubuh Septy tertinggal di ranjang tersebut. Kemudian Garren mencium guling yang ada aroma tubuh Septy.

Garren pun memeluk guling tersebut, hingga ia merasa sedikit tenang. Perlahan-lahan matanya pun mulai terpejam.

Pagi harinya Garren terbangun. Ia lupa jika tidur dikamar Septy. Garren menelisik setiap ruangan.

Baru ia tersadar jika dia tidur dikamar Septy. "Apa yang terjadi denganku? Kalau lama-lama begini, aku bisa gila," batin Garren.

Kemudian ia kembali ke kamarnya untuk mandi dan sholat. Setelah itu baru bersiap-siap untuk ke perusahaan.