NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:24.8k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Bab 30

Bagas sampai di klub malam dan langsung mencari keberadaan Elen. Dengan mata elangnya, Bagas langsung bisa menemukan Elen. Pujaan hatinya itu sedang asyik bersama teman-temannya. Bagas pun berjalan perlahan menghampiri Elen.

Kehadiran Bagas itu sebenarnya disadari oleh Lina tetapi dia berpura-pura tidak melihatnya dan memilih menari dengan memandang ke arah lain.

'Grep'

Elen tersentak kaget merasakan lengannya ditarik oleh seseorang, dia menoleh dan hampir saja berteriak karena merasa ada yang lancang memegang anggota tubuhnya. Namun begitu melihat Bagas yang menarik tangannya menjauh dari dance floor, Elen terdiam. Otaknya tengah memproses apa yang baru saja terjadi sampai tidak sadar kini berada jauh dari teman-temannya.

"Bagas, lepas!" Berontak Elen.

"Maaf," Bagas melepaskan tangan Elen. Mereka berada di sofa yang tadi Elen gunakan bersama teman-temannya.

"Aku kira kamu sudah mabuk." Lirih Bagas menatap intens Elen.

"Kamu ngapain ke sini?" Tanya balik Elen, "Dari mana kamu tahu aku disini?" Cecarnya curiga.

"Aku bertemu teman klien di sini." Jawab Bagas yang memang sudah menryiapkan jawaban itu sebelumnya, "Kebetulan sekali aku lihat kamu."

"Terus dimana teman kamu kalau gitu?" Elen tidak melihat ada orang lain di sekitar Bagas.

"Sudah pulang barusan ada urusan lain." Dusta Bagas.

"Terus kenapa nggak ikut pulang?"

"Aku lihat kamu, Elen. Makanya nggak ikut pulang." Sebisa mungkin Bagas berbicara dengan tenang. Agar Elen tidak curiga.

"Oh..." Elen mengangguk percaya, "Kamu ngira aku mabuk?" Bagas mengangguk.

"Aku gak mabuk, kok. Kamu pulang aja, lagian aku sama mereka." Elen menunjuk teman-temannya.

"Kamu ngusir aku?" Tanya Bagas kecewa.

"Bukannya kamu emang mau pulang tadi?" Tanya balik Elen.

"Iya..tapi.."

"Kenapa?"

"Bisa kita bicara sebentar." Ajak Bagas kemudian.

"Bicara saja." Elen mengangguk mempersilahkan.

"Tapi nggak di sini. Tempat ini terlalu bising." Bagas berniat mengajak Elen membahas hal penting jadi tidak mau membicarakannya di tempat itu.

"Lalu dimana?"

"Ikut keluar sama aku. Nanti aku antar kamu pulang!" Ajak Bagas menunjuk pintu keluar.

Elen terdiam sebentar menimbang-nimbang apakah ia akan ikut Bagas atau tidak?

"Sebentar saja, ada hal penting yang perlu aku bicarakan sama kamu." Imbuh Bagas membujuk. Dia harus berhasil mengajak Elen keluar dari tempat itu.

"Maaf..." Ucap Elen seraya menyunggingkan senyum tipis, "Kayaknya nggak bisa, aku udah janji mau seneng-seneng sama yang lainnya malam ini. Kalau aku ikut kamu sekarang, nggak enak sama yang lain." Kata Elen beralasan. Padahal dia hanya teringat saja ucapan Aksa yang bilang jangan terlibat dengan pria manapun. Rasanya apa yang Aksa ucapkan pagi tadi padanya masih terdengar begitu nyata di telingannya.

Bagas menatap Elen lalu menatap pada Lina yang juga tengah menatap ke arahnya. Seolah perempuan itu bertanya 'bagaimana?' lewat sorot matanya.

"Bukan karena nggak mau bicara denganku?"

Tanya Bagas lagi menatap teduh pada Elen.

Elen menggeleng cepat membantah, "Mana mungkin. Beneran karena kita udah janji mau seneng-seneng malam ini jadi gak bisa, Bagas."

Bagas mengangguk mengerti, "Kalo gitu lain kali gimana? Besok?" Bujuk Bagas tak kehabisan akal.

Elen terdiam tidak langsung mengiyakan permintaan Bagas.

"Aku pikirkan dulu." Putusnya kemudian.

Bagas mengangguk lagi, dia tidak mau memaksa Elen. Bagaimanapun kali ini dia sedang dalam mode pengejaran tidak bisa terlalu agresif, memaksa, tapi juga tidak bisa terlalu santai.

"Kalau begitu aku temani kalian. Aku tidak akan mengganggu, hanya akan memastikan kalian baik-baik saja." Putus Bagas, "Bagaimana? Kamu nggak keberatan kan, Elen?"

Mau tidak mau Elen mengangguk, tidak enak jika menolak Bagas lagi. Toh, pria itu tidak akan mengganggunya. Malah mungkin membantu jika nanti ada salah satu diantara mereka yang mabuk berat. Seperti Bella contohnya.

"Kamu mau balik kesana." Bagas dance floor dengan dagunya, "Aku tunggu di sini. Sana kalau mau main-main lagi."

"Iya, tapi mau minum dulu." Ucap Elen asal meminum minuman di gelas yang berwarna coklat seperti teh, dia tadi minum coca-cola. Tidak tanggung-tanggung, Elen langsung menghabiskan satu gelas penuh. Tanpa sengaja Elen sudah menghabiskan minuman Bella yang banyak kandungan alkohol di dalamnya.

"Ya udah aku kesana!" Pamit Elen menyusul yang lainnya dan Bagas mengangguk tipis. Bagas sama sekali tidak menyadari apa yang Elen minum.

"Kok ada kak Bagas, mbak?" Tanya Rissa saat Elen sudah berada di dekatnya lagi. Dia sempat melihat Elen ditarik oleh Bagas menjauh dari dance floor dan berniat langsung menyusul Elen tadi tapi dihentikan oleh Nindy.

"Kebetulan. Dia habis ketemu sama temannya." Jawab Elen datar.

"Terus?"

"Ngiranya mbak mabuk makanya ditarik." Jujur Elen sesuai apa yang Bagas katakan padanya.

"Ngapain dia?" Lina ikut bertanya melihat Bagas yang duduk sofa memperhatikan Elen dengan serius.

"Mau jagain kita katanya." Jawab Elen yang hanya direspon dengan 'oh' saja.

"Gue kayaknya salah minum." Ungkap Elen merasakan kepalanya tidak nyaman, pening.

Lina dan Rissa langsung menoleh pada Elen begitupun Bella.

"Maksud Lo?" Tanya Lina khawatir. Terlebih saat Elen sempoyongan sampai kesulitan menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Jangan-jangan dia minum-," Tebak Bella. Dia sudah sedikit mabuk tapi masih bisa berpikir.

"Kok bisa?" Rissa bertanya seraya menahan bahu Elen.

"Guys, serius kalau ini gue beneran salah minum." Elen oleng. Dibantu tahan oleh Rissa dan Lina.

Lina sigap melambai pada Bagas yang langsung melesat mendekat.

"Kenapa?" Tanya Bagas khawatir melihat Elen tidak stabil.

"Mantan Lo mabuk." Jawab Lina.

"Hah?" Bagas mengerjap kebingungan.

"Hah Heh hah heh, bantuin dong." Sembur Lina.

"Beneran mabuk kayaknya, kak." Rissa angkat bicara.

Bagas mengangguk lalu mendekati Elen mengambil alih Elen dari Rissa dan Lina memapahnya sendirian.

"Elen hey..." Panggil Bagas lembut.

"Hm."

"Bawa pulang aja gak sih?" Usul Lina.

Rissa mengangguk setuju. Begitupun Karin.

"Ya udah, yuk pulang!" Putus mereka. Mereka kembali ke sofa dan mengambil barang-barang mereka. Dengan Bagas yang memapah Elen yang jalan sempoyongan tidak stabil.

"Gue sama Bella minum. Kita nggak bisa nyetir." Ucap Lina sengaja.

"Nanti aku antar kalian setelah mengantar Elen pulang." Ucap Bagas peka.

"Nggak." Lina menggelengkan kepala, "Lo bawa Elen pulang aja. Biar gue sama Bella diantar Rissa." Lina melirik Rissa penuh harap.

"Emang Rissa nggak minum?" Bagas beralih menatap Rissa.

"Aku aman, kak."

Bella bagaimana? Jangan ditanya, dia sudah tidak bisa diajak bicara dengan normal.

"Lo nggak keberatan 'kan, Ris?" Desak Lina.

Rissa menatap Elen yang terlihat memejam lalu menatap Bagas agak tidak rela sebenarnya membiarkan kakaknya pulang bersama Bagas tapi mau bagaimana lagi. Rissa juga tidak enak menolak permintaan Lina.

"Gimana, Ris?" Tanya Bagas sebab Rissa tak kunjung menjawab pertanyaan Lina.

"Aku titip mbak Elen, kak. Tolong antarkan mbak Elen sampai rumah dengan aman." Ujar Rissa.

Bagas mengangguk, "Pasti Ris."

"Yaudah yuk! Bella udah parah nih." Ajak Lina berusaha memapah Karin, "Bantuin, Ris." Pintanya. Keduanya memapah Karin keluar dari club.

Sementara Bagas langsung menggendong Elen ala bridal style agar lebih mudah.

Ervan dan Garry yang juga masih berada di klub malam menyaksikan semua yang terjadi. Mereka berada di pojok sedikit privasi kalau dari dance floor. Tidak ada yang menyadari keberadaan Ervan dan Garry bahkan Bella saja tidak tahu kakaknya juga berada di club malam.

"Aksa nggak balas." Ucap Garry, "Apa mungkin jadi ke Singapura hari ini? Bukannya tadi masih di Bandung?"

Ervan menggeleng, "Gue nggak tahu. Dia sibuk banget. Mending lo chat Brian aja." Saran Ervan. Sedari tadi Ervan sibuk dengan ponselnya merekam aktivitas Elen dan teman-temannya. Untuk nanti bisa dia tunjukkan pada Aksa.

"Gue juga udah chat Brian. Tapi pending. Ck." Ucap Garry lalu berdecak, "Coba Aksa baca pesan gue. Dia pasti udah nangkap Elen."

Ervan terkekeh, lalu menyimpan ponselnya. "Besok pasti temen lo ngamuk. Dan Brian yang kena sasarannya."

Garry mengangguk membenarkan. Dia tahu betul apa yang diucapkan Ervan barusan pasti terjadi.

Dan yang dibicarakan baru saja memeriksa ponselnya. Aksa dan Brian baru saja tiba di hotel di Singapura. Awalnya Aksa akan berangkat ke Singapura besok pagi, tapi pekerjaannya di Bandung selesai lebih cepat jadi memutuskan langsung ke Singapura malam itu juga.

"Bangsat!" Umpat Aksa membaca pesan dari Garry.

[Calon bini Lo clubing nih xixi]_Garry send foto.

"Kenapa, Sa?" Tanya Brian.

"Cariin gue penerbangan ke Indo secepatnya, Bri!" Perintah Aksa.

"Hah?" Brian memasang wajah cengo, "Kita baru sampai Sa. Belum ada satu jam, lo udah mau pulang lagi ke Indo aja?"

"Elen bikin ulah, Bri. Gue harus balik sekarang!"

Dari nada bicara Aksa yang tegas. Itu artinya dia tidak mau ada bantahan.

Dengan menghela napas berat Brian mencari penerbangan tercepat ke Indonesia.

"Sebenernya ada apa sih, Sa?" Tanya Brian lesu sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu hotel mewah tempat mereka menginap.

Ya, Aksa dan Brian baru saja masuk ke dalam hotel masih berdiri tadinya. Aksa sudah mencak-mencak tidak jelas.

"Lo lihat sendiri." Menyerahkan ponselnya pada Brian. Yang langsung diterima oleh asisten sekaligus sahabatnya itu.

"Calon bini lo ke club? Ngapain?" Brian mengernyit melihat pesan yang dikirim Garry.

"Mana gue tahu." Sewot Aksa ikut merebahkannya diri di sofa lalu memejamkan matanya.

"Udah palingan dia juga udah pulang. Lagian udah tadi banget itu." Ucap Garry menenangkan.

Drtttt.

Tapi, pesan masuk berupa video dari Ervan yang langsung dibuka oleh Brian membuat Brian menganga dan hal itu disadari oleh Aksa.

"Apa?" Tanya Aksa.

Brian mengembalikan ponsel Aksa membiarkan Aksa melihat sendiri pesan dari Ervan itu.

"Shit!" Umpat Aksa langsung berdiri, "Kita ke bandara sekarang, Bri!" Putus Aksa. Sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Melihat video yang dikirim Ervan, Aksa tidak bisa tinggal diam. Bagaimana dia bisa diam, wanitanya dalam dekapan pria lain? Dalam keadaan mabuk pula.

Kembali pada Elen dan Bagas. Tidak ada yang terjadi diantara keduanya. Bagas hanya mengantar Elen pulang. Tapi, Bagas tidak tahu jika rumah Elen kosong. Sementara Elen tertidur. Bagas tidak mau mengganggu tidur Elen. Terpaksa Bagas menunggu Rissa. Ia dan Elen berada di dalam mobil yang di parkir di pekarangan rumah Elen sembari menunggu Rissa datang.

"Cantik." Puji Bagas menatap Elen yang tertidur. Jemarinya terulur merapikan anak surai Elen yang menutupi sebagian wajah perempuan itu.

"Aku kangen banget sama kamu, Elen." Mengelus lembut pipi Elen. Banyak hal yang ingin Bagas bicarakan pada perempuan itu tetapi dia kesulitan mencari waktu tepat karena Elen sepertinya mulai menghindarinya.

"Aku harap kali ini takdir berpihak pada kita. Aku tidak akan menyerah kali ini, restu Al. Bagaimana pun caranya akan aku dapatkan, Elen. Kamu akan menjadi milikku." Ucap Bagas percaya diri. Jika dulu terhalang restu keluarga dan Al. Kali ini Bagas tidak membutuhkan restu keluarga untuk menikahi Elen karena dia sudah mampu berpijak dengan kakinya sendiri. Tinggal Al yang harus dia pikirkan dan Bagas yakin bisa membujuk anak itu. Apalagi sekarang Al sudah remaja. Pola pikirnya pasti sudah berbeda dengan di masa lalu.

Tin..

Klakson mobil tedengar membuat Bagas yang fokus memperhatikan wajah Elen itu menoleh. Mobil Rissa sudah berada di samping mobilnya.

Rissa langsung turun dari mobil dan mengetuk kaca mobil Bagas.

"Nggak ada orang di rumah, Ris. Elen tidur, aku

nggak mau membangunkan dia. Jadi, cuma bisa nunggu kamu." Ucap Bagas menjelaskan setelah menurunkan kaca mobilnya.

"Iya, kak. Aku lupa rumah kosong. Al nginep di rumah temennya. Ayo masuk, Kak."

Bagas mengangguk, dia kemudian turun dari mobil dan berjalan memutar membuka pintu mobil untuk Elen dan menggendong perempuan itu sementara Rissa sudah lebih dulu berjalan membukakan pintu mobil untuk Rissa.

"Ke kamar mbak Elen aja, kak." Ucap Rissa menuntun Bagas menuju lantai 2 kamar Elen.

Bagas sendiri tahu seluk beluk rumah Elen. Bagaiamana pun dulu dia juga sering main ke rumah itu.

Dengan hati-hati Bagas membaringkan Elen ke ranjang. Lalu, Rissa begerak cepat menyelimuti tubuh Elen. Setelahnya Rissa dan Bagas mengobrol sebentar lalu Bagas pamit pulang.

1
Dizzah Afkar
godddd
ceritanya seruuu,,,suka sukaaa👍
Kusii Yaati
gmn sih sa main sruduk aja hadehhh🤦🤦🤦
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!