Ruby Alexandra harus bisa menerima kenyataan pahit saat diceraikan oleh Sean Fernandez, karna fitnah.
Pergi dengan membawa sejuta luka dan air mata, menjadikan seorang Ruby wanita tegar sekaligus single Mom hebat untuk putri kecilnya, Celia.
Akankah semua jalan berliku dan derai air mata yang ia rasa dapat tergantikan oleh secercah bahagia? Dan mampukah Ruby memaafkan Sean, saat waktu berhasil menyibak takdir yang selama ini sengaja ditutup rapat?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzana Raisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia...
Berbagai cobaan dan ujian yang dialami Ruby, membuat perempuan bermata sayu itu kian tegar untuk menata hidup ke depan, menyongsong masa depan yang lebih baik. Jadikan pengalaman hidup sebagai guru terbaik dalam hidup. Ruby tak henti menyemangati diri. Menapaki jalan takdir, membuatnya terasa ringan meski dipenuhi kerikil tajam.
Ruby kini sudah mampu menyesuaikan diri dengan profesi barunya sebagai asisten koki. Satu bulan bekerja di Ruby Resto & Cafe, menjadi asisten Mario membuat gadis itu semakin piawai dalam menunjukan kemampuannya memasak yang memang sudah menjadi hobinya sedari masih hidup di panti. Ruby yang seharusnya hanya membantu pekerjaan Mario, terkadang justru ditunjuk oleh Mario untuk menyajikan pesanan pelanggan, tentunya tanpa sepengetahuan Wira.
Masakan Ruby tak kalah nikmat dari Mario. Itulah salah satu alasan yang mendorong Mario bertindak lancang, melakukan hal yang nyata-nyata menyalahi kontrak kerja yang ada.
Saat mendapatkan gaji pertama dari Ruby Resto & Cafe, Ruby merasa bahagia tak terkira. Ia pun lantas membawa Fatimah dan Kiran keluar rumah, sekedar jalan-jalan dan menikmati kuliner pinggir jalan di sekitar taman kota.
Fatimah awalnya menolak, ia lebih menginginkan Ruby untuk menyimpan saja gajinya untuk biaya persalinan. Akan tetapi Ruby menolak, ia berkata jika hanya sebagian dari gajinya saja yang digunakan untuk cuci mata, dan selebihnya akan ia jadikan tabungan untuk si kecil.
"Aku senang Kakak masih bertahan di tempat kerja itu. Awalnya aku kira jika Kakak akan.."
"Berhenti, maksudmu?."
Kiran mengganguk samar. Sekembalinya dari taman kota, dua perempuan itu masih menikmati suasana malam di teras rumah. Fatimah izin untuk beristirahat, meninggalkan dua putrinya yang masih enggan untuk masuk ke kamar.
"Aku tau, setegas apa Tuan Wira pada para pekerja. Salah sedikit, langsung tegur, terkadang langsung mendapat peringatan bahkan pemecatan. Ya, walau pun dia hanya Manager dan bukan pemilik resto, tapi aku yakin jika pemiliknya tidak lebih garang dari Si Wira." Kiran seperti menunjukan ketidaksukaannya pada Wira. Entah karna sikap tegas sang Manager atau wajah datarnya yang jarang sekali tersenyum.
"Memang kau sudah lihat seperti apa wajah pemilik tempat kita bekerja?."
"Belum sih," jawab Kiran seraya menggelengkan kepala. "Resto itu sebenarnya buka belum lama. Aku masuk saat awal pemukaan resto, ya sekitar enam bulanan lalu. Tapi pada saat pembukaan, hanya diwakilkan oleh seorang perempuan yang kata sebagian orang ada Ibu dari pemilik resto. Begitu," papar Kiran yang diangguki oleh Ruby.
"O... Begitu."
"Em.. Ber, dan setahuku pemilik resto bukan berdomisili di kota ini, melainkan di kota XX."
Lagi, Ruby menganggukan kepala sebagai isyarat jika dirinya faham akan penjelasan Kiran.
"Beruntungnya aku mendapatkan posisi sebagai kasir yang tak harus sering- sering berinteraksi dengan Tuan Wira. Ya meski pun dia galak, tapi aku faham jika semua itu ia lakukan karna tuntutan pekerjaan. Pemilik resto seperti sudah menjatuhkan tanggung jawab sepenuhnya pada Tuan Wira, dan secara otomatis ia pun harus bekerja ekstra untuk memaksimalkan perkembangan Resto di bawah kepemimpinannya." Selain kebencian, namun tersirat kekaguman dari seorang Kiran pada Wira. Hanya sekedar kagum, itu saja. Selebihnya Kiran akan melebeli pria itu dengan sebutan 'Menakutkan'.
"Jangan terlalu membencinya."
"Kenapa?."
"E, takut kalau justru kau berubah mencintainya." Ruby tergelak, ia lekas membekap mulut saat kedua mata Kiran melotot seperti hendak menelannya.
"Ih, ogah! Lagi pula dia duda, aku ingin yang perjaka. Kakak saja sana. Pas 'kan, ketika duda bertemu janda." Kini giliran Kiran yang tergerak. Ia berlari menerobos pintu, sempat menjulurkan lidah pada Ruby sebelum tubuh ramping gadis itu menghilang di balik pintu.
"Huh, dasar bocah."
💗💗💗💗💗
Kegaudah di area dapur menjadi pemandangan sehari-hari bagi Ruby satu bulanan ini. Teriakan dan suara bising dari alat masak yang beradu, seakan menjadi irama yang menyuguhkan harmoni tersendiri bagi para pendengarnya.
Para pelayan hilir mudik, membawa nampan berisi hidangan untuk di antar sampai meja pelanggan. Di tempatnya berdiri, Ruby masih berkutat dengan berbagai buah segar yang akan ia olah menjadi salad yang menjadi menu penutup hidangan makan siang pelangan di meja nomor xx.
Suasana dapur yang semula sudah cukup gaduh, kini bertambah riuh saat seorang pelayan masuk seraya membisikan sesuatu ke telinga salah seorang koki.
"Ya tuhan, benarkah?."
"Benar, dalam sepuluh menit ke depan rombongan pasti sudah sampai." Beberapa pekerja lain yang ikut mendengar, saling mendekat. Bergerombol, hingga datangnya Wira membungkam seluruh mulut pekerja yang semula riuh nyaris tak terkendali.
"Mohon perhatian. Dalam lima menit ke depan pemilik Resto akan datang. Persiapkan diri kalian. Berbaris dan rapikan penampilan. Ingat, tetap patuhi protokol kesehatan. Pakai masker dan pastikan seluruh dapur bersih sebelum kalian tinggalkan."
Tanpa perlu menunggu aba-aba, seluruh pekerja berhambur membersihkan sisa pekerjaan masing-masing. Tak jarang mereka menggerutu. Minimnya waktu yang tersisa membuat mereka kelabakan.
"Ayo cepat. Waktu kalian tidak banyak. Lekas berbaris dan pakai masker kalian." Perintah Wira sontak membuat seluruh pekerja berlari ke arah pintu keluar resto. Berbaris rapi untuk menyambut kedatangan pemilik Resto yang sudah menyediakan mereka lapangan pekerjaan.
Masih saling menetralkan deru nafas masing-masing, sebuah kendaraan hitam metalic tampak memasuki lobi Resto. Semua pasang mata tertuju pada pergerakan kuda besi tersebut.
Termasuk dengan Ruby dan Kiran. Kedua gadis yang bediri berdampingan itu juga fokus menatap pada satu objek. Mobil pemilik resto yang sangat ingin mereka temui orangnya.
"Jika dia pria, aku yakin dia pasti tampan." Kiran melirik Ruby dari ekor mata. Meski lirih saat berucap, namun gadis itu yakin jika Ruby bisa mendengarnya.
"Dan jika perempuan, aku yakin dia pasti cantik." Giliran Ruby yang berbicara. Ia berniat untuk menyambung ucapan Kiran. Benar saja, Kiran tergelak hingga salah satu pekerja menginjak kakinya.
"Aww," pekik Kiran tertahan.
"Diaamm."
Kiran sontak terdiam namun bibirnya yang tertutup masker cemberut.
Kuda besi mengkilat itu terhenti. Beberapa detik kemudian seorang sopir membuka pintu penumpang, memberikan akses pada seseorang di dalam untuk keluar.
Para pekerja menarik nafas perlahan. Pandangan mereka hanya terfokus pada pergerakan pintu , di mana sepatu mengkilap dari seseorang di dalam kendaraan tersebut sudah menapak di lantai lobi Resto.
Tiga detik kemudian, sesosok pria berbalutkan jas berwarna hitam keluar sepenuhnya dari kendaraan tersebut hingga paras rupawan sang pemilik Resto termpampang di hadapan seluruh pekerja yang didominasi kaum hawa.
Semua terperangah. Terlebih saat para pria itu semakin jelas terlihat. Dia mulai berjalan dengan di bimbing Wira untuk memasuki pintu utama resto. Seluruh pekerja sontak menundukan kepala saat pemilik itu melintas di hadapan. Di balik wajah seluruh pekerja yang nyaris terperangah, seseorang gadis justru terlihat syok manakala sepasang mata sayunya menatap pada sang pemilik resto yang rupanya tak asing lagi baginya.
Seperti dugaan Kiran, pria tampan itu tak sedatar Wira. Saat melintas di hadapan para pekerja, dia selalu mengulas senyum dan sekali melambaikan tangan sebagai salam selamat datang.
Satu titik bulir bening terjatuh. Saat sesosok pria berbadan tegap itu menghilang dari padangan. Kepalanya tertunduk, sadar jika takdir sang kuasa melebihi kuasanya.
Sean, aku yakin dia Sean.
Tbc.
ama rio dan selena
lha kalau kayak emak seperti diriku iki dengan body yg lebih berisi dak semok yoo harus di permak bb nya juga😁😁😛😛
perlu rasa percaya kepada pasangan sean