Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jepit rambut
Dua hari kemudian
Rifka menepati janjinya untuk pulang ke Jakarta. Pami dan Maminya sangat mengharapkan kedatangannya. Kini ia sudah berada di dalam pesawat bersama Weni. Sedangkan agensi model nya sudah pulang tiga hari yang lalu.
Dan hal yang tidak disangkanya, di dalam pesawat ia bertemu dengan orang yang sangat tidak ingin ia temui lagi.
"Astagfirullah... kenapa harus bertemu orang itu lagi? Apa dia sengaja mengikutiku?" Lirihnya.
Tuan Alex melambaikan tangannya kepada Rifka.
"Nona, kita berjumpa lagi. Kenapa anda mengembalikan uang saya? Saya ikhlas memberinya"
"Maaf orang tua saya melarang saya menerima uang dari orang Asing."
"Oh, ayolah. Saya bukan orang Asing! Bahkan Orang tuamu kenal dengan saya."
Rifka tidak berbuat untuk menjawabnya lagi, karena pasti akan menjadi panjang. Ia memakai earphone untuk mendengarkan murotal dari handphone nya lalu menutup matanya dengan penutup mata.
Ternyata Tuan Alex duduk tepat di samping kursi Rifka. Mengetahui hal tersebut, Rifka meminta Weni tukar untuk tukar kursi dengannya. Kali ini Tuan Alex akan pulang ke Singapura. Pesawat mereka akan transit di sana.
Tuan Alex mengajak Weni ngobrol
"Sst.. "
"Iya, Tuan?"
"Saya ingin melamar Nonamu." Ujar Tuan Alex terang-terangan.
"Maaf Tuan, anda dan Nona berbeda."
Alex mengerti maksud Weni. Ia memang berbeda keyakinan dengan Rifka.
"Tapi saya bisa menyamakannya. Saya mau belajar. "
"Maaf Tuan, Nona sudah dijodohkan. Jadi Tuan tidak perlu berusaha keras untuknya."
Mendengar ucapan Weni, Tuan Alex hanya bisa tersenyum smirk. Rifka merupakan anak pengusaha ternama dan seorang desainer yang cukup terkenal. Kalau seandainya dia sudah dijodohkan, pasti beritanya akan dimuat di majalah Bisnis atau media elektronik. Tuan Alex bertekat untuk langsung menemui keluarga Rifka suatu hari nanti.
Rifka menikmati alunan bacaan Al-Qur'an di telinganya. Ia bahkan sambil menirukannya.
-
Singkat cerita pesawat sudah transit di Singapura. Tuan Alex mengambil tasnya lalu mencari keberadaan Rifka namun tidak ditemukannya. Rifka sengaja bersembunyi di toilet agar tidak diganggu oleh Tuan Alex. Akhirnya Tuan Alex pun meninggalkan Bandara karena sudah dijemput Sopir pribadinya.
30 menit kemudian, pesawat mereka akan berangkat menuju Jakarta. Rifka dan Weni naik ke dalam pesawat. Rifka dapat bernafas lega karena sudah tidak ada lagi yang mengganggunya.
Akhirnya pesawat mereka mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Papi dan Mami Rifka sudah menjemputnya di sana. Rifka langsung lari ke pelukan sang Mami lalu Papinya. Sebenarnya ia sangat merindukan mereka. Hanya saja ia sengaja tinggal satu bulan di Paris untuk menghindari perjodohan.
"Betah sekali di Paris? Apa sudah menemukan pangeran berkuda di sana?"
"Haha, Mami bisa saja. Kan Rifka sambil mendalami ilmu per fashion-an di sana Mami. Biar lebih jago dari Mami."
"Ya, ya, ayo kita pulang. Kedua adikmu sudah tidak sabar ingin meminta oleh-oleh."
Rifka pun masuk ke dalam mobil. Ia tidak berani mengajak Papinya bicara karena dari tadi Papinya sudah pasang muka tegas. Ia lebih banyak mengajak ngobrol Maminya.
"Bang Rifki kapan Wisuda, Mi?"
"Masih lima bulan lagi. "
"Lama... "
"Dua hari lagi kita ke Surabaya. Kita akan kasih surprise Oma dan Opa."
"Alhamdulillah, Mami. Rifka sudah beli hadiah untuk mereka."
Rifka melirik Papinya yang sedang khusyuk mengemudi mobil.
"Mami, Papi lagi sariawan ya? kok diam saja dari tadi?" Bisik Rifka.
Mami Fatin mengulum senyum.
"Sst... Papimu lagi sensi."
Rifka langsung menutup mulutnya.
Akhirnya mereka pun sampai di rumah. kedua adik Rifka, yaitu Rania dan Rendra sudah menunggu kedatangan Kakaknya di ruang tamu. Rifki kembaran Rifka masih kuliah di Jepang. Empat saudara Rifka yang lain, mereka sudah berumah tangga dan tinggal di rumah masing-masing. Jadi rumah itu hanya ada Mami, Papi, Rifka, dan kedua adiknya serta asisten rumah tangga mereka. Karena sudah malam, Weni pun menginap di rumah itu. Rifka mengeluarkan oleh-oleh untuk kedua adiknya yang masih duduk di bangku SMA itu.
"Makasih, Kak." Ucap Rania.
"Oke, Sama-sama. "
"Kak, nggak ada coklat gitu?" Tanya Rendra.
"Buat apa? Kamu kan nggak suka coklat, dek?"
"Jangan Kak, pasti buat ceweknya. Dih pacaran nggak modal." Ledek Rania.
"Sssttt... sudah jangan berisik. Kakak kalian ini pasti capek. Ayo kembali ke kamarnya. Sudah malam ini. Kalian tidur dulu."
"Iya, Mami."
Rifka pun membawa barang-barangnya dan masuk ke kamarnya. Di kamarnya ia langsung ke kamar mandi untuk berwudhu' dan shalat Isyak.
Keesokan harinya.
Rifka diajak ngobrol bertiga dengan Mami dan Papinya. Ia sudah menyangka hal itu akan terjadi, karena sudah beberapa kali ia menghindar.
"Rifka, sebenarnya apa yang kamu inginkan? Karirmu sudah cukup bagus. Usiamu sudah hampir 22 tahun. Papi hanya khawatir kamu akan dimanfaatkan oleh banyak pihak. Papi ingin kamu punya pendamping yang akan bisa menjagamu kemana pun kamu pergi. "
"Papi, Rifka bisa menjaga diri."
"Itu yang selalu kamu ucapkan. Pspi sudah memerintahkan orang untuk selalu menjagamu. Kamu tidak tahu seberapa beras di luaran sana. Dunia bisnis ini tidak semulus yang kamu kira."
"Lalu Rifka harus bagaimana, Pi?"
"Papi akan mencarikan pendamping yang tepat untukmu. Kalau kamu masih menganggap Papi ini orang tuamu. Patuhi kata-kata Papi." Ujar Zaki dengan tegas. Setelah itu ia keluar dari kamarnya dan membuatkan putrinya bersama istrinya berdua di dalam kamar.
Rifka duduk di bawah dan menyenderkan kedua tangannya pada pangkuan Maminya. Kali ini ia meluapkan isi hatinya dengan menangis sejadi-jadinya. Mami Fatin mengusap kepala putrinya. Ia tidak tega melihat putrinya menangis.
"Mami... Rifka nggak mau dijodohin, hiks.... "
"Kenapa? Apa kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Katakan sama Mami. Nanti Mami yang akan membujuk Papimu."
Deg
Hati Rifka dilema. Bagaimana tidak? Ia ingin sekali bilang bahwa di hatinya sudah ada orang lain. Namun orang yang dimaksud tidak mengerti perasaannya.
"Rifka, tidak selamanya perjodohan itu berakhir buruk. Kamu lihat Oma dan Opamu. Sampai sekarang mereka hidup bahagia. Lagi pula Papimu tidak mungkin mencari calon yang sembarangan, Nak."
Rifka tudak bisa berkata apa pun lagi. Ia hanya bisa menangis samoai gamis Maminya basah karena tumpahan air matanya.
"Sudah ya, jangan nangis. Mintalah sama Allah."
Mami Fatin mengusap kening putrinya lalu mengecupnya.
Rifka kembali ke kamarnya dengan mata yang sembab. Ia membuka laci yang ada di samping tempat tidurnya. Lalu mengambil sebuah kotak kecil yang lama ia simpan. Dengan pelanggan ia membuka kotak tersebut yang isinya adalah jepit rambut berbentuk hello kitty. Ada makna terpendam dalam jepit rambut tersebut. Ia sangat ingat waktu si pemberi jepit rambut memberikan kepadanya. Meski ia bersikap jutek namun si pemberi masih tersenyum kepadanya.
...****************...
lanjut
semangat untuk up date nya
semoga bahagia terus Erlangga dan Rifka