Hai, Reader ini novel keduaku. Semoga cerita ini bisa menjadi pilihan kalian.
Wiana Maharani biasa di panggil Ana. Seorang gadis cantik, supel dan cerdas.
Menjalin kasih dengan seorang pria ganteng, baik dan humoris, bernama Satria Pramudya.
Mereka menjalin kasih sejak duduk di bangku SMP sampai kuliah. Hubungan mereka terjalin hampir 10 tahun.
Siapa sangka saat mereka selesai wisuda, orang tua Ana menjodohkannya dengan seorang CEO tampan bernama Fidy Eka Sakti dengan usia yang sudah memasuki 30 tahun.
Padahal saat itu, Satria sudah berencana untuk melamar Ana ketika kuliah mereka telah selesai.
Bagaimana perjalanan cinta mereka ?
Apakah Satria dan Ana akan berjodoh ?
Atau sebaliknya seorang CEO dingin dengan usia yang matang akan menjadi jodoh Ana?
Ikuti kisah cinta mereka dalam Jodoh Tak Pernah Salah Memilih.
Kebencian, dendam dan masa lalu pun mewarnai novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma ismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan pahit
Bab 11
"Jodoh Tak Pernah Salah Memilih "
Ana terperanjat kaget dengan pernyataan Fidy,, ternyata dia hanya di jadikan istri kedua ,Ana tahu jika pernikahan yang dilakukan di rumah sakit hari ini,,hanya di lakukan secara agama,,tapi Ana tidak menyangka jika dia adalah istri kedua.
Kepala Ana terasa pusing,, setelah dengan bangga dan bahagia nya dia mendapatkan gelar sarjana nya di temani oleh seseorang yang menjadi belahan jiwa nya,,dan mempunyai orang tua yang sangat sayang pada nya.
Dalam hitungan detik semua nya berubah,, kenyataan pahit apa lagi yang harus di terima oleh nya.
"Mas,,aku lapar.."Rengek Laura manja sambil mengelus dada Fidy.
"Iya sayang,,ayo kita makan, aku juga sudah lapar.."Fidy berkata sambil membelai lembut wajah Laura.
"Kembali ke kursi mu...!!"Perintah Fidy dengan tatapan tajam nya.
Ana menghela napas,, kemudian melangkah ke kursi yang di duduki nya tadi.
"Nasi nya cukup mas..??"Tanya Laura saat menyendok kan nasi ke piring Fidy.
"Tambah sedikit sayang,,kita satu piring berdua saja.."Ucap Fidy lembut dengan tatapan hangat ke arah Laura.
"Kalau hanya untuk melihat kemesraan mereka,,buat apa mengajak aku makan bareng...??? Ucap Ana dalam hati,,sambil memperhatikan sepasang insan yang sedang bermesraan di depan nya.
Laura mulai menyuapi Fidy,,begitu juga Fidy.
"Makan lah jangan perhatikan kami terus.."Ucap Laura lembut sambil menatap penuh arti ke arah Ana.
Ana mengangguk dan buru-buru mengambil sedikit nasi dan lauk pauk nya.
"Kenapa sedikit sekali makan mu...??"Tanya Laura memperhatikan Ana.
"Aku tidak terlalu lapar.."Jawab Ana yang sambil memasukkan nasi beserta lauk ke mulut nya.
Ana makan dengan cepat,,dia ingin segera pergi dari meja makan ini,, kemesraan Fidy dan Laura,, membuat nya seperti obat nyamuk yang tidak di anggap sama sekali keberadaan nya.
"Bisakah kamu makan pelan sedikit...??"Teriak Fidy dengan mata melotot ke arah Ana.
"Kamu sendiri,, bisa kah bicara pelan sedikit tidak perlu berteriak..??Aku tidak tuli..??dan ini rumah bukan hutan..!!"Ucap Ana dengan tidak kalah sengit nya,,membalas tatapan mata Fidy.
Jauh di lubuk hati nya,,nyali Ana terasa ciut,,jantung nya berdegup kencang,,tapi dia berusaha setenang mungkin,, karena orang seperti Fidy memang harus di lawan,, walaupun resiko nya sangat besar,,bahkan bisa mengancam nyawa nya sendiri.
'Kamu...!!'''Fidy melotot ke arah Ana.
"Mas..."Ucap Laura lembut sambil mengelus lembut lengan Fidy.
Fidy menarik napas dan membuangnya kasar.
"Aku sudah tidak selera makan,,aku tunggu di ruang keluarga.."Ucap Fidy lembut sambil mencium kening Laura.
Laura mengangguk,,Fidy pun bangkit dari duduk nya,, mencium kening Laura dan melangkah pergi meninggalkan ruang makan.
Ana menatap Laura dengan wajah kagum,, Laura bisa meredam kemarahan laki-laki sombong dan temperamental itu hanya dengan sebuah kata-kata dan sikap yang lembut.
"Ana.."Panggil Laura lembut sambil tersenyum menatap Ana.
Ana yang sedang memperhatikan Laura,,tampak kaget.
"Iya.."Jawab Ana berusaha tersenyum.
"Walaupun kalian hanya menikah siri,,tapi kalian suami istri yang sah menurut hukum agama.."Laura berkata dengan menatap wajah Ana.
Ana memperhatikan wajah Laura,,mata yang indah di hiasi bulu mata yang lentik,, bibir yang sedikit tebal dan sensual,, menyempurnakan kecantikan wajah nya,, tidak heran jika laki-laki arogan itu sangat mencintai nya.
"Kamu harus bersikap dan berbicara sopan dengan suami mu.."Laura berkata tanpa melepaskan tatapan sedikit pun dari Ana.
"Dia cantik dan mempesona,,aku yakin suatu saat nanti kamu akan jatuh cinta pada nya.."Laura berkata dalam hati dengan tatapan nya yang tiba-tiba menjadi sendu.
"Istri...??"Tanya Ana sambil mengerutkan keningnya.
Laura mengangguk.
"Kalau aku menganggap nya suami,,apa dia menganggap aku istri..?-?"Tanya Ana dengan senyum kecut nya.
Laura tertawa kecil,, lagi-lagi Ana terpesona dengan kecantikan Laura.
"Di balik sikap dingin dan arogan nya,mas Fidy adalah laki-laki yang baik hati dan penuh kasih sayang.."Laura mencoba meyakinkan Ana.
"Cih,,apa yang baik hati,,saat bicara saja selalu berteriak,,dan setiap kata-kata nya itu mengandung perintah.."Batin Ana.
"Kamu sudah selesai makan nya An.."Tanya Laura lembut.
Ana mengangguk.
"Sekarang ikut aku ke ruang keluarga.."Laura berkata sambil bangun dari duduknya.
"Ruang keluarga..??Tanya Ana.
"Untuk apa ke ruang keluarga,, bukan kah laki-laki itu bilang tadi dia mau ke ruang keluarga.."Tanya Ana dalam hati.
"Ayo Ana.."Laura berkata sambil melangkah kan kaki nya dari ruang keluarga.
Dengan malas dan menghembuskan napas kasar,,Ana pun mengikuti langkah Laura.
Ana yang berada di belakang Laura,, menatap Laura dari belakang.
"Dengan melihat dari belakang saja sudah terlihat kesempurnaan nya sebagai wanita.."Gumam Ana,,sambil terus mengikuti langkah Laura.
Mereka pun sampai di ruang keluarga yang sangat luas,, tampak Fidy sedang duduk di sofa sambil menyandarkan punggungnya,, dengan sebuah laptop yang berada di pangkuan nya.
Lagi-lagi Ana di buat terpukau melihat ruang keluarga yang benar-benar mewah dan glamor tapi tetap terlihat elegan.
"Duduk lah An,,"Laura berkata sambil menunjuk sofa di depan mereka,,dan dia sendiri duduk di samping Fidy.
Ana pun duduk di hadapan Fidy dan Laura.
"Mas,,kita sampaikan saja sekarang ke Ana.."Laura berkata sambil memegang lembut lengan Fidy yang sedang sibuk berselancar di layar laptop nya.
Fidy pun segera menutup laptopnya dan meletakkan di atas meja yang berada di depan mereka.
Fidy menatap Laura dengan penuh kehangatan dan cinta,, kemudian menatap Ana dengan tatapan dingin dan tajam.
Perasaan Ana tidak enak,, seperti nya dia harus menyiapkan diri nya,, untuk menerima kenyataan pahit yang pasti di luar dugaan nya.
Ana menarik napas dan membuangnya berlahan,, seolah-olah memberikan kekuatan untuk diri nya.
"Wihana Maharani,,apa kamu tahu maksud aku menikahi mu..??"Tanya Bima masih dengan sorot mata tajam nya menatap Ana.
"Yang aku tahu,,ini semua sudah di rencanakan dari aku bayi,,tapi sampai sekarang aku tidak tahu niat dan maksud kalian melakukan ini semua.."Jawab Ana berusaha sekuat mungkin membalas tatapan Fidy.
Fidy menyunggingkan senyum sinis nya.
"Dengan berjalannya waktu kamu akan mengetahui semua nya.."Balas Fidy menatap Ana.
"Tapi ada satu alasan yang sekarang harus kamu ketahui.."Lanjut Fidy dengan seringai liciknya.
"Aku ingin mempunyai keturunan lebih tepatnya mempunyai anak.."Fidy melanjutkan ucapannya dengan menatap Ana tajam.
Deg..
"Maksud nya..???"Tanya Ana dengan hati berdebar.
"Iya Ana kami ingin mempunyai anak dari mu.."Ucap Laura lembut sambil tersenyum .
Ana mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti.
"Kami ingin kamu mengandung anak kami melalui rahim mu.."Ucap Laura lagi dengan lembut,, dengan tatapan teduh nya di iringi senyum manis nya,,tanpa peduli dengan perasaan Ana
"Jadi ini salah satu tujuan aku di nikahi...!!"
************
Sakit ga sie kalau kita di posisi Ana..???
Ikuti terus yuk cerita nya.
Jangan lupa novel author yang sudah mau tamat
buat novel lihatlah dari semua sudut pandang jangan hanya monoton melihat dari sudut pandang pemeran utama wanita, lihat lah juga dari sudut pandang pemeran utama pria seperti karakter fidy, apakah kalau kalian merasakan diposisi fidy adilkah diperlakukan seperti itu??????
amanda yang sudah disakiti zydan semudah itu dimaafkan dan amanda Terima begitu saja perlakukan zydan, dan wanita pelakor tidak dianggap salah karena menghancurkan rumah tangga orang, apakah adik kalau novelnya kalau begini dan apakah adil jika ama dan dibuat karakternya kayak itu???
itulah yang saya maksud dinovel ini
*apakah adil ana yang melakukan begitu banyak kesalahan semudah itu diterima kembali
*apakah adil satria menghancurkan dan merebut istri orang tapi dianggap bukan kesalahan
*apakah adil buat fidy, dengan semua kelakuan ana, istri pelukan dan gampang kontak fisik dengan pria lain, mantan dengan tidak ada penyesal dan bahagia mau menikah dengan pria lain saat tidak jadi menikah segampang itu fidy harus menerimanya kembali, apakah adil buat fidy
kita bahas dulu novel penyesalan zidan konfliknya suami melakukan kesalahan
suami akan dibuat
*mendapat balasan (ditinggalkan)
*dibuat menyesal sangat dalam
*tidak semudah itu dimaafkan , harus dibuar mengemis maaf dulu, dibuat berjuang keras dulu, dan harus membuktikan diri dulu
istri dibuat
*tegas tidak mudah memaafkan dan memilih pergi
*akan dihadirkan pria lain yang baik dan jadi penolong
*sosok wanita lain baing masalah dicap pelakor dan dilaknat
coban banding dengan novel ini
konfliknya istri melakukan kesalahan banyak sekali kesalahan fatal
*tidak perlu repot2 karena semudah itu dimaafkan, tidak ada namanya berjuang, tidak ada Namanya mengemis maaf, tidak ada nama menyesal mengaku salah, tidak nama minta maaf karena sudah sangat menyakiti
*karakter suami dibuat bodoh semudah itu Terima atau memaafkan kembali kayak tidak ada wanita lain saja
*author tidak akan berani hadirkan wanita lain yang baik dan jadi penolong bagi sang suami yang disakiti kalaupun ada tetap dicap pelakor dan dibinasakan
* pria lain sanga biang masalah tetap saja dipuja2 walau pun dbuat mati tapi dibuat kayak pahlawan padahal dia yang menghancurkan dan merebut istri orang
author merasa adilkah dalam dua novel ini saja