Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
serangan 2
Setelah peluru itu habis Xaviar melangkahkan kakinya dengan waspada, masih melihat sekelilingnya dan di susul oleh Celsi dan Reyhan. Tiba - tiba sekumpulan mayat terjatuh tepat di depan mereka. Hal itu membuat baju dan wajah mereka terciprat darah.
Celsi menatap langit-langit atas yang bolong dan menatap ke arah kanan yang terdapat banyak kaca dan juga tidak ada benda apapun di ruangan yang sangat besar.
Kaca di setiap ruangan terbuka yang membuat detak jantung Celsi bertambah cepat.
' Sungguh ini tidak ada dalam novel' histeris Celsi dalam batinnya.
Setelah pintu terbuka terlihat banyak orang yang berbaju hitam yang mengelilingi mereka dengan senjata di setiap tangan mereka dan didepan terlihat seorang lelaki yang berpakaian berbeda dari yang lainnya tersenyum kemenangan.
" Rencana Lo gagal, tidak sia - sia gue memberikan setengah senjata gue pada kelompok Mafia harimau yang telah membocorkan penyerangan ini "
" OH " sahut Xaviar tanpa ekspresi.
Celsi mendongakkan kepalanya menatap jawaban Xaviar yang terlalu santai dengan ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan perkataan yang dikatakannya.
Xaviar menatap Celsi lalu kembali menatap Atur yang masih merasa senang.
" Gue akan membunuh Lo dengan tangan gue sendiri dan wanita di samping Lo akan gue jadikan jalang, sepertinya itu rencana bagus " ucap Atur sambil memainkan pistol ya yang ada ditangan kanannya.
Celsi menatap sinis lelaki yang ada didepannya yang sayangnya tanpan namun tidak setanpan Xaviar.
" Huam..."
Atur menguap
" Huh sangat membosankan, bagian kiri gue tembak mereka " ucap Atur dengan tatapan menanti.
" Xaviar panggil pasukan Lo " bisik Celsi di telinga Xaviar.
" Mereka telah di bunuh " jawab Xaviar sambil melihat sekelilingnya.
" Rencana B Lo ada nggak ?" tanya Celsi lagi.
" Ada dan Lo tenang aja " jawab Xaviar sambil menenangkan Celsi lalu mengusap punggung Celsi.
Xaviar menatap Reyhan yang menganggukkan kepalanya.
Setelah itu Xaviar dan Reyhan bersiap, tangan kanannya mengeluarkan sesuatu dari saku celananya lalu melempar kan benda yang berbentuk kerikil kerah pasukan itu yang ingin menembak mereka.
" Bum..."
" Bom..."
" Bram..."
" Ah.."
Bom kecil itu meledakkan membuat orang - orang berbaju hitam di kiri kanannya hancur tanpa mengenai Celsi, Xaviar , Reyhan dan juga orang - orang yang ada didepan mereka.
" Lo.." Atur menggertakkan giginya dengan tangan terkepal.
" Tembak " seru Atur lagi.
Setelah itu para pasukan yang berada di bagian depan mereka menembak Xaviar, Reyhan dan Celsi berturut- turut.
Xaviar menghindari peluru itu dan menembak para pria berbaju hitam itu, satu persatu dan mereka tumbang.
Atur mengeluarkan pistolnya dan menembak Xaviar yang lengah yang juga fokus ke pria berbaju hitam dan peluru yang ditembakkan oleh pria yang berada di sampingnya.
Tapi sayang Peluru itu terlihat oleh Xaviar namun Xaviar keburu tidak bisa menghindar kerena fokus ya melindungi Celsi hingga peluru itu mengenai punggung belakangnya, namun peluru itu jatuh di bawah kakinya yang membuat Xaviar menyingit dahinya namun itu berlangsung sebentar sebelum kembali menembakkan para pria berbaju hitam dan akhirnya para pria berbaju hitam pun tumbang menyisakan sakan Atur seorang.
Celsi menoleh kesamping kanannya menatap Reyhan yang mendapatkan beberapa tembakan yang membuat Reyhan melemah.
" Reyhan Lo okey " tanya Celsi yang masih berada diperlukan Xaviar.
" Yah " jawab Reyhan dengan suara seraknya namun lemah yang terlihat menahan rasa sakitnya.
" Xaviar biarkan gue ketempat Rayhan " mohon Celsi yang di anggukan Xaviar setelah melihat sekelilingnya.
Celsi segera berlari ke arah Reyhan namun sayang beberapa langkah lagi tubuh Celsi merasa terangkat dan mengembang di udara.
Celsi menatap Atur yang berada diatasnya yang mengangkatnya dengan pistol yang berada di dahinya.
Celsi tidak tau sejak kapan Atur sudah berada di sampingnya, padahal tadi masih ada di depan sana dengan wajah memerahnya yang menahan amarahnya.
" Menyerah atau wanita ini mati " ucap Atur sambil menatap Celsi dengan senyum puasnya.
Xaviar menatap datar Atur sebelum membuka suara.
" Tambak saja " jawab Xaviar dengan wajah menantang tanpa terlihat kegelisahan seolah Celsi tidak berarti mati ataupun hidup.
Celsi yang mendengar jawaban Xaviar tidak tau kenapa merasa kecewa.
' Harusnya gue sadar diri Xaviar tidak akan peduli sama gue, kenapa juga tadi gue pede kalau Xaviar akan melindungi gue ' batin Celsi dengan bibir bawahnya yang digigit.
Atur menatap Xaviar dengan mimik wajah tidak percaya, padahal tadi Atur merasa wanita disebelahnya sangat di lindungi oleh Xaviar namun sekarang apa .
" Lo mengecoh gue biar gue lepasin nih wanita, jangan mimpi " ucap Atur dengan dingin lalu menekan pistol itu ke dahi Celsi dan mengencang - acang akan menembak Celsi.
" Gue akan mengadakan tonton nan live yang berjudul " Gue melihat sendiri wanita yang gue cinta mati di tembak " ucap Atur yang masih santai dengan menatap Xaviar dan juga Celsi secara bergantian.
" Dak Dik Duk..."
Suara detak jantung Celsi berdetak kencang dengan pelipis dan tangan Celsi yang berkeringat.
Celsi menutup matanya dengan pikiran yang buntu, kerena Celsi tidak bisa berpikir jernih dalam situasi seperti ini.
" Tuan setrum lelaki yang ada di samping tuan dengan alat yang tuan beli dari saya "
Suara system membuat Celsi membuka matanya dan dengan segera Celsi mengeluarkan alat itu sebelum itu Celsi melihat Xaviar yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa terbaca namun bibirnya tersenyum tipis.
Segera Celsi menyetrum pundak Atur dan menghempas pistol itu yang membuat pistol itu terjatuh namun peluru itu mengarah ke Xaviar yang berdiri santai.
Xaviar menatap peluru itu untuk memastikan apa peluru itu menembus perutnya atau seperti ke jadian tadi yang akhir cerita peluru itu terjatuh kelantai tanpa menembus bahkan menggores sedikit kulitnya.
" Tuan menghindar " teriak Reyhan dengan lemah sambil memegang perutnya berlari dengan terlatih - latih menuju Xaviar.
" TIDAK..." Teriak Reyhan.
Namun sayang Peluru itu telah mengenai Xaviar.
Sedetik kemudian peluru itu terjatuh tanpa mengenai Xaviar.
Xaviar menatap peluru yang menggelinding di lantai pertanda tanah bidang miring.
Setelah itu Xaviar menatap Celsi yang masih tidak sadar jika Atur mengarahkan pistolnya ke arah Celsi.
Xaviar langsung menembak Atur hingga tergeletak sedetik sebelum peluru keluar.
Celsi menegang saking terkejutnya.
Celsi menghela nafas lega lalu menatap Atur yang tergeletak dengan mata yang tertutup.
Celsi tidak tau apakah Atur telah meninggal atau hanya pingsan.
Xaviar menarik pergelangan tangan Celsi hingga berada di depannya yang dibatasi oleh tangan Celsi yang masih di pegang nya dengan erat.
" Darimana " tanya Xaviar menatap benda yang berada di tangan Celsi.
Celsi mengalihkan penglihatan sambil mencari sesuatu agar bisa mengalihkan perhatian dan akhirnya pandangan Celsi menatap Reyhan yang hampir menutup matanya.
" Reyhan selamat kan " ucap Celsi dengan menepuk lengan Celsi dan menunjuk Reyhan.
Celsi ingin berlari kearah Reyhan yang hampir tumbang namun pergelangan tangan Celsi di panggang oleh Xaviar dengan kuat.
Celsi kembali menatap Reyhan dengan gelisah hampir kepalanya mengenai lantai dan sedetik kemudian seseorang mengangkat kepala Reyhan dan membawanya pergi dengan berlari dan begitu pula dengan Atur.
" Mereka bawahan Lo? " tanya Celsi menunjuk kearah mereka yang berlari sambil mengangkat Reyhan dan Atur dan juga ada beberapa orang lagi mengambil senjata yang masih bisa dipakai dari hasil pertarungan hidup dan mati tadi.
" HM "
Setelah itu Xaviar menarik tangan Celsi meninggalkan ruangan bawah tanah ini.
" Hutang penjelasan " bisik Xaviar tepat di telinga Celsi.
Celsi hanya diam saja hingga sampai di Mansion tepat di kamar Xaviar yang sampai sekarang masih berpikir agar terlepas dari pertanyaan Xaviar ataupun bisa menjawab pertanyaan Xaviar dengan jawaban masuk akal.
Dan pertanyaan lainnya bagaimana Xaviar seolah tau jika hal ini akan terjadi dari hasil pengamatan Celsi.
" Jawabannya "
Xaviar menatap Celsi sebelum melepaskan pergelangan tangan Celsi.
" Harusnya Lo berterima kasih sama gue bukannya ginian gue dasar Xaviar anjing " ucap Celsi spontan saking lupa dan terbawa emosi karena terbayang-bayang kejadian tadi.
" AHhh "
Xaviar menjambak rambut Celsi. Secara spontan Celsi mendongakkan kepalanya menatap Xaviar.
" Apa ? " Ucap Xaviar.
" Anjing Lo lepasin gue "
Celsi berusaha melepaskan jebakan dari Xaviar yang membuat kulit kepalanya berasa lepas namun Xaviar makin memperkuat jambakan nya.
Celsi tidak sengaja menatap Xaviar yang mengeluarkan sesuatu di sakunya.
" Lo mau ngapain Hah..." Teriak Celsi rapat di wajah Xaviar.
" Mulut Lo sepertinya perlu dibedah "
Xaviar mendekatkan pisau lipatnya di dagu Celsi dengan senyum lebarnya.