Pertemuan yang tidak sengaja dengan orang yang sangat menyebalkan menjadi awal sebuah takdir yang baru untuk dr. Fakhira Shakira.
Bruukk
"Astaghfirullah." Desis Erfan, ia sudah menabrak seorang dokter yang berjalan di depannya tanpa sengaja karena terburu-buru. "Maaf dok, saya buru-buru," ucapnya dengan tulus. Kali ini Erfan bersikap lebih sopan karena memang ia yang salah, jalan tidak pakai mata. Ya iyalah jalan gak pakai mata, tapi pakai kaki, gimana sih.
"It's Okay. Lain kali hati-hati Pak. Jalannya pakai mata ya!" Erfan membulatkan bola matanya kesal, 'kan sudah dibilang kalau jalan menggunakan kaki bukan mata. Ia sudah minta maaf dengan sopan, menurunkan harga diri malah mendapatkan jawaban yang sangat tidak menyenangkan.
"Oke, sekali lagi maaf Bu Dokter jutek." Tekannya kesal, kemudian melenggang pergi. Puas rasanya sudah membuat dokter itu menghentakkan kaki karena kesal padanya. Erfan tersenyum tipis pada diri sendiri setelahnya.
Karena keegoisan seorang Erfan Bumi Wijaya yang menyebalkan, membuat Hira mengalami pelecehan. Sejak kejadian itu ia tak bisa jauh dari sang pria menyebalkan.
Rasa nyaman hadir tanpa diundang. Namun sayang sang pria sudah menjadi calon suami orang. Sampai pada kenyataan ia sudah dibeli seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
"Jadi gimana keputusan lo Fan, udah yakin dengan pernikahan ini?" Tanya Ilmi, mereka bertemu memang ingin membahas masalah pernikahan Erfan.
"InsyaAllah, semoga yang terbaik. Jalani aja, mulai dari nol. Pernikahan inikan memang keinginan gue walau mempelainya bukan." Erfan selalu mengulang-ulang kalimat itu. Kesannya seperti ia ingin menikah tapi tidak dengan wanita itu.
Hira mengambil tisu di meja, berbarengan saat Ilmi mengambilnya. Tak sengaja tangan mereka bertemu, sontak Hira kaget lalu menarik tangannya. Apesnya ia yang gak liat-liat, udah tau meja bukan hak miliknya. Bikin malu aja, gerutu Hira.
"Sorry Mbak." Ujar Ilmi mengambil tisu, kemudian mendorong tempat tisunya ke depan Hira. "Silahkan."
"It's okay, no problem." Ilmi melirik ke arah Hira, sejak tadi ia tidak menyadari siapa orang yang duduk di depannya. Hanya mendengarkan candaan sang gadis dengan penjual bubur.
"Dokter yang waktu itu ketemu di cafe ya." Tanya Ilmi, Erfan menatap wajah Hira sekilas lalu menyuap buburnya lagi.
Hira memandang orang yang menyebutnya dokter, lalu mengangkat sebelah alisnya untuk mengingat-ingat. Oh sekarang ia ingat, lelaki yang menyenggolnya sampai minuman tumpah.
"Yeach...!"
"Ketemu lagi kita di sini." Hira hanya tersenyum kemudian melirik orang yang duduk di samping pria itu, bosnya Ressa. Oh My God, Ya Allah Ya Robbi, sesempit inikah dunia. Ia kembali bertemu dengan lelaki menyebalkan itu. Untungnya makhluk itu hanya diam tidak ikut mengoceh. Malunya Hira sudah banyak bicara sama Mang Udin, bicara yang tidak-tidak lagi. "Boleh tau namanya siapa dok?"
"Hira."
"Nice, saya Ilmi dan ini Erfan." Ilmi menepuk bahu Erfan saat menyebutkan namanya. Hira mengangguk lalu menyuap buburnya kembali. Ia tak perlu SKSD 'kan? Untuk apa juga? Jadi lelaki bernama Erfan, si bosnya Ressa itu mau menikah. Bersikaplah biasa seolah tak pernah ketemu dengan makhluk itu Ra.
"Lo mau ikut ke tempat Abi Nazar gak malam ini?" Ajak Erfan, sesekali mengedarkan pandangannya pada Hira. Gadis itu menikmati makanannya tanpa peduli orang disekitar.
"Kayaknya gue gak bisa ikutan Fan, susah bawa baby. Kasian bundanya kerepotan." Erfan mengangguk, "sayang banget lo sama Key ya?"
"Gue Papanya jelas sayanglah," Erfan terkekeh.
Hira menghabiskan buburnya lalu bayar ke Mang Udin, "makasih Mang."
"Sama-sama Neng, langsung pulang?"
"Iya Mang, bantal udah manggil-manggil nih." Ujar Hira sambil tersenyum. "Duluan Mas," Hira melambaikan tangannya pada Ilmi dan Erfan. Ilmi mengangguk, membalas lambaian tangan Hira.
Setelah Hira pergi Erfan terlibat pembicaraan serius dengan Ilmi masalah pernikahannya. Seminggu lagi orang tuanya akan melamar Bilqis secara resmi. Erfan harus benar-benar memantapkan hati dan menepis segala keraguan.
Bismillah, Erfan pasti bisa.
Bismillah, Hira merebahkan badan di ranjang, matanya sangat mengantuk.
Mimpi indah Hira, jangan mimpiin makhluk menyebalkan seperti Ringgo atau manusia angkuh itu. Ia harus cepat tidur sekarang, sore nanti mau nyari kado buat baby Key.
Selepas bicara panjang lebar dengan Ilmi akhirnya Erfan menemukan titik terang. Ia bergegas kembali ke kantor sebentar lagi ada meeting. Beruntung punya seketaris yang cerdas dan cekatan, bisa menghandle semuanya saat Erfan tak ada di tempat.
"Kakaak...!" Suara adiknya menggema saat Erfan masuk ke ruang kerja. Ia mengernyitkan alis, kenapa Fany ada di kantornya pagi-pagi.
"Kenapa di sini, lo gak kerja Fan." Erfan melewati adiknya lalu duduk di kursi.
"Ada hal penting yang mau aku omongin Kak."
"Ngomong aja sekarang, lima menit. Gue mau meeting." Sembari mencek dokumen Erfan menunggu Fany buka suara.
"Aku gak suka Kakak nikah dengan perempuan itu." Erfan melepaskan dokumen yang dipegangnya lalu mendekati Fany.
"Kalau cuma mau ngomongin itu lebih baik sekarang keluar Fany." Usir Erfan lembut, tak habis pikir kenapa Fany bisa berbicara itu.
"Pokoknya aku gak mau Kakak menikah dengan perempuan itu." Teriak Fany, Erfan tidak punya waktu untuk meladeni adiknya sekarang. Kedatangan Fany membuat moodnya jelek.
"Omong kosong Fany." Erfan menarik adiknya yang masih duduk di sofa sampai ke depan pintu. "Pergi, sebelum gue habis kesabaran Fany." Setelah mendorong adiknya keluar Erfan membanting pintu dengan kasar.
"Aku benci Kakaaak." Teriak Fany dari luar, tidak mempedulikan puluhan mata yang menatap ke arahnya. Gadis dengan celana kain hitam dan blazer navy itu menghentak-hentakkan kaki. Kemarahan nampak di wajah cantiknya, rambut bergelombangnya ikut mengayun-ngayun.
Aaarrghh, Erfan mengacak-ngacak rambutnya, paginya menjadi suram setelah kedatangan Fany. Gadis itu tak pernah bisa berpikir dewasa, selalu egois dengan keinginannya sendiri. Apa yang Fany pikirkan sampai mengatakan hal seperti itu. Memikirkannya membuat Erfan tambah gila.
Selesai meeting Erfan meninggalkan kantornya, tadi malam ia sudah membuat janji dengan Zaky, menantu dari pemilik Emeral Hospital.
Erfan sudah reservasi ruangan VIP di sebuah cafe terkenal. Entah ide licik apa yang sedang ia pikirkan untuk membuat Hira tersiksa. Walau Erfan menikmati tawa gadis itu padi tadi tetap saja ia ingin melihat Hira menyesal karena sudah mengenal Erfan.
"Hello bro, akhirnya kita punya waktu buat berbagi kata." Sapa Zaky yang baru datang bersama seorang pria. Erfan belum mengenalnya.
"Hai, thanks udah mau datang." Erfan menjabat tangn Zaky yang terulur, juga tangan pria yang di sampingnya. Lalu mereka duduk santai sambil memesan makanan.
"Kenalin, Guntur sepupu Ghina. Ipar gue." Erfan mengangguk setelah menyebutkan namanya, jadi ini orang yang dibicarakan penjual bubur pagi tadi. Pesonanya tidak kalah tampan dari Erfan, malahan lebih muda.
"Gue boleh minta tolong?" Erfan to the point, tadi pagi setelah kedatangan Fany moodnya hancur. Entah kenapa ketika membuat misi menjatuhkan Hira semangatnya menggebu-gebu.
"Apapun buat lo." Ujar Zaky tenang, pembawaan pria itu memang sangat tenang. Erfan menceritakan tujuannya bertemu Zaky, tapi ia juga tidak tau cara seperti apa yang diinginkannya. Cukup sampai membuat Hira jera karena mengenalnya saja. Tidak lebih.
Zaky dan Guntur mengernyitkan kening setelah Erfan mengutarakan keinginannya.
"Are you sure Fan? Tindakan konyol itu bukan karena lo benci dengannya, tapi lo sudah jatuh hati pada gadis itu." Zaky terkekeh.
"Bulshit Zak, gue udah mau menikah."
"Wooww, seriusly. Seorang Erfan akhirnya move on bro." Zaky terpekik senang.
"Ayolah Zak, gue cuma pengen dia menyesal karena sudah meremehkan seorang Erfan, lo punya kuasa buat ngerjain dia." Bujuk Erfan
"No, Erfan! Gue gak berani ambil resiko bertindak ceroboh seperti itu. Bisa habis dipenggal Papa kalau ketahuan." Yah, Erfan gagal. Patah hati deh keinginannya tak membuahkan hasil.
"Bikin sesuatu yang harus melibatkan kalian di dalamnya aja. Biar dia merasa tertekan. Tertekan karena keadaan bukan karena kita yang menekan." Usul Guntur, "tapi gue gak jamin kalau dia gak akan benci lo. Apalagi lo yang sampai jatuh cinta duluan." Pesannya lagi sambil tersenyum getir. Ada orang segila itu ternyata, hanya untuk balas dendam.
"Sepertinya lo sangat paham soal cinta bro." Erfan terkekeh geli diikuti Zaky yang sangat paham bagaimana kehidupan Guntur, tapi bisa berkomentar seperti itu.
udah untung suami mendukung pekerjaan nya,malah mau di bikinin tempat praktek sendiri, kurang apa coba si erfan