Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Naina masih terlihat lesu dan lunglai meskipun sudah beberapa kali mandi untuk mengusir kantuknya.
Manusia itu benar-benar gila. Aku tidak bisa tidur karena harus mendengarkan suara erangan dua wanita dan satu pria. Suara mereka saling sahut hingga pagi. Mengerikan sekali.
Naina bangkit dari tempat tidurnya untuk berganti pakaian yang tak ia ganti setelah mandi tadi.
" Ck. Mereka benar-benar memperlakukan aku seperti ini? semua baju yang ada disini adalah baju bekas? " Gerutu Naina saat kembali melihat-lihat pakaian yang tersusun di lemari. Naina membuka satu per satu pakaian yang tersusun di lemari itu sembari terus menggeleng keheranan. Ada yang sudah usang, robek, terkena luntur bahkan ada yang sudah ditambal.
Naina meraih ponselnya untuk menghubungi Ibunya.
' Hallo Ibu?
' Nai? ada apa?
' Boleh aku meminta tolong?
' Katakan.
' Bisakah meminta sopir untuk mengantarkan semua baju-baju ku?
' Apa?! kenapa? bukankah mereka sudah menyediakan nya?
' Iya tentu saja Ibu. Hanya saja ukurannya tidak sesuai denganku.
' Baiklah.
' Terimakasih Ibu.
Setelah menghubungi Ibu, Naina memutuskan untuk membantu para pengurus rumah di dapur.
" Selamat pagi Nona? " Sapa beberapa pelayan yang sedang memasak.
" Pagi. Bolehkah aku membantu? " Naina tersenyum penuh harap. Bangun pagi lalu memasak dan membereskan rumah adalah rutinitas yang biasa ia lakukan. Meskipun hidup di keluarga yang terbilang lumayan, Naina tidak pernah menyusahkan kedua orang tuanya. Bahkan, dua orang yang bekerja dirumah orang tua Naina sudah seperti keluarga baginya karena Naina tidak pernah menjaga jarak atau memperdulikan status sosial.
" Tapi Nona, akan lebih baik jika Nona tidak membantu. " Ujar salah satu pelayan yang terlihat merasa tak enak. Bagaimana mungkin ia membiarkan Istri majikannya memasak.
" Tidak masalah. Aku sudah terbiasa melakukan ini. " Naina mengulurkan tangan meminta sayuran yang dipegang oleh pelayan.
Dia tidak seperti yang dirumorkan. Batin para pelayan.
Para pelayan tercengang begitu melihat Naina mulai memasak. Benar-benar cekatan bahkan tanpa mencicipi masakannya, dia tahu apa yang kurang dari masakannya.
" Nona anda yakin akan menambahkan gula? " Tanya salah satu pelayan yang merasa aneh melihat cara memasak Naina yang hanya menghirup aroma masakan lalu menambah bumbu seolah paham apa yang kurang.
" Tentu saja. Kalian tidak perlu khawatir. Aku sudah mulai memasak ketika usiaku delapan tahun. " Ujar Naina sembari terus fokus pada kegiatannya.
Berbeda sekali dari rumor. Benar-benar Nyonya yang rajin. Jarang sekali kan ada Nona dari keluarga mampu yang mulai memasak dari usia delapan taun. Cara bicaranya juga terdengar sopan dan lembut.
Beberapa saat kemudian, semua hidangan telah tersusun rapi dimeja makan. Arsen terbangun begitu menghirup aroma masakan yang begitu sedap hingga membuat perutnya terasa lapar. Arsen menggeser tubuh dua gadis yang terus memeluknya dari sisi kanan dan kiri.
Menyebalkan! dua wanita ini kenapa masih ada disini saat aku bangun? cih! benar-benar murahan.
Arsen bangun dari posisinya. Meraih ponsel yang ada di meja dan menghubungi Tomi agar mengusir dua wanita yang masih saja betah tinggal di kamarnya. Dua wanita itu gelagapan saat mendengar Arsen berbicara dengan intonasi yang tinggi. Mereka bangkit dengan terburu-buru dan langsung memunguti pakaiannya yang berserak dilantai.
Beberapa saat kemudian, dua wanita itu berjalan setengah berlari dengan wajah panik setelah Tomi menemui mereka.
" Mereka ini benar-benar tidak takut mati ya? " Gumam salah satu pelayan yang melihat kedua wanita terlihat ketakutan saat keluar dari kamar Tuannya.
" Iya. Biasanya wanita-wanita yang bersama Tuan Arsen pasti akan pergi saat urusan mereka selesai dimalam hari tidak perduli sudah pukul berapa. " Sahut pelayan yang lainya.
Naina bergumam dalam hati tanpa menunjukan ekspresi apapun. Sungguh dia tidak ingin tahu dan juga tidak perduli. Pernikahan ini terjadi juga diluar kehendaknya.
Laki-laki yang bergelar suamiku itu sungguh mengerikan sekali. Apa dia tidak memikirkan pendapat orang lain tentangnya? dia dikenal dingin dan tidak mudah didekati. Tapi hari ini aku melihat sisi lain dari dirinya. Dia, benar-benar menjijikan.
Setelah memastikan semua rapih, Naina kembali ke kamar untuk mengganti bajunya.
Lagi-lagi Naina hanya mendesah melihat baju yang ada di lemarinya.
" Baiklah. Ini tidak masalah. Saat aku pulang nanti, baju milikku pasti sudah sampai kesini. " Naina terus menyemangati dirinya sendiri. Perlahan pasti akan baik-baik saja.
Naina memilih celana jeans dan kaos oblong berwarna putih. Memang sederhana. Tapi itulah Naina. Dia tak mau mengenal barang-barang bermerek atau makeup. Dia selalu tampil polos apa adanya. Untunglah, Naina selalu menyelipkan uang pada silikon ponselnya jadi tak perlu menyusahkan atau meminta ongkos kepada siapapun.
Seorang pelayan menarik kursi menjauh dari mejanya saat melihat Naina mulai melangkah mendekati meja makan. " Silahkan Nyonya.
" Apa aku memberikan perintah?! kau mau aku makan bersama orang asing ini?! " Arsen merasa keberatan. Wajah dinginnya benar-benar tak terelakkan lagi.
" Maaf Tuan. " Ujar pelayan itu lalu kembali mengubah posisi kursi seperti sebelumnya.
" Lain kali, jangan memperlakukan dia seperti majikan kalian. Dan, jangan memanggilnya Nyonya. Sangat tidak pantas. " Berucap sembari terus menyendok sarapannya dengan lahap. Hari ini benar-benar enak sekali masakannya batinnya.
" Baik. " Sudah seperti anjing yang begitu patuh dengan majikannya.
" Jangan biarkan dia memakan makanan dari rumah ini. Kalau dia menginginkannya, suruh dia membeli dan memasaknya sendiri. " Padahal orang yang sedang di bicarakan ada di dekatnya tapi dia lebih memilih untuk menyampaikannya lewat pelayan.
Eh? Tuan, itu yang anda makan adalah buatan Nyonya loh. Anda sudah dua kali menambahkan nasi dipiring anda. Anda membenci orangnya tapi anda menyukai masakannya.
" Baik saya sudah dengar. Saya janji, tidak akan memakan apapun atau meminum apapun. Kalau tidak ada yang lain lagi, saya mohon izin untuk menyelesaikan kegiatan saya. " Naina membungkuk sopan agar tak mengundang emosi Arsen yang terlihat begitu mudah terprovokasi.
" Sayu lagi. Aku tidak mau mendengar ada yang mengetahui tentang pernikahan ini. Dan kau, tidak diperbolehkan mencari tahu atau ikut campur tentang urusan pribadiku.
" Baik. " Sudah tidak perlu bertanya apa lagi yang dia inginkan. Dia juga tidak tertarik dengan urusan pribadi suaminya itu. Pernikahan yang ia anggap sebagai kesialan mana mungkin akan terasa indah. Tentu saja inilah yang akan terjadi.
" Nai! " Panggil salah satu sahabat Naina. Oky.
" Hai. " Mereka saling memeluk melepas rindu. Dua hari tidak bertemu sahabatnya sudah serasa dua tahun.
" Kemana saja kau ini? dua hari tanpa kabar dan ponselmu tidak bisa dihubungi. Apa kau tahu ada yang sangat merindukanmu? " Tanya Oky. Matanya mengarahkan kepada sosok laki-laki tampan bertubuh tinggi.
" Aku hanya ada urusan keluarga Ky. Apa maksut mu mengatakan ada yang merindukanku dan matamu menatap Raka?
" Ya, dia terus saja menghubungimu. Dia selalu mengirim pesan padaku dan bertanya tentang mu. Memang dasar gadis bodoh. Dia sudah lama menyukaimu. Apa kau tidak sadar juga? " Ledek Oky yang masih terus saja menatap Raka penuh kekaguman.
" Jangan gila Ky. Dia adalah pria yang dikagumi oleh banyak gadis. Kenapa dia menyukaiku? aku bahkan tidak terlihat menarik sedikitpun. " Ujar Naina.
............................