Callista merupakan salah satu murid yang menjadi korban pem-bully-an. Ternyata dalang dari semua itu adalah Zanetha, adik kesayangannya sendiri. Sampai suatu hari Callista meninggal dibunuh oleh Zanetha. Keajaiban pun terjadi, dia hidup kembali ke satu tahun yang lalu.
Di kehidupan keduanya ini, Callista berubah menjadi orang yang kuat. Dia berjanji akan membalas semua kejahatan Zanetha dan antek-anteknya yang suka melakukan pem-bully-an kepada murid yang lemah.
Selain itu Callista juga akan mencari orang tua kandungnya karena keluarga Owen yang selama ini menjadi keluarganya ternyata bukan keluarga dia yang asli. Siapakah sebenarnya Callista? Kenapa Callista bisa menjadi anak keluarga Owen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Mencegah Bunuh Diri
Callista menarik tangan Charlie sambil berlari keluar dari ruang OSIS. Mereka berlari kencang menuju ke bangunan sayap kanan. Walau napas sudah putus-putus keduanya tetap memaksakan diri terus berlari menuju atap.
"Vanessa, berhenti!" teriak Callista begitu membuka pintu atap bangunan sekolah.
Vanessa yang sudah berdiri di pinggir tembok, terkejut mendengar teriakkan yang memanggil namanya. Dia melihat ada Charlie dan Callista mendekat kepadanya dengan napas ngos-ngosan.
"Jangan berbuat bodoh! Apa dengan kamu mati semua masalah akan selesai," teriak sang ketua OSIS.
"Ada apa dengan kamu? Kalau ada masalah minta tolong atau bantuan sama orang lain. Terutama orang yang kamu percayai," lanjut Callista yang kini jaraknya sudah dekat dengan gadis itu.
Vanessa yang sejak tadi menangis terus tidak mampu bicara apa pun kepada Callista dan Charlie. Dia tahu kedua orang ini mempunyai sifat yang baik dan sudah menolong dirinya. Namun, dia tidak akan mungkin menceritakan aib keluarganya.
"Tidak ada seorang pun di dunia ini yang luput dari salah dan dosa. Kamu jangan menghakimi diri sendiri dan berbuat jahat kepada diri sendiri," tambah Callista mencoba mengalihkan perhatian Vanessa.
Charlie diam-diam mendekati Vanessa, lalu dia menarik pinggang dan perut gadis itu agar menjauh dari bibir bangunan. Laki-laki itu memeluk erat Vanessa yang mencoba berontak dari tarikan sang ketua.
"Jangan melakukan sesuatu hal yang bodoh!" bentak Charlie setelah berhasil menarik tubuh Vanessa.
Sambil menangis Vanessa menceritakan semua yang terjadi kepadanya. Dia juga tidak terima kalau ibu yang dia banggakan dan dia cintai ternyata menyebabkan kematian orang lain. Dia merasa sangat malu mempunyai ibu yang memiliki tabiat buruk.
"Sebaiknya kamu tanyakan terlebih dahulu kepada kedua orang tuamu. Jangan termakan ucapan Zanetha. Dia itu mulutnya berbisa dan jangan sampai kamu berurusan dengannya lagi, kalau ingin hidup tenang dan senang," tambah Callista sambil memegang tangan Vanessa dan menghapus air mata di pipi gadis itu.
Akhirnya Callista bisa mencegah kematian Vanessa kali ini. Gadis itu pulang dijemput oleh kedua orang tuanya langsung.
Tuan Anson menceritakan kalau dia dan Nyonya Anson yang sekarang ini dijodohkan oleh kedua keluarga mereka sejak kecil. Justru ibunya Vanessa adalah Nyonya Anson sebenarnya dan Violetta adalah selir atau istri simpanan. Usia Violetta lebih tua dari ibunya Vanessa, jadi dia yang mengambil alih kepengurusan kediaman Anson.
Violetta meninggal karena wabah penyakit cacar. Sebenarnya Tuan Anson juga terkena cacar waktu itu. Dengan telaten dan penuh kasih sayang, ibunya Vanessa merawat suaminya sampai sembuh. Semenjak itu lah cinta mereka tumbuh berkembang terus dan terlahir lah Vanessa.
***
Waktu terus berjalan dengan cepat, di Sekolah Alexandria akan di adakan pesta ulang tahun sekolah ke-50. Kepala sekolah meminta OSIS untuk mempersiapkan acara tahunan itu. Apalagi sekarang merupakan tahun emas dan harus dibuat istimewa dari tahun-tahun sebelumnya.
"Kita harus membeli beberapa peralatan untuk dekorasi aula dan sepanjang jalan sampai pintu gerbang," ucap Charlie.
"Aku sudah memesan makanan untuk acara nanti. Mereka memiliki koki yang punya cita rasa yang tinggi," ucap Callista dengan senang.
"Untuk surat undangan dan pengamanan nanti juga sudah selesai aku kerjakan," sahut anggota OSIS lainnya.
"Good. Kalau begitu aku akan pergi ke beberapa toko untuk membeli barang yang diperlukan," ujar Charlie.
"Aku ikut!" Callista berlari mengikuti ketua OSIS.
Kedua tangan murid berseragam itu penuh dengan barang-barang. Mereka menaruh di bagasi mobil milik keluarga Kinsey. Tadi, Charlie menghubungi kediamannya untuk membawakan barang belanjaan mereka.
"Pencuri!" teriak seorang wanita tua.
Charlie dan Callista yang melihat itu langsung menghadang laki-laki yang sudah melakukan penjambretan. Callista yang kini sudah pandai bermain anggar, menggunakan tongkat kayu yang ditemukan di pinggir jalan.
Dengan gerakan lihai, Callista mengayunkan dan menusuk tongkat itu ke tubuh si pencuri. Dalam hitungan menit laki-laki itu sudah terkapar dan meminta ampun.
Orang-orang memuji kehebatan dan keberanian Callista. Charlie melihat ada orang yang mencurigakan, lalu dia pun mendekatinya. Namun, naas ada sebuah mobil melaju kencang dan menabrak tubuhnya sampai terlempar beberapa meter.
Callista melihat ada mobil melaju kencang ke arah Charlie. Tidak bisa dihindari tubuh temannya tertabrak dan terlempar cukup jauh.
"Charlie!" teriak Callista sambil berlari ke arahnya.
Mobil yang menabrak langsung kabur begitu saja, tanpa sempat dihentikan oleh orang-orang di sana. Kejadian yang begitu cepat, membuat semua orang terkesima.
"Pak supir, tolong bawa Charlie ke rumah sakit!" perintah Callista kepada supir keluarga Kinsey.
Dengan kecepatan penuh, supir itu mengemudi. Dia takut tuan mudanya meninggal karena kehabisan darah. Muka dan tubuh Charlie memang dipenuhi oleh darah.
Callista terus berdoa di dalam hatinya agar temannya ini bisa selamat. Dia memangku tubuh Charlie sehingga darahnya menempel di seragam.
Begitu sampai di rumah sakit, dokter lalu melakukan tindakan pertolongan pertama kepada Charlie. Ternyata pemuda itu kehilangan banyak darah dan beberapa tempat di tubuhnya mengalami luka cukup serius.
"Golongan darah pasien tidak tersedia, Dokter. Dia memiliki golongan darah yang langka," ucap perawat yang tadi membantu memeriksa Charlie.
"Apa golongan darah pasien? Aku juga mempunyai golongan darah yang langka," tanya Callista.
Ternyata Charlie juga memiliki golongan darah yang langka. Sekarang Callista tahu siapa saja ketiga orang pemilik golongan darah langka di negerinya ini. Dahulu, dia sempat bertanya-tanya siapa seorang lagi yang memiliki golongan darah ini.
Callista melakukan transfusi darah untuk Charlie. Begitu dia keluar ruangan, dia bertemu dengan dua orang yang terlihat cemas di depan ruang rawat.
"Apa kamu yang sudah mendonorkan darah untuk Charlie?" tanya laki-laki tampan bertubuh tegap yang memiliki wajah mirip dengan Charlie.
Callista tahu siapa kedua orang ini. Mereka adalah pasangan suami-istri Kinsey atau kedua orang tua Charlie. Orang yang sangat terkenal di negeri ini.
"Benar, Tuan Kinsey. Nama saya adalah Callista Owen," jawab Callista.
"Ca-llista?" Perempuan cantik itu menatap intens kepada Callista.
"Nama yang sangat cantik," ucap Tuan Kinsey.
"Teriak kasih, Tuan Kinsey," ujar Callista.
"Seharusnya kami yang mengucapkan terima kasih banyak kepadamu," tutur Felix Kinsey sambil tersenyum.
Margareth memeluk Callista sambil terisak. Dia tidak bisa menahan air matanya. Wanita itu terus menggumamkan nama Callista.
Mendapat perlakuan seperti ini, tentu saja membuat Callista merasa heran. Dia menjadi bingung sendiri harus bagaimana.
"Maafkan aku Callista. Namamu mengingatkan pada putri kami yang sudah tiada," kata Margareth Kinsey sambil terisak.
Perempuan dewasa itu menguraikan pelukannya dari tubuh Callista. Margareth juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan gadis itu.
Callista baru tahu kalau Charlie mempunyai saudara perempuan sebelumnya. Nama yang sama dengannya.
'Apa Callista itu nama yang pasaran, ya?' tanya Callista di dalam hatinya.
***
jngan lengah ya callista... karena boom wktu menunggumu... apalgi dngan perbhan si zanet nntinya yg hbis oprasi...
semoga saja...