Khalisa harus menelan pil pahit kala calon suaminya malah menikahi sahabatnya sendiri disaat pernikahan mereka hanya 1 minggu lagi. Sakit hati tentu saja Ia rasakan tapi karena tidak mau terlalu berlarut dalam kesedihan Ia akhirnya menerima tawaran Paman nya yang seorang Direktur sebuah rumah sakit untuk menjadi relawan di daerah terpencil.
Bertahun-tahun Ia menjadi relawan dan setelah semuanya selesai Ia memutuskan untuk pulang dan melepas rindu dengan keluarga nya. Namun, bukannya melepas rindu setelah pulang Ia malah harus menghadapi Arkana Xander Walton akibat perjodohan gila yang diatur keluarga nya.
" Tanda tangani kontrak itu! "
" Lebih baik batalkan saja pernikahan ini jika harus terikat kontrak. Aku tidak berminat untuk bermain dengan sesuatu yang sakral. "
Bagaimana kisah ke-dua nya yang harus bersatu disaat hati keduanya berbeda. Sanggup kah Khalisa hidup bersama Pria kejam nan gila seperti Arkan atau Ia akan menyerah.
Mari simak cerita nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zahrotul Wulandary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama
Sesuai dengan apa yang Mama nya katakan kemarin. Hari ini keluarga Walton akan datang ke rumahnya dan hal itu membuat mood Khalisa menjadi buruk. Saking buruknya setelah solat subuh Khalisa tidak beranjak sedikitpun dari atas sajadah nya. Ia berusaha mengatur suasana hati nya dengan terus mengatakan 'dibawa santai aja, semua sudah di atur sama Allah. "
Tapi, rasanya hal itu menjadi sia-sia ketika pintu kamarnya di ketuk dengan kencang bahkan di buka paksa oleh orang yang tak lain adalah Abang nya. Setelah semalam tidak terlihat batang hidungnya sampai Khalisa terlelap akhirnya pagi-pagi buta seperti ini menjadi ajang bagi Abang nya untuk melepas rindu.
" Adek! " Serunya hampir berteriak membuat Khalisa terkejut.
Sebastian Cairo Sapphire, atau di sapa Bastian adalah anak sulung dari keluarga Sapphire sekaligus Abang dari Khalisa. Semalam Bastian pulang hampir pagi tepatnya pada pukul 01.00 yang dimana semua orang sudah tidur.
Awalnya Ia tidak tau jika Adiknya sudah pulang. Jika bukan karena tidak sengaja bertemu Mama nya yang sedang mengambil air minum di dapur, Ia tidak akan tau jika kesayangannya sudah pulang. Bahkan semalam Ia sempat datang ke kamar Adiknya untuk memastikan dan ternyata benar, Adiknya sedang tidur dengan begitu cantik diatas kasurnya.
" Ini masih pagi Abang. Nggak usah teriak-teriak, Adek nggak budek sampai nggak denger suara Abang. " Ucapnya sambil melipat sajadah dan membuka mukena nya.
" Kenapa nggak bilang kalo mau pulang? Abang bisa jemput. " Bastian memeluk erat Adiknya sampai Khalisa tidak jadi membuka mukenanya.
" Surprise."
Satu sentilan yang tidak terlalu kuat mendarat di kening nya dan sukses membuat nya merengut kesal.
" Nggak usah aneh-aneh. Terima tawaran Paman aja Kamu udah aneh, jadi jangan nambah aneh lagi. " Decak Bastian kesal.
" Ada yang lebih aneh lagi dari itu. Masa Aku baru pulang udah dijodohin aja, Aku kan belum siap buat nikah. " Adunya dengan tangan mengusap keningnya yang terasa sedikit nyeri akibat ulang Abang nya.
Bastian sudah tau tentang perjodohan antara keluarga Walton dan Sapphire. Dulu sekali saat jaman Kakek mereka, perjanjian itu dibuat dan gila nya malah di stempel dengan darah mereka sendiri. Kedua Tetua itu adalah sahabat dan mereka ingin menyatukan anak cucu mereka melalui perjodohan agar hubungan keduanya semakin erat.
Namun dulu, Tetua keluarga Sapphire tidak memiliki anak perempuan begitu juga dengan Tetua Walton. Perjodohan itu tetap berlanjut pada masa cucu mereka yang mana adalah zaman Bastian. Keluarga Walton memiliki dua orang cucu perempuan yang umurnya tidak jauh berbeda. Dan disinilah perjodohan itu terjadi, keluarga Walton malah memilih Khalisa sebagai calon menantu mereka.
" Terus? " Untuk mendengar cerita Adiknya yang sepertinya akan panjang, Bastian memilih untuk duduk di sofa.
" Ya, terus kenapa harus Aku coba? Kan ada Kak Dela yang juga keluarga Sapphire. Kak Dela juga udah siap buat jadi Istri. Lagi pula nama Aku harus nya udah nggak masuk daftar lagi karena kemarin sempat di lamar orang walaupun nggak jadi. " Ceritanya dengan berkacak pinggang di depan Abang nya.
Bastian hanya menjadi pendengar saja. Rasanya sudah lama Ia tidak mendengar Adiknya bercerita seperti ini. Inilah Khalisa jika bersama orang terdekatnya. Ia akan menjadi sosok yang cerewet sekaligus manja dan segala sifat kekanak-kanakan nya akan keluar. Namun berbeda saat diluar, Khalisa akan menjadi sosok yang agak pendiam, tenang sekaligus dewasa.
" Abang juga kurang tau soal itu. Tapi kita bisa minta sama Papa buat batalin atau mundurin pernikahan kalian. " Saran Bastian yang menjadi angin segar untuk Khalisa. Benarkah bisa dibatalkan? Khalisa akan sangat senang jika hal itu terjadi.
" Benarkah? Yes! Aku bisa istirahat dengan tenang kalo gitu. " Sorak nya penuh kegembiraan.
🥜🥜
Ba'da Ashar sudah berkumandang dan Khalisa baru selesai menjalankan kewajiban nya sebelum turun untuk menemui Mama nya. Khalisa tampak cantik dengan baju kemeja berwarna baby blue dengan hiasan sedikit bunga di depan nya, juga rok berwarna putih yang membuatnya terlihat sangat anggun dengan hijab pasmina yang senada dengan rok nya.
Niat nya Khalisa akan jalan-jalan keluar sekaligus menghindari pertemuan yang membahas pernikahan nya jika bisa. Kata Mamanya, keluarga Walton akan datang jam 4 sore jika tidak macet. Dan berhubung sekarang baru jam setengah 4 Khalisa akan beralasan jalan-jalan sebentar dan pulang jika tamu nya sudah pergi.
Dengan riang, Khalisa menuruni anak tangga satu persatu tanpa tau apa yang sedang menunggu nya di bawah.
Keluarga Walton ternyata datang lebih cepat dari janji dan sekarang sudah berbincang dengan pemilik rumah. Khalisa belum menyadarinya sampai kakinya tiba di anak tangga terakhir dan tubuhnya seketika menegang melihat suasana ramai di ruang keluarga.
Niatnya gagal total!
Khalisa sekarang malah menjadi pusat perhatian semua orang. Tatapan mereka membuat Khalisa ingin tenggelam saja, apalagi ketika dirinya tidak sengaja bersitatap dengan Pria tampan pemilik mata tajam dan rahang tegas yang duduk di antara dua paruh baya yang Khalisa tidak tau siapa.
Siapapun tolong bawa Khalisa kabur dari sini.
🥜🥜
Setelah meeting yang menguras waktu hampir 3 jam, Arkan melirik arlojinya dan meminta Lukas untuk membacakan jadwalnya.
Keduanya baru saja keluar dari salah satu restoran bintang lima, tempat dimana meeting mereka dilakukan. Pikiran Arkan terus fokus pada perkerjaan sampai lupa jika hari ini adalah pertemuan dengan calon Istrinya.
" Meeting dengan perusahaan Atmaja akan dimulai 30 menit lagi, Tuan. Tapi 10 menit lagi Anda harus menghadiri pertemuan keluarga Anda dengan keluarga Sapphire. " Langkah Lukas sontak terhenti ketika Tuan nya tiba-tiba berhenti.
" Kau tidak mendengar apa yang Aku katakan kemarin, Lukas? Perkerjaan Ku lebih penting dari pernikahan konyol itu. " Ucap Arkan tajam membuat Lukas tertunduk.
" Tapi Nyonya memaksa agar Anda datang. " Bujuknya lagi.
" Aku yang menggaji Mu, jadi Kau hanya perlu menuruti perintah Ku saja. "
" Maaf Tuan. " Sesal Lukas kemudian dengan cepat membuka pintu mobil untuk Tuannya.
Dalam hati Lukas menjerit mengatakan beribu maaf kepada sang Nyonya karena tidak bisa memenuhi perintah nya untuk membujuk sang atasan datang ke rumah calon Istri nya.
Di dalam mobil, Arkan sibuk membaca proposal yang diajukan oleh perusahaan lain tanpa berminat untuk mengingat kejadian tadi. Terserah bagaimana pernikahan itu akan terjadi, Ia tidak peduli.
Tapi....
" Kediaman Sapphire. "
" Ha? Apa Tuan? "
Dukk
" Pergi ke kediaman Sapphire. "
Lukas terdiam untuk sesaat. Bukankah semenit yang lalu Tuan nya baru saja mengatakan tidak ingin datang. Lalu kenapa sekarang mendadak merubah keputusan nya disaat mereka hampir sampai di tujuan.
🥜🥜
Khalisa tersenyum canggung kemudian menyalami tamu orang tuanya setelah Mama nya memanggil. Khalisa tidak akan bergerak jika saja Mama nya tidak memanggil nya. Tapi ketika giliran Arkan, Khalisa menunduk dan mengatup kedua tangannya dan memilih duduk di samping Mamanya.
" Wah, Kamu makin cantik ya sayang. Masih ingat sama, Mommy? " Kata wanita paruh baya yang Khalisa yakini sebagai Nyonya Walton. Tapi kenapa harus Mommy coba. Kenapa nggak Tante aja, Khalisa jadi semakin canggung sekarang.
Khalisa diam karena Ia memang tidak tau siapa wanita itu.
" Ini Mommy Aca loh sayang. Masa Kamu lupa sih. " Katanya lagi membuat Khalisa semakin diam tidak tau. Ingatan nya tidak mengenal siapa wanita paruh baya itu bahkan saat Ia menyebutkan namanya.
" Maaf Tante, Saya nggak ingat." Katanya tak enak hati.
Aca tersenyum maklum jika perempuan cantik itu tidak mengenal nya. Karena sudah sangat lama sekali mereka tidak bertemu. Mungkin terakhir bertemu saat Khalisa masih bayi.
" Khalisa ini Tante Aca sama Om Bima, mereka dari keluarga Walton. " Kata Papa nya.
Mampus. Sudah Ia duga.
" Hallo Om, Tante. Aku Khalisa, maaf karena sempat nggak ngenalin kalian. " Sapanya tersenyum lembut.
" Nggak papa Sayang. Panggil nya Mommy aja jangan Tante. Ini anak Mommy yang akan jadi calon Suami Kamu. " Ucapan Aca membuat Khalisa kesulitan menelan salivanya.
Khalisa sempat melihat rupa Pria yang katanya akan menjadi calon suaminya. Tapi Khalisa sedikit ngeri karena tatapan nya sangat tajam seakan ingin menguliti dirinya. Khalisa semakin menunduk ketika merasakan Pria tadi menatapnya dengan dalam atau mungkin sangat tajam.
Siapa saja tolong Khalisa sekarang. Biar perlu berikan Ia karung untuk menutupi wajah Pria itu. Khalisa ingin menjerit apalagi ketika Tuan Walton mulai membicarakan hal yang sangat ingin Khalisa hindari sedari tadi.
" Kapan pernikahan mereka bisa dilaksanakan? Aku dan Aca sudah menyewa sebuah hotel untuk acara resepsi nya karena akad nya akan dilakukan di kediaman kalian. "
Tunggu! Sudah sejauh mana pembahasan mereka sampai sudah menyewa sebuah hotel sebelum pernikahan ini disetujui olehnya. Khalisa ingin menolak dan mengatakan jika Ia tidak menginginkan pernikahan ini.
Khalisa memberi kode kepada Papanya untuk membatalkan semua nya. Ia sungguh tidak ingin pernikahan ini terjadi. Ia masih ingin istirahat dari lelah nya kegiatan selama ini. Ia ingin tetap bersama keluarganya.
" Bagaimana jika pernikahan mereka di undur saja? Khalisa baru saja pulang dan Kami masih merindukan nya. "
I LOVE YOU PAPA.
Papanya adalah yang terbaik. Bila perlu batalkan saja sekarang, Khalisa akan dengan senang hati menerima nya.
Berbeda dengan Khalisa yang berbunga-bunga. Pihak Walton merasa tidak terima terutama sang pemeran utama. Siapa lagi jika bukan Arkan yang sangat tidak terima jika pernikahan mereka diundur.
" Saya tidak setuju. Pernikahan akan tetap dilakukan sesuai tanggal yang telah ditentukan. " Ucap nya membuat Khalisa kaget.
" Tapi Khalisa baru saja kembali setelah dua tahun. Dia mungkin masih ingin menyesuaikan diri dengan keadaan. " Tandas Fatah kembali membuat Khalisa semakin girang.
Benar Ia masih ingin menyesuaikan diri.
" Bagaimana menurut Mu, Nak? " Akhirnya giliran nya untuk berbicara datang. Terimakasih kepada Mommy Aca yang telah mengingat nya.
" Sebelumnya maaf Om, Tante. Saya masih ingin menyesuaikan diri dengan keadaan. Dan jujur, Saya belum siap jika harus menjadi seorang Istri. " Suaranya begitu lembut agar tidak ada yang tersinggung dengan jawabannya.
" Apa yang membuat Mu belum siap? " Tanya Bima menatap calon menantunya dengan seksama.
" Semuanya. Mental Saya belum cukup siap untuk menjalani kehidupan pernikahan. Masih banyak yang harus Saya perbaiki agar bisa menjalani kehidupan pernikahan. Terlebih Saya tidak ingin melangkahi Abang Saya dengan menikah terlebih dahulu. "
Perkataan terakhir Khalisa membuat Arkan terkekeh. Tidak ingin melangkahi katanya, alasan bodoh macam apa itu. Arkan menatap tajam pada sosok perempuan cantik di depan nya yang sialnya sama sekali tidak melihat kearahnya.
" Kalian bisa menjalani nya dulu. " Ucap Bima lagi berusaha membujuk.
" Maaf Om. Saya tetap belum siap. "
Setelah terdiam cukup lama untuk memikirkan jawaban Khalisa, keluarga Walton menyimpulkan jika Khalisa hanya butuh waktu saja untuk menerima semuanya. Memberinya sedikit waktu lagi bukan jadi masalah. Khalisa butuh ruang untuk berpikir dan mereka mengerti itu. Pernah gagal dalam kata pernikahan mungkin menjadi alasan kuat untuk Khalisa menjawab belum siap.
" Pikirkan lagi Nak. Kami akan menunggu jawaban Mu. "
" Tidak perlu menunggu apapun. Pernikahan akan tetap dilakukan mau dia siap atau tidak siap. " Kata Arkan telak tak mau dibantah.