Rubia adalah putri seorang baron. Karena wajahnya yang cantik dia dipersunting oleh seorang Count. Ia pikir kehidupan pernikahannya akan indah layaknya novel rofan yang ia sering baca. Namun cerita hanyalah fiksi belaka yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Rubia yang menjalani pernikahan yang indah hanya diawal. Menginjak dua tahun pernikahannya suaminya kerap membawa wanita lain ke rumah yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pada puncaknya yakni ketika 3 tahun pernikahan, secara mengejutkan suami dan selingkuhannya membunuhnya.
" Matilah, itu memang tugasmu untuk mati. Bukankah kau mencintaiku?" Perion
" Fufufufu, akhirnya aku bisa menjadi countess. Dadah Rubi, sahabatku yang baik." Daphne
Sraaak
Hosh hosh hosh
" A-aku, aku masih hidup?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan 09
Rubia sungguh menikmati waktu belanjanya. Ia membeli banyak barang. Tentu saja semua itu untuk dirinya. Setahun ini sudah banyak waktu yang ia habiskan untuk bekerja, maka dari itu dia benar-benar menikmati waktunya ini.
Ya ini adalah waktunya dia bermalas-malasan. Menikmati uang yang dihasilkan dan tidak ingin memikirkan tentang pekerjaan yang banyak itu.
Setelah puas berbelanja, Rubia masuk ke sebuah restaurant mewah di wilayahnya. Semua karyawan menyambut Rubia dan menempatkan Rubia pada tempat yang paling baik. Mereka juga langsung menghidangkan makanan pembuka yang terbaik di restaurant tersebut.
" Selamat menikmati Nyonya Countess, jika membutuhkan yang lain Anda bisa langsung memanggil saya."
" Terimakasih ya."
Rubia mulia memakan makanan yang disajikan. Ia benar-benar senang dan menikmatinya dengan sungguh-sungguh serta pelan-pelan. Selama ini setiap makan dia pasti terburu-buru karena dikejar waktu untuk bekerja. Tapi sekarang tidak lagi. Dia tidak ingin seperti itu.
" Nyonya, saya sudah mendapatkan apa yang Anda minta. Pengrajin itu sangat hebat karena bisa langsung membuatnya. Ini Nyonya."
Mery yang diperintahkan untuk pergi ke pasar dna membuat botol yang sama persis dengan yang diberikan Perion telah kembali. Rubia mengambil botol itu dan mengangkatnya ke udara, ia tersenyum puas karena botol yang dibuat itu benar-benar sama persis dengan botol racun milik Perion.
" Hmmm, kerja bagus Mery. Nah sekarang duduklah, Sir Rudin kau juga duduk. Mati kita menikmati makanan bersama."
" Tapi Nyonya ~"
Mery dan Sir Rudin hendak protes. Mereka jelas tidak bisa makan satu meja dengan atasan mereka. Jika Sir Rudin mungkin masih bisa karena bagaimanapun dia jug bangsawan meskipun hanya bergelar baron, tapi Mery dia tidak merasa demikian karena dirinya hanya berasal dari rakyat biasa.
Sebuah hal yang tidak pantas bagi seorang rakyat jelata berada di meja makan yang sama bersama bangsawan. Dan itu juga akan membuat nama si bangsawan buruk. Mery tidak ingin itu.
" Saya tidak usah Nyonya, biar Sir Rudin saja. Saya~"
" Jangan menolak begitu Mery, haaah ini perintah!"
Jika sudah berkata demikian Mery pum tidak bisa berkata apa-apa lagi. Perintah dari sang majikan harus lah ia turuti.
Dengan sikap canggung Mery duduk dan mulai makan. Namun Rubia tampak senang, selama ini dia tidak pernah memerhatikan Mery jadi di kehidupan kali ini dia akan memerhatikan pelayannya itu.
Kenikmatan Rubia dalam menjalani hari ini berbanding terbalik dengan sang suami yakni Perion. Hari ini memang hari liburnya di pasukan kesatria kekaisaran, namum dia tidak bisa benar-benar berlibur atau bermalas-malasan seperti biasa. Pasalnya pekerjaan yang ada di meja kerjanya sudah sangat menumpuk.
" Arghhh, ini kenapa tidak ada habis-habisnya. Dan kemana Rubia pergi, mengapa hingga sore begini dia tidak pulang-pulang. Sialan, apa saja yang dia lakukan di luaran sana sih!"
Perion mengacak rambutnya kasar. Selama Rubia menjadi istrinya, Perion sama sekali tidak pernah melakukan pekerjaan wilayah. Dia asik bermain-main saja dengan pekerjaannya di kantor kesatria istana.
Padahal disana pun dia juga tidak serius dalam bekerja. Di tempatkan di kantor, Perion sering mangkir dan meninggalkan pekerjaan. Dia juga sering mengabaikan laporan perihal data yang harus dibuat untuk pasukan kesatria istana.
" Sylvester, kenapa Rubia belum pulang juga hah!"
" Maaf Tuan Count, saya tidak tahu. Nyonya hanya berkata bahwa beliau ingin berbelanja. Tapi Nyonya Rubia tidak mengatakan kapan akan pulang."
" Arghhhh, brengsek!"
Lagi-lagi Perion mengumpat kesal. Ia meras sesak dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai ini. Terlebih beberapa diantara tidak ia mengerti. Bagaimana dia bisa mengerti kalau selama ini Rubia lah yang mengerjakan. Rubia lah yang melakukan pekerjaan seorang pemimpin wilayah.
Sylvester yang melihat Perion sedari pagi bekerja sambil marah-marah itu hanya bisa menghela nafasnya panjang. Bagaimana tidak, semua benar-benar bisa jadi berantakan jika Rubia tidak ingin kembali bekerja.
Namun Sylvester juga tidak ingin menyudutkan Rubia atau memaksa Rubia untuk kembali bekerja. Selama setahun ini sang nyonya sudah bekerja keras bahkan istirahat dan tidur pun sangat kurang. Selain itu Rubia juga diabaikan oleh suaminya sendiri. Saat ini mungkin waktu Rubia untuk menyenangkan dirinya sendiri.
" Haah, jika benar keluarga Gordone hancur maka bukanlah salah siapa-siapa tapi salah orang ini yang sama sekali tidak kompeten."
Begitulah ucapan Sylvester dalam hati. Baru satu hari menyerahkan pekerjaan wilayah kepada Perion, tapi seolah semuanya sudah kacau berantakan. Terlebih tamu yang baru saja datang ini, semakin membuat si butler yakin bahwa wilayah Gordo bisa saja bangkrut dan diambil alih.
Suara pintu di ketuk, seorang pelayang masuk ke ruang kerja Perion untuk menyampaikan kabar kedatangan tamu. Wajah Perion langsung tersenyum cerah saat mendengar nama tamu yang disebut.
" Lady Daphne Baimon, suruh dia masuk ke mari. Bawakan teh dan makanan ringan. Syl, aku akan istirahat sebentar. Kau keluarlah."
" Baik Tuan Count, saya undur diri dulu."
Sylvester keluar bersamaan dengan Daphne masuk. Sylvester tidak memberi salam hormat kepada Daphne, ia enggan melakukan itu. Sylvester langsung saja berlalu tanpa melirik ke arah Daphne barang sedikit pun.
Hal tersebut membuat Daphne semakin kesal. Orang yang berada di mansion Gordone memang tidak ada yang menyukai Daphne. Terlebih saat mereka tahu bahwa Perion bermain gila dengan wanita itu.
" Orang-orang di rumah Anda sangat tidak sopan Tuan Count."
" Oh Daphne sayang. Tidak perlu memerhatikan mereka. Nanti jika kamu sudah jadi Countess, mereka pasti akan tunduk padamu."
" Fufufufu. Itu benar Tuan Count. Anda sudah melakukannya bukan, aah saya harap itu akan segera terjadi. Tapi ada yang aneh Tuan, tadi pagi saya kemari dan bertemu Rubia. Tapi dia bersikap sangat berbeda, dia mengabaikan saya dan pergi begitu saja."
Perion terdiam, rupanya bukan hanya kepada pekerjaan saja Rubia menjadi bertindak berbeda. Kepada sahabat dekatnya pun dia juga bersikap demikian. Ini sungguh membuat perion semakin bingung.
" Ya sudah jangan dipikirkan. Ada perlu apa kamu kemari hmmm?"
" Tentu saja saya merindukan Anda, Tuan Count."
" Oooh begitu, panggil aku Perion saat kita hanya berdua saja sayangku. Kamu sungguh sangat cantik Daphne."
Eughhhh
Daphne mulai mendesaah ketika tangan Perion menelusup ke bawah gaunnya dan mulut pria itu sudah bertengger di dadanya. Mereka benar-benar sudah tidak pandang bulu melakukan hal tersebut. Bagi keduanya hanya itulah yang dilakukan ketika mereka bertemu. Dan Daphne juga tidak tahu malu, suara desahhan nya jelas terdengar hingga keluar. Padahal di depan ruang kerja Perion, ada kesatria yang menjaganya.
" Huh dasar pasangan mesum."
TBC