Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 19
Sagara menuruni anak tangga sambil bersiul. Wajahnya tampak berseri-seri, layaknya orang yang sedang jatuh cinta. Tangan kirinya memegang tas, sementara tangan kanan, asyik memainkan kunci mobil.
Di belakang Sagara, ada Samudra yang diam-diam memperhatikan. Rasanya, sudah sangat lama dia tak melihat sang kakak yang seriang ini di pagi hari. Iseng, dia mendahului Gara, menyenggol bahunya hingga kunci mobil di tangan pria itu terjatuh. "Sorry," ujarnya tanpa menoleh apalagi berniat mengambilkan kunci tersebut. Satu, dua, tiga, sampai hitungan ke 10, tidak ada teriakan apalagi umpatan dari Sagara, cowok itu mengambil sendiri kunci mobilnya, lanjut menuruni anak tangga.
"Pagi, Mah," Samudra mengecup pipi Mamanya yang saat ini sedang menyiapkan sarapan di meja makan. "Hari ini aku pulang malam, Mah. Mau jalan sama Stella, juga nyiapin dinner spesial buat dia."
"Stella ada di Jakarta?" tanya Mama Embun, calon menantunya itu memang bukan asli orang Jakarta, melainkan dari Bandung.
"Iya, lagi ke kantor pusat, ngurus pengunduran diri."
"Stella udah bener-bener yakin mau resign?" tanya Papa Nathan yang sejak tadi sudah duduk di tempatnya.
"Iya, Pah. Itu kan syarat mutlak dari aku."
"Kalau gue jadi Stella, ogah Sam, nikah sama lo," celetuk Gara yang baru saja duduk.
"Untungnya, lo bukan Stella," Samudera tertawa ngakak.
"Ingat pengorbanan Stella buat kamu," Mama Embun mengingatkan, tangannya bergerak cekatan mengambilkan nasi untuk suaminya. "Dia rela melepaskan pekerjaannya demi kamu. Padahal Mama yakin, itu berat. Dari remaja udah bercita-cita jadi pramugari, pas udah jadi, malah kamu paksa berhenti."
"Aku gak maksa, cuma nyuruh. Keputusan final ada di dia sendiri," Samudra mulai mengisi piringnya dengan makanan. Laki-laki berusia 28 tahun itu, adalah seorang pengusaha restoran. Sejak awal, tak pernah mau bekerja di perusahaan papanya karena hobi memasaknya. Samudra adalah seorang chef lulusan universitas luar negeri. Dia lebih suka memasak di dapur daripada harus duduk di depan laptop.
Selain sebagai chef, dia juga seorang konten kreator. Dan tema kontennya, tentu saja tak jauh dari masak memasak. Dia melirik ke arah kakaknya yang lagi-lagi, ke gap sedang senyum-senyum. "Lo kenapa, Bang, belum gila kan, karena kelamaan jomblo?"
Sagara hanya menoleh sekilas, tapi tak merespon apa-apa. Padahal Samudra menunggu lemparan sendok di kepalanya.
"Kamu ini, Sam, gitu amat sama Abang kamu," omel Mama Embun.
"Dia dari tadi senyum-senyum, Mah. Sumpah, pagi ini aneh banget. Kayak.... kayak orang lagi jatuh cinta."
"Kamu lagi jatuh cinta, Ga?" tanya Mama Embun. Raut wajahnya berseri-seri, senang jika memang, Sagara benar-benar sedang jatuh cinta.
"Apaan sih, Mah, percaya aja sama mulut rombengnya Sam," Sagara menoleh ke arah Samudra.
"Ya kalau emang lagi jatuh cinta, bawa ceweknya kesini, kenalin sama Mama Papa."
"Apaan sih, Mah, gak ada lah. Aku udah dulu ya, mau berangkat ke kantor." Sagara mengelap bibirnya lalu berdiri.
"Tuh kan, Mah, lagi jatuh cinta dia," tebak Sam sambil menatap Sagara. "Kalau enggak, gak mungkin sepagi ini udah gatel pengen ngantor. Tebakanku sih, crush dia sekantor."
"Sok tahu." Sagara buru-buru mencium tangan kedua orang tuanya lalu berangkat ke kantor. Kalau di bilang pagi ini dia semangat banget, jawabannya iya, karena mulai hari ini, Anye menjadi sekretarisnya. Sekarang dia bisa sering-sering ketemu Anye.
Gara yang sudah memakai seatbelt, menyalakan mesin mobil, namun dari pintu sebelah, tiba-tiba Samudra masuk. "Ngapain lo, kita gak searah."
"Siapa juga yang mau nebeng," Samudra malah tertawa. Cowok itu menyerongkan badan, bersedekap, menatap Sagara. "Lo beneran lagi jatuh cinta? Sama siapa? Gak mungkin Vivian, soalnya beberapa hari yang lalu, gue ketemu dia, ngamuk-ngamuk katanya lo nyebelin."
Sagara tersenyum, ingat kala pertama sekaligus terakhir jalan dengan Vivian. Triknya ternyata ampuh membuat gadis itu ilfeel.
"Sama siapa?" desak Samudra, penasaran tingkat dewa.
"Ada deh.. " Sagara tersenyum, membayangkan wajah Anye.
"Berarti tebakan gue bener dong, lo lagi jatuh cinta sekarang."
"Jatuh cinta lagi."
"Lagi? Maksudnya?" Samudra bingung. "Mantan?"
Sagara mengangguk.
"Berarti, spesial benget dong, mantan yang satu ini. Diantara sekian banyak mantan, ternyata ada yang bisa bikin lo gagal move on. Penasaran gue, pengen sungkem sama dia."
Sagara ngakak mendengar ucapan adiknya.
"Kejar, Brother!" Samudra menepuk bahu Gara. "Buruan di halalin, jangan sampai keduluan orang. Kalau udah jadi istri orang, habis kesempatan lo."
Senyum di bibir Sagara seketika lenyap. Benarkah jika kesempatan dia sudah habis? Benarkah jika dia tak akan pernah bisa mendapatkan Anyelir untuk selamanya?
Seperti janjinya pada Anye, Sagara bersikap profesional. Dia tak mau membuat Anye tak nyaman, yang dampaknya malah bisa saja, wanita itu mengundurkan diri. Jika benar kesempatannya mendapatkan Anye sudah habis, mungkin dia memang hanya bisa melihat, tanpa bisa memiliki.
"Kamu tahukan, hari Jum'at, saya harus ke Surabaya?" tanya Sagara saat Anye menyerahkan dokumen yang harus ditandatangani.
"Iya, Pak." Anye tentu tahu semua jadwal Sagara.
"Dion sakit, bisakah kalau kamu menggantikannya, ikut dengan saya ke Surabaya?"
"Maaf, tidak bisa," tolak Anye langsung. Dia tak mungkin bepergian dengan laki-laki, berduaan sampai luar kota meski untuk urusan kerjaan. Dia tahu, beberapa hari ini Sagara bersikap sangat profesional, tapi bukan berarti, dia akan setuju untuk keluar kota berdua. "Suami saya tidak akan memberi izin."
Terlihat wajah kecewa Sagara, tapi dia tak bisa memaksa. Mungkin benar kata Sam, kalau kesempatannya sudah habis. "Baiklah."
"Permisi," pamit Anye saat urusannya di ruangan Sagara telah selesai.
Sagara tersenyum getir menatap kepergian Anye. Ternyata sesakit ini rasanya, tak bisa memiliki orang yang kita cinta.
...----------------...
karena perlakuan keluargamu.
ternyata si Robby yg mandul
pantesan kekeuh nggak mau cerai..
ia masih bersama Robby..
apa udah cerai ya???
kalo masih bersama Robby....
maukah Robby terima annak itu..
akakah perstlingkuham itu dimaafkan Robby?
❤❤❤❤❤