Visual Cast bisa cek Tiktok @rn_story94
Sequel dari Takdir cinta Ayyura_Aydeen ...
Sebuah takdir yang gak bisa di ubah dan selalu sesuai dengan ketentuan porsinya.
Zayn sudah menikah dengan Assyifa selama 3 tahun tapi belum dikarunia seorang anak, malah harus terjerat dengan seorang gadis cantik yang berbeda kepercayaan dan keyakinan dengannya. Dia harus menikahi perempuan lain yakni adalah mahasiswinya sendiri, hanya karena sebuah kesalahan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Sedangkan sang adik sendiri Zayna seorang Dokter muda cantik, harus dijodohkan dengan pria yang tidak pernah ia inginkan dan impikan sebelumnya. Pria itu adalah Zidan, pria yang selalu bertemu dengan bahaya diluar sana, dan selalu bertemu dengan Zayna bolak balik di UGD.
Makanya Zayna menolak keras untuk di nikahkan dengannya ..
Yang penasaran kisahnya silahkan mampir readers ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raline_Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Berani
Tok .. tok .. tok
Zayna mengetuk pintu kaca mobil Abangnya Zayn dengan cukup kuat, dan keras.
Karena melihat penampilan sang adik begitu kacau, Zayn langsung membuka pintu mobilnya.
"Abang, cepat bantu Zayna. Didalam ada seorang pemuda yang sedang terluka parah. Dia sudah cukup banyak mengeluarkan darah". teriak Zayna.
"Dia dimana sekarang dik"? tanya Zayn khawatir.
"Didalam Bang. Ambulance masih dalam perjalanan, Aku takut nyawanya tidak bisa tertolong". jelasnya.
"Hmm, baiklah. Ayo kita kesana". jawab Zayn.
"Hati-hati nak". sahut Ayyura yang juga khawatir.
"Aku juga mau lihat mom, mommy tunggu sebentar sama Rain disini didalam mobil ya". timpal Zafran yang sudah keluar dari dalam mobil lalu menyusul Abang dan kakaknya yang sudah lebih dulu pergi.
"Mom apa orang itu bisa diselamatkan"? tanya Rain.
"Semoga allah memberinya pertolongan ya nak".
Tidak lama Ambulance datang, Zayn dan Zafran ikut membantu mengangkat tubuh pemuda itu kedalam mobil Ambulance yang sudah terpakir dihalaman minimarket tersebut. Ayyura dan Rain juga ikut turun untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Maaf apa ada yang bisa menemani kami kerumah sakit dengan pasien"? tanya sopir ambulance.
"Saya saja pak, kebetulan saya seorang Dokter". jawab Zayna cepat.
"Hmm baiklah Nona, karena saat ini hanya ada satu perawat saja yang menemani saya". ujar pak sopir.
"Baiklah, kalau begitu kita langsung menuju Alana's Hospital saja ya pak". cicit Zayna kembali.
"Abang dan semuanya pulang saja duluan kerumah. Kasihan mommy sudah sesore ini belum istirahat, Aku akan menemaninya kerumah sakit sebentar". ucap Zayna meminta izin pada semuanya.
"Tapi Kamu juga belum istirahat seharian ini nak"? bantah Ayyura cepat.
"Seorang Dokter tidak kenal kata istirahat mom, bukankah mommy sendiri yang mengajari Zayna. Pasien adalah prioritas utama seorang Dokter". peringat Zayna sembari tersenyum manis.
Ayyura menghela nafasnya berat, inilah kenapa anak-anaknya tidak ia paksakan untuk menekuni bidang kesehatan, karena banyak waktu dan tenaga yang akan mereka korbankan demi pasiennya.
"Baiklah, jaga diri Kamu baik-baik ya sayang". akhirnya Ayyura mengalah pada putrinya itu.
"Pasti mom, nanti Aku akan menelpon mommy dan Bang Zayn kalau urusannya sudah selesai".
"Zayna pergi dulu, Assalammualaikum". pamit Zayna lalu mencium pipi Yura sekilas, kemudian segera ikut masuk kedalam mobil tersebut.
"Hati-hati dik, kasih kabar Abang kalau ada apa-apa". teriak Zayn sembari menutup pintu belakang mobil.
Zayna hanya menjawabnya dengan mengangguk dan tersenyum cantik, lalu melambaikan tangannya.
Setelah mobil ambulance itu berlalu, mereka semua melanjutkan kembali perjalanannya. Didalam mobil ambulance pemuda itu sudah diberi pertolongan pertama oleh Zayna dan seorang perawat yang ikut menemaninya disana. Mereka sudah memberinya infus serta obat pereda rasa nyeri pada lukanya.
Zayna juga telah membuka kemeja serta kaos yang masih melekat pada tubuh pasien. Luka tusukannya cukup dalam, tepatnya dibawah perut sebelah kanan untung saja tidak menembus sampai organ vital. Dress dan pashmina Zayna sudah kotor karena bekas bercak darah pasien yang menempel.
Sesampainya dirumah sakit, ruang UGD sudah siap menyambut kedatangan pasien, karena Zayna sudah memberi tahu mereka sebelumnya.
Pria itu sudah dibawa masuk kedalam ruangan dan juga telah ditangani oleh berapa suster disana.
"Dokter, saya sudah menyumbat bagian lukanya. Namun sepertinya harus dilakukan operasi kecil, karena luka tusukannya cukup dalam". jelas Zayna pada seorang Dokter jaga perempuan disana.
Dokter yang berjaga itu pun tersenyum sinis dan memandang Zayna dengan remeh.
"Kau tahu apa tentang medis gadis kecil? Saya akan menanganinya dengan cara saya sendiri"! sentak Dokter jaga yang penampilannya sangat glamor itu.
"Tapi dia sudah banyak sekali kehilangan darah, kalau tidak di lakukan operasi kecil sekarang juga. Saya tidak yakin nyawa pria itu akan tertolong atau tidak nantinya". ujar Zayna dengan wajah tegasnya.
"Diam Kau gadis kecil! Saya ini Dokter kepala UGD dirumah sakit ini, jadi Kau tidak perlu mengajariku"! ucap Dokter wanita itu dengan sarkas.
"Yasudah kalau begitu terserah, itu pilihan yang Kau ambil sendiri. Aku tidak akan ikut campur lebih jauh setelah ini, apalagi jika terjadi sesuatu dengannya"! balas Zayna dengan tersenyum miring.
Tittt ... tttiiitttt
"Dokter detak jantung pasien melemah"! teriak salah satu perawat yang sedang menangani pria itu.
"Tambah dosis suntikannya". titahnya kemudian.
"Jangan"! teriak Zayna menggelegar.
Semua orang di UGD tersebut diam tidak bersuara.
"Kalian mau membunuhnya"! sergah Zayna kesal.
"Sebenarnya Kau siapa? Kau sudah cukup menolong pria itu dengan membawanya ke rumah sakit. Selanjutnya biarkan kami yang menanganinya". sergah Dokter Anya sebagai kepala UGD disana.
"Aku juga seorang Dokter, dan Aku sudah sering menangani kasus seperti ini saat magang dulu. Biarkan Aku yang menanganinya". jelas Zayna lagi.
"Tapi ini tempatku, Kau tidak punya hak disini"!
Titttt. ttiitttt
Detak jantungnya kembali melemah dan parahnya lagi tubuh pria itu terlihat kejang-kejang.
"Minggir kalian"! sergah Zayna kembali.
"Saya akan melakukan RJP"!
Zayna menarik dressnya selutut lalu naik keatas tempat tidur pasien, meletakkan tumit dan salah satu tangannya pada tulang dada pasien. Lalu dia menempatkan tangan lainnya di atas tangan pertamanya, jari-jarinya pun saling bertautan mencondongkan tubuh ke arah pasien, ia tekan kebawah dan tekan dada setidaknya 2 inc. Lalu ia lepaskan dadanya dan biarkan mundur sepenuhnya. Kecepatan kompresi minimal harus 100-120menit.
Ruang UGD itu tiba-tiba berubah hening dan juga menegangkan, pasalnya Zayna sudah melanggar kode etik kedokteran melakukan tindakan tanpa surat izin prosedur kementrian kesehatan setempat.
Tidak lama detak jantung pasien kembali normal, dan itu terlihat jelas pada mesin EKG yang ada disamping ranjang pasien, semua orang disana bernafas lega termasuk Dokter Anya yang juga ikut tegang dengan aksi berani dari wanita berhijab itu.
"Siapkan tindakan operasi kecil suster". titah Zayna.
"Kau sudah gila, ini rumah sakit kami. Kau tidak punya surat izin praktik untuk melakukan hal ini"! teriak Dokter Anya yang merasa tidak senang.
"Yasudah kalau begitu, Kau saja yang melakukannya, bukankah Kamu bilang, Kamu adalah kepala UGD dirumah sakit ini"? ucap Zayna dengan sinis.
"Aku .. Aku .. atas dasar apa Kau menyuruhku"?
"Kalau Kau masih bertele-tele seperti ini, Aku tidak yakin pria itu akan bertahan dalam 10 menit". tukas Zayna sembari mendelik tajam pada Dokter Anya.
"Ada apa ini"? teriak seorang pria paruh baya namun masih begitu tampan dan gagah dengan jas Dokter yang ia gunakan, serta nampak begitu tegas.
"Profesor Mike, lihat ada penyusup kecil yang berani menangani pasien gawat darurat rumah sakit kita, bahkan dia ingin melakukan operasi pada pasien tersebut Profesor". cibir Dokter Anya sengaja.
"Siapa gadis berani itu"? batin Mike.
Namun saat pandangan Mike bertemu dengan mata teduhnya Zayna, dan itu mengingatkannya pada wanita yang begitu dia cintai dulu, iya dulu sebelum dia menikah dengan pemilik rumah sakit tempat dia bekerja ini, yang tak lain sahabatnya sendiri Alana.
"Zayna"? panggil Mike dengan lembut.
"Uncle Mike". seru Zayna dengan senang.
semoga Zayna bisa melewatinya.