Krystal Berliana Zourist, si badgirl bermasalah dengan sejuta kejutan dalam hidupnya yang ia sebut dengan istilah kesialan. Salah satu kesialan yang paling mengejutkan dalam hidupnya adalah terpaksa menikah di usia 18 tahun dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya.
Kesialan dalam hidupnya berlanjut ketika ia juga harus di tendang masuk ke Cakrawala High School - sekolah dengan asrama di dalamnya. Dan di tempat itu lah, kisah Krystal yang sesungguhnya baru di mulai.
Bersama cowok tampan berwajah triplek, si kulkas berjalan, si ketua osis menyebalkan. Namun dengan sejuta pesona yang memikat. Dan yang lucunya adalah suami sah Krystal. Devano Sebastian Harvey, putra tunggal dari seorang mafia blasteran Italia.
Wah, bagaimana kisah selanjutnya antara Krystal dan Devano.
Yuk ikuti kisahnya.
Jangan lupa Like, Komen, Subscribe, Vote, dan Hadiah biar Author tambah semangat.
Salam dari Author. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 3 : MANTAN? BUANG AJA
Krystal keluar dari bilik kamar mandi, lalu berhenti di depan wastafel. Ia membersihkan tangannya sembari melihat pantulan dirinya melalui kaca besar di hadapannya. Jika dilihat-lihat secara lekat-lekat seperti ini, ia ternyata memang cantik ya, sangat cantik malah.
Pantas cowok-cowok yang diajaknya pacaran seperti ketiban durian runtuh. Percaya diri? Harus dong. Kalau bukan kita yang muji diri sendiri, lalu siapa lagi? Ketika ia masih membersihkan tangan, pintu toilet terbuka.
Krystal sempat melirik sekilas, melihat siapa yang masuk. Ia lantas mendengus acuh, tidak peduli. Alma dan 3 duyung nya, eh dayang maksudnya. Setelah selesai dengan urusannya, Krystal melangkah melewati empat gadis yang masing-masing menenteng tas make up. Tapi lengannya di tahan oleh salah satu dari mereka, Alma.
"Gue jadian sama Justin."
Krystal melirik tangan yang menahannya, sebelum berpindah pada si empunya, datar.
"Terus?"
"Nggak papa. Gue cuma mau ngasih tau aja. Gue pikir lo nggak tau, kalau mantan lo baru aja nembak cewek ain kurang dari dari sehari setelah putus!" Ujar Alma dengan senyuman angkuhnya. Menekankan kata matan pada kalimatnya.
"Kasihan ya yang dibuang." Satu teman Alma yang lain menyeletuk, lalu disambut tawa dua lainnya dengan Alma yang hanya mengulas senyum penuh kemenangan.
Krystal mendengus tidak peduli, malas meladeni Alma dan para curutnya itu.
"Mau kemana, Krys? Buru-buru amat. Lo nggak mau ngucapin selamat gitu sama gue?"
Tersenyum miring, Krystal berbalik dan melipat tangannya di depan dada. Sekarang ia berdiri berhadap-hadapan dengan Alma, saling menatap satu sama lain.
"Gue dengar Justin yang mutusin lo semalam. Apa gue salah?" Tanya Alma.
"100 buat informasi lo." Balas Krystal santai.
"Sekarang lo sadarkan? Kalau gue jauh lebih baik dari lo. Lo nggak lebih cuma sekedar dianggap mainan sama Justin. Cewek bad dan rusak kayak lo, nggak mungkin bisa dapatin cinta dari cowok nyaris sempurna kayak Justin. Jadi halu nya nggak usah ketinggian."
Krystal tertawa sarkas.
"Kayaknya lo bangga banget ya bisa pacaran sama tu cowok? Siapa namanya? Justin?" Tanya Krystal tanpa merasa terintimidasi.
"Sorry, gue rada lupa. Soalnya kan mantan gue banyak, ya. Jadi emang rada-rada lupa gitu." Sambung Krystal.
"Terus lo bangga?! Nggak nyadar kalau itu murahan namanya, hah?" Seru Alma,
"Gue yang murahan, kenapa lo yang sewot?"
"Gue nggak sewot! Dasar sok cantik! Pantas tahu nggak lo dibuang sama Justin."
"Gue yang dibuang kenapa lo yang..."
"Krystal!! Shut up!" Alma menggeram tertahan.
Sementara Krystal terkekeh pelan melihat wajah kesal Alma. Masih ingin berlama-lama mengusik kapten cheers itu. Krystal melompat naik ke atas wastafel, lalu duduk di sana. Alma bersama 3 temannya yang lain memperhatikan gerak-gerik Krystal dengan heran.
Gadis itu mengeluarkan sebatang rokok menyalipkan di sela bibir, lantas memantik pai pada ujung nya.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Mereka terbatuk karena asap rokok tersebut. Karena posisi duduk Krystal ini berhadapan langsung dengan mereka, ditambah toilet ini minim fentilasi.
"Udah gila lo ya ngerokok di sekolah?! Gue aduin Pak Hasan lo! Ayo girls!"
Bruk!
Alma and the genk yang tadi hendak keluar dari toilet, dibuat kaget oleh Krystal yang tiba-tiba saja melompat turun dari wastafel dan menendang pintu toilet hingga tertutup rapat. Lalu menyandarkan lengan kanannya pada pintu, sembari menghisap rokok.
"MAU NGAPAIN LO! BUKA PINTUNYA! LO MAU BIKIN KITA MATI DI SINI KARENA ASAP ROKOK LO, HAH?!" Sentak salah satu teman Alma.
"Tadi katanya gue nggak usah buru-buru. Sekarang kok malah kalian yang buru-buru? Santai dulu lah. Ini gue mau ngucapin selamat sama kapten cheers kalian ini, nih." Ujar Krystal.
Alma mengernyit, sedikit curiga.
"Tapi sebelum gue ngucapin selamat. Kayaknya penting untuk gue menyampaikan ini sama lo deh. Karena kita adalah makhluk sejenis yang hatinya sangat rapuh layaknya kerupuk yang sekali kunyah langsung hancur." Seru Krystal mendramatisir.
"Ngomong apa sih lo?!" Tanya Alma jengkel.
"Btw, informan lo ngasih tau nggak sih alasan si Justin mutusin gue?" Alma mengernyit, sementara Krystal menghisap rokoknya.
"Nggak tahu, ya? Pecat aja udah informasi kayak gitu. Masa ngasih tau info setengah-setengah ke lo. Nih ya, gue kasih tau...."
"... katanya dia bosan sama gue." Lanjutnya berbisik dramatis.
Alma masih menatap Krystal. Bahkan ketika tangan gadis itu mulai lancang merangkul pundaknya. Lalu berbisik tepat di telinganya.
"Menurut lo cowok kayak gitu setia, hm? Kalau menurut gue sih nggak. Kalau gue aja bisa dibuang kayak sampah. Gimana dengan lo nanti?"
"Sederhananya gini..." masih merangkul Alma.
Krystal menggiring gadis itu untuk berdiri di depan cermin wastafel. Mereka saling menatap melalui pantulan cermin itu. Yang memperhatikan perbedaan bentuk wajah keduanya.
"... kalau gue yang cantik tanpa make up aja udah dibuang. Apalagi lo yang cantik cuma karena make up 10 lapis kayak gini. Apa nggak akan dibuang plus diinjak nanti, hm?"
Krystal melepaskan rangkulannya pada Alma yang mematung dengan kedua tangan terkepal erat, ia bisa merasakan emosi terpendam dalam diri gadis itu. Tersenyum miring acuh tak acuh.
Krystal berbalik pergi pergi meninggalkan toilet, tidak lupa menyalipkan sisa rokoknya tadi di sela jari telunjuk dan tengah Alma.
"Udah dandan menor aja masih kalah cantik dari gue. Sadar diri dong lawan lo siapa. Heran gue. Segitu maunya ya lo berada di atas gue? Kasihan gue sama lo, Al. Udah kayaan, kayaan gue daripada lo. Cantik-cantikan gue, populer juga gue. Pintar? Kayaknya juga pinter gue deh. Terus lo mau saingan sama gue? Apa nggak halu namanya, hm?" Krystal terkekeh.
Melihat lawannya kini mematung, Krystal tersenyum miring lantas pergi.
"ARGHHH KRYSTAL, BITCH. SIALAN LO!!!" Teriak Alma penuh kegeraman. Wajahnya sampai memerah karena menahan amarah.
Tiga temannya bahkan sampai bergidik ngeri.
Tak lama...
"APA-APAAN INI ALMA?! KAMU MEROKOK DI SEKOLAH, HAH?!"
Kehadiran Pak Hasan membuat Alma and teh genk kaget bukan main. Alma yang menyadari jika di tangannya masih ada rokok, langsung melempar beda tersebut ke lantai dengan panik.
"Nggak, Pak. Saya nggak ngerokok, itu tadi..." Alma gelagapan.
"IKUT SAYA KE RUANGAN!! KALIAN JUGA!
"Tapi, Pak..."
"SE. KA.RANG!"
"*Krystal sialan lo! Awas lo, ya!" Batin Alma*.
Sementara di balik tembok koridor itu Krystal yang tertawa puas melihat Alma and the genk yang digiring oleh Pak Hasan menuju ruangan wakil kepala sekolah. Matanya bertemu dengan Alma yang sempat melirik tajam penuh permusuhan padanya.
Ia lantas dengan wajah meledek melambaikan tangannya, yang membuat Alma disana kian kesal namun tidak bisa membalasnya. Setelah Alma and the genk tidak terlihat, akhirnya Krystal memutuskan untuk kembali ke kelas.
Suasana koridor lengang, karena proses pembelajaran sudah kembali dimulai setelah jam istirahat sudah berakhir. Krystal menghentikan langkahnya saat sosok tubuh jangkung menghalangi jalannya.
Senyum Krystal pudar. Mengangkat sebelah alisnya memandang datar pada Justin yang berdiri dihadapannya.
"Krys, kita harus bicara." Ujar Justin mendekat pada Krystal.
Tidak menggubris, Krystal berjalan melewati Justin. Namun tangannya dicekal setelah itu.
"Krys."
"Apaan, sih?! Biar gue perjelas. Kita udah putus!" Krystal menepis tangan Justin.
"Iya dan itu kebodohan untuk aku, Krys." Ujar Justin cepat.
Krystal tersenyum sinis.
"Bagus kalau lo menyadari kebodohan itu. Lo emang bodoh! Bego! Nggak tahu diri! Lo pikir lo siapa bisa nginjak harga diri gue kayak gini, hm?!"
Harga diri adalah sesuatu yang akan dijunjung tinggi oleh Krystal sampai mati.
"Dan satu lagi, lo bilang ini kebodohan lo kan? Tapi sikap lo hari ini yang jadian sama cewek lain, udah nunjukin kalau lo emang bajingan, sialan!"
Justin terima dengan semua makian Krystal itu.
"Aku tau aku salah. Tapi aku terpaksa mutusin kamu. Dan aku pikir..."
"Dan lo pikir ketika jadian sama Alma bakalan bikin gue cemburu gitu?! Bego! Lo pikir segampang itu buat bikin gue cemburu, hah? Justin bungkam.
Krystal Melipat tangan di dada.
"Lagian ya, lo kalau dilihat-lihat juga nggak ganteng-ganteng banget. Gue pacaran sama lo juga karena penasaran doang kali, gimana rasanya pacaran sama Cassanova sekolah. Ya itung-itung nambah follower instagram gue lah. Sama itu hmmm, lumayan buat manas-manasin fans lo yang centil-centil kek tante-tante girang itu."
Harga diri Justin semakin seperti diinjak-injak ketika pundaknya ditepuk-tepuk kuat.
"Jadi nggak usah geer-geer banget, ya. Thanks care! Semoga lo langgeng sama cewek lo yang tampangnya pas-pasan itu."
Diakhiri dengan Krystal tersenyum miring. Setelahnya Krystal melangkah pergi an sempat memberikan jari tengahnya ke arah Justin. Justin menatap kepergian Krystal dengan sendu.
Meski uapan Krystal tadi sungguh keterlaluan, namun bukan itu yang membuatnya sakit hati, melainkan karena kebodohannya yang memutuskan hubungan begitu saja dengan gadis yang bahkan sudah lama ia dambakan.
Mengacak rambutnya gusar, hingga benar-benar abak-acakan. Sialan! Ini semua gara-gara cowok misterius malam itu yang mengancamnya.
**Flasback On**
"*Putusin Krystal*!!"
"*Siapa lo? Nggak kenap tapi nyuruh-nyuruh gue. Minggir*!"
*Jantungnya berpacu kencang ketika laki-laki tidak dikenal dihadapannya ini mulai menodongkan pistol ke arahnya. Sialan! Apa-apaan ini*?!
"*Putusin dia malam ini! Atau keluarga lo bangkrut? Atau penawaran paling ringan reputasi lo di SMA Panca Dharma rusak. Atau..." menjedanya sesaat*.
"...ada pesan-pesan terakhir sebelum peluru di dalam sini nembus kepala lo, hm?"
*Sialan*!
*Laki-laki itu menggunakan masker hitam dan topi dengan warna selaras, yang menutupi hampir seluruh wajah. Sehingga ia tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, terlebih di kegelapan malam seperti ini*.