Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Arion
Bab 2 -
"Rere, aku pulang."
Wanita itu tersenyum sumringah mendapati sang kekasih pulang dengan buah-buahan permintaannya. Rere mendekat untuk memeluk Arion, dan pria itu membalasnya.
"Kenapa kamu lama sekali? aku merindukanmu."
Arion hanya tersenyum tipis dan mengelus kepala Rere dengan lembut. Sudah sekitar satu bulan lamanya mereka bersama. Setiap kali Arion pulang dari sekolah, maka Rere akan menyambutnya.
Sementara Rere akan berkebun di halaman kecil yang terletak di belakang rumah mereka. Rere menanam berbagai macam tanaman yang bisa diubah menjadi makanan, tentunya untuk menghemat pengeluaran mereka.
"Ah, bagaimana ini! Aku harus memastikan supnya tidak hangus," ucap Rere yang melepaskan pelukan Arion kemudian bergegas menuju dapur.
"Berhati-hatilah."
"Iya!"
Setelah itu mereka menikmati makan malam dengan khidmat, sebelum akhirnya Rere kembali terkurung dalam kukungan tubuh Arion, meskipun saat itu dia segera menahan agar Arion tidak menerkamnya.
"Malam ini sepertinya tidak bisa, karena aku sedang datang bulan."
Arion tidak membalas ucapannya melainkan mengecup pelan bibir Rere, tidak lama setelah itu dia meraba dan menarik selimut untuk tubuh Rere.
"Uh, perhatiannya aku jadi ingin segera menikah denganmu."
Lagi-lagi Arion tidak menjawab, namun Rere tidak akan mempermasalahkannya. Karena dia merasa dia sudah mengenal gerak-gerik Arion, pria itu tidak mengucapkannya lewat kata-kata, melainkan dengan tindakan.
"Arion, aku benar-benar mencintaimu." Rere mengucapkannya dengan mudah kemudian memeluk pria itu.
"Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu. Di dunia ini, hanya dirimu yang bisa aku andalkan. Terimakasih karena sudah menjadi bagian dari hidupku." Rere bersungguh-sungguh ketika mengatakannya.
Namun Arion hanya membalasnya dengan senyum tipis, "Tidurlah," ucapnya kemudian memeluk Rere.
Kalau Rere menunjukkan kasih sayangnya dengan kata-kata, maka Arion memperlihatkan kesungguhan hatinya dengan sebuah tindakan, setidaknya itulah yang Rere pikirkan.
Sampai suatu hari, ketika Rere sedang mempersiapkan makan siang untuk dia bawa ke sekolah tempat Arion mengajar. Rere merasakan perutnya mual bukan main, dia segera berlari menuju wastafel hanya untuk memuntahkan cairan bening saja.
Tunggu, dia baru ingat kalau dirinya hanya datang bulan sehari. Rere merasa itu kondisi yang tidak wajar, belum lagi mual-mual yang saat ini dia rasakan.
Sepertinya siang ini, setelah mengantarkan bekal makanan untuk Arion, Rere akan pergi memeriksakan kondisinya ke rumah sakit.
Diam-diam ada yang saat ini tengah mengawasi Rere dari kejauhan. Seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam, kemudian menghela nafas dengan ekspresi kesal.
Siang harinya, Rere menunggu kelas Arion selesai. Kemudian saat pria itu keluar kelas, Rere langsung menghampiri dan memeluknya, toh Arion tidak bisa melihat, jadi dia tidak akan masalah kalau banyak orang yang saat ini memperhatikan mereka.
"Arion, aku membawakan bekal makan siang untukmu," ucap Rere.
"Terimakasih, Rere."
"Apapun untukmu Arion," balas Rere kemudian mengecup singkat bibir ranum pria itu.
"Ah, aku akan pergi sebentar ke kota. Mungkin akan pulang malam, apa tidak masalah?" Tanya Rere yang sengaja izin terlebih dahulu dengan Arion.
Kemudian pria itu membalasnya dengan anggukan singkat, "Hati-hati dijalan."
"Iya, Arion."
Sebenarnya Rere ingin Arion juga ikut menemaninya. Namun Rere sadar kalau Arion pasti akan kelelahan, belum lagi Arion punya kondisi khusus, dan Kota adalah tempat yang ramai, Rere takut Arion tidak nyaman.
Setelah sekian lama akhimya Rere kembali lagi ke kota. Jalanan Kota Spans begitu ramai meskipun belum jam pulang kantor.
Sejenak Rere mampir ke rumahnya dulu. Namun sekarang rumah tersebut kosong dengan tanda bertuliskan "Rumah Dijual." Sudah pasti Julie akan menjual rumah tua dan sempit ini.
Sayangnya Rere tidak berdaya untuk mengambil hak atas rumah ini. Mengingat sang Ayah meninggalkan mereka dengan segunung hutang, Rere masih sadar diri untuk tidak menyebut-nyebut bagiannya saat sang Ayah meninggal, maupun saat dirinya di usir.
Rere berdebar ketika mendengar sesuatu yang dia sangat tidak sangka sama sekali. "Selamat Nyonya, anda hamil."
"Usia kandungannya masih tiga minggu, masih sangat rentan keguguran. Flek merah yang anda kira sebagai menstruasi hanya bukti bahwa saat itu anda terlalu lelah."
Rere menyentuh permukaan perut ratanya dengan sebuah senyum yang mengembang. Dia benar-benar terharu sekaligus bahagia. Saat ini dia mengandung bayi Arion. Buah hatinya dengan Arion.
Rere kemudian ingat, bahwa besok adalah hari ulang tahun Arion yang ke dua puluh lima tahun. Rere merasys akan menyimpan kabar membahagiakan ini sampai hari ulang tahun Arion besok tiba.
Rere tidak bisa membayangkan, bagaimana Arion bereaksi terhadap kehamilannya. Apakah pria itu juga akan bahagia dan menangis terharu seperti dirinya, atau hanya tersenyum tipis dan mengucapkan sepatah kata, seperti yang selalu dia lakukan.
Namun setidaknya Rere bersyukur, dengan adanya buah hati dia dan Arion. Maka lengkap juga kebahagiaannya, sayang sekali karena mungkin Arion tidak akan melihat bayi ini akan mirip dengannya atau dengan Rere.
Ah, Rere jadi tidak sabar memberitahu Arion berita bahagia ini. Sampai ketika malam tiba, Rere terus mendusel manja pada leher Arion.
Sementara pria itu terus memeluknya dan mengelus puncak kepalanya dengan lembut.
"Kenapa hari ini kamu begitu manja, heum?"
Rere terkekeh, "Aku memang selalu ingin manja denganmu."
"Aku selalu ingin memelukmu, menciummu, dan aku selalu ingin berada disampingmu."
Hening
Rere sadar kalau Arion tidak mungkin membalas ucapannya, namun pria itu langsung menarik dagunya kemudian mencium bibir Rere dengan rakus, seolah-olah sedang mengatakan bahwa Arion juga mencintainya.
Saat itu Rere berpura-pura untuk tidur karena dia akan menunggu pukul dua belas malam, kemudian mengejutkan Arion dengan kue yang sudah dia persiapkan dan berada dalam kulkas.
Rere berdebar bukan main saat menyadari dirinya tidak sabar untuk memberitahu Arion tentang kehadiran bayi mereka.
Namun saat sedang berpura-pura tertidur itu, Rere justru mendengar sesuatu yang tidak seharusnya dia dengar.
"Salam sang penguasa muda, Arion De Espencer."
Rere masih terus diam, entah kenapa dia merasa seolah-olah pergerakannya tidak terdeteksi oleh Arion maupun pria yang baru saja berbicara tadi.
"Apa yang dilakukan oleh Rere tadi?"
"Beliau pergi ke rumahnya dulu, dan juga pergi ke rumah sakit."
"Dia sakit?"
"Sepertinya begitu tuan muda."
Rere bisa mendengar helaan nafas Arion. Kemudian elusan tangan Arion di puncak kepala Rere membuat tubuh Rere entah kenapa merasa tenang.
"Besok sudah waktunya berangkat?"
"Itu benar tuan muda. Yang mulia Raja Arthur dan Ratu Liliana sudah menanti kehadiran tuan muda."
Rere bungkam, meskipun dia ingin sekali saat ini membombardir Arion dengan banyak pertanyaan, namun Rere harus menahannya lebih dulu.
"Kamu sudah membawa barang yang aku minta?"
"Sudah tuan muda."
"Ramuan kontrasepsi dan juga ramuan pelupa ingatan."
Rere terkejut bukan main. Saat itu dia menyadari bahwa Arion tidak pernah ingin memiliki anak dengannya. Ramuan kontrasepsi, dan ramuan pelupa ingatan?
"Aku tidak ingin dia melupakannya, namun aku harus membuatnya melupakan apa yang pernah kami lalui. Sebagai seorang putra mahkota wilayah Taewon, aku tidak boleh membuat keputusan yang gegabah."
"Apa tidak sebaiknya anda pergi malam ini juga?" Tanya kesatria itu lagi.
"Tidak bisa."
"Besok malam, aku pasti akan melupakannya. Maka dari itu, aku ingin menghabiskan satu malam lagi bersama dengannya.
Seolah tidak mendengar apapun semalam, Rere bisa merasakan kalau gerak-gerik Arion sangat aneh. Dia menjadi sosok yang lebih penyayang dan lebih lembut dari biasanya..
Namun Rere selalu murung, dia ingin bertanya. Sebenarnya siapa sosok Arion? Tapi Rere begitu pengecut dan takut, jika Arion akan meminumkannya ramuan itu saat ini juga.
Maka yang Rere bisa lakukan adalah menikmati waktu singkat ini bersama dengan Arion, Mulai dengan membuat kue ulangtahun, mendekorasi ruangan tengah kecil, dan juga berkebun bersama.
Saat sinar matahari mulai surut, hati Rere berdebar-debar dengan derai air mata yang tidak berhenti untuk mengalir. Namun dia selalu mengusapnya ketika ada kesempatan.
Mereka duduk berdua di ayunan belakang rumah, yang menghadap langsung ke arah matahari terbenam. Rere mengalihkan pandangannya ke sebuah gelas berisi air berwarna ungu pekat yang Rere bisa tebak, adalah air ramuan yang dimaksud Arion semalam.
"Arion, aku sebenarnya penasaran."
"Heum?" Arion masih terus merangkul Rere.
"Siapa dirimu sebenarnya?
Arion tersenyum tipis, "Konon di dunia ini ada dua negeri yang hidup saling berdampingan. Satu adalah negeri yang diberkati Tuhan, dan satu lagi adalah negeri yang damai tanpa ada campur tangan berkat Tuhan."
"Lalu?"
"Negeri Luminos adalah negeri yang diberkati oleh Tuhan. Tempat itu dihuni oleh lima klan yang masing-masing menguasai satu wilayah, dan aku adalah putra mahkota dari wilayah yang bernama Taewon."
Arion penasaran, karena tidak ada jawaban dari sebelahnya.
Namun tidak lama setelah itu dia terkekeh kecil.
"Bercanda."
Rere menghela nafas, dia masih cukup terkejut dengan ucapan Arion sekarang. Itu semua adalah hal baru untuknya.
"Aku merasa, kamu terdengar seperti tidak bercanda Arion."
Arion hanya diam, meski setelahnya tangan besar itu meraba ke area samping dan membawa gelas berisi ramuan pekat berwarna keunguan itu ke arah Rere.
"Seperti apa warna langit saat ini re?"
Rere tersenyum kecut, "Warnanya jingga ke unguan."
"Aku ingin setelah matahari benar-benar terbenam, kamu bisa langsung meminum obat ini re."
"Apa minuman obat yang kamu bawa itu?"
"Hanya obat untuk mengurangi rasa mualmu," balas Arion.
Rere menangis lirih, "Kamu bohong Arion. Sayangnya Arion memang tidak mendengar lirihan pelan Rere.
Dadanya terasa sesak, namun dia terlalu takut untuk protes. Seolah-olah momen ini sudah ditunggu oleh Arion, Rere juga yakin kalau saat ini di belakangnya, pasti ada orang-orang yang siap menjemput Arion.
"Tapi sebelum itu, aku ingin kamu mengatakan kamu mencintaiku, sambil mengelus perutku."
"Kenapa?"
"Agar rasanya lebih enak saja."
Arion tersenyum tipis, "Pasti saat ini kamu sedang mual?"
"Iya."
"Minumlah obat itu."
"Iya Arion, jadi tolong lakukan permintaanku."
Pria itu mengalah dan saat ini mengelus perut rata Rere, kemudian mengucapkan kata-kata yang ingin sekali Rere dengar.
"Aku mencintaimu."
Rere menganggukkan kepalanya pelan kemudian berpura-pura terlihat sedang meminum ramuan itu padahal sebenarnya, dia menumpahkan ramuan itu ke tanah.
"Aku sudah meminumnya."
"Kemudian beristirahatlah," ucap Arion.
"Arion," panggil Rere.
"Iya?"
"Selamat ulangtahun, dan aku mencintaimu."
Arion mengecup bibir Rere lembut, kemudian dia bisa merasa tubuh Rere limbung ke dalam pelukannya. Arion terdiam dengan air mata yang tiba-tiba mengalir.
Namun saat itu semua pasukan kesatria bayangannya sudah berkumpul membentuk lingkaran. Seolah-olah sedang menanti Arion untuk bersiap kembali ke kerajaan mereka.
Dengan berat hati Arion mengecup pelan kening Rere, dan menggendong Rere menuju kamar, setelah itu dia keluar dari pondok kecil tersebut.
Ketika malam bulan purnama tiba, kepala Arion mendadak sakit.
Semua memorinya ketika berada di dunia manusia hilang begitu saja.
Iris matanya yang berwarna Abu, kini berubah menjadi warna biru.
Sejenak dia menatap bangunan kecil yang ada di belakangnya.
"Ayo kembali."
Diam-diam Rere menyaksikan itu semua dari balik tirai jendela.
Hatinya saat itu hancur melihat Arion perlahan bergerak menjauh darinya kemudian benar-benar pergi meninggalkannya.
Rere mengulurkan tangannya untuk menyentuh perutnya yang rata, "Nak, Ayahmu telah meninggalkan kita."
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?