NovelToon NovelToon
Beginning And End : Dynasty Han.

Beginning And End : Dynasty Han.

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Time Travel / Mengubah Takdir / Perperangan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:429
Nilai: 5
Nama Author: raffa zahran dio

cerita sampingan "Beginning and End", cerita dimulai dengan Kei dan Reina, pasangan berusia 19 tahun, yang menghabiskan waktu bersama di taman Grenery. Taman ini dipenuhi dengan pepohonan hijau dan bunga-bunga berwarna cerah, menciptakan suasana yang tenang namun penuh harapan. Momen ini sangat berarti bagi Kei, karena Reina baru saja menerima kabar bahwa dia akan pindah ke Osaka, jauh dari tempat mereka tinggal.

Saat mereka duduk di bangku taman, menikmati keindahan alam dan mengingat kenangan-kenangan indah yang telah mereka bagi, suasana tiba-tiba berubah. Pandangan mereka menjadi gelap, dan mereka dikelilingi oleh cahaya misterius berwarna ungu dan emas. Cahaya ini tampak hidup dan berbicara, membawa pesan yang tidak hanya akan mengubah hidup Kei dan Reina, tetapi juga menguji ikatan persahabatan mereka.

Pesan dari cahaya tersebut mungkin berkisar pada tema perubahan, perpisahan, dan harapan...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 : Ashura dan Ashinamaru.

Kei, biasanya tenang dan dingin bagai es, kini dipenuhi amarah yang membara. Amarah itu bukan sekadar kemarahan biasa, melainkan api yang menyala-nyala karena sosok di hadapannya telah menakuti Reina, satu-satunya orang yang mampu mencairkan hati esnya. Suaranya menggelegar, lantang, penuh dengan keputusasaan terselubung, "Perang? Apa maksud kalian berdua?!" Alisnya mengerut tajam, mencerminkan kekesalan yang begitu dalam, sebuah kekesalan yang bercampur dengan rasa takut kehilangan Reina.

The Dragon Abyss dan The Dragon Angel, bersuara serentak, kata-kata mereka seperti palu yang menghantam hati Kei dan Reina. "Kami akan mengirim kalian ke masa peperangan Dinasti Han, tepatnya tahun 184 Sebelum Masehi." Suara mereka dingin, tanpa sedikitpun belas kasih, seolah mereka hanya pion dalam permainan takdir yang mengerikan. Kei merasakan tinju yang tak terlihat menghantam perutnya, membuatnya sesak napas. Kehilangan kendali atas situasi ini membuatnya semakin marah.

Ketakutan yang menusuk tulang merasuki Reina. Bukan hanya karena ancaman perang, tetapi juga karena ketidakpastian yang mencengkeram jiwanya. "Tunggu dulu... peperangan tahun 184 Sebelum Masehi? Pemberontakan Yellow Turban?" Suaranya bergetar, suara itu seperti tetesan air mata yang jatuh perlahan di atas tanah yang haus, mencerminkan keputusasaan dan keraguan yang menggelayut di hatinya. Setetes air mata jatuh, menandai awal dari tangisan yang tertahan. Dia menggenggam erat lengan Kei, mencari kekuatan dan penghiburan.

"Benar," sahut The Dragon Abyss dan The Dragon Angel, suara mereka bagai vonis mati yang tak bisa dihindari. "Pemberontakan Yellow Turban. Kalian akan berada di tengah-tengahnya." Kata-kata mereka menusuk hati Reina, menimbulkan gelombang ketakutan dan kepanikan yang dahsyat. Dia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu.

Kei, berusaha menjaga ketenangan—sebuah topeng yang menutupi kecemasannya yang mendalam—bertanya dengan nada yang berusaha santai, namun getaran di suaranya mengkhianati ketenangan itu. "Tapi... apa tujuan kalian? Kami berdua tidak pandai berperang. Kami tak terlatih menggunakan senjata tajam." Di balik ketenangannya, tersimpan rasa takut yang mencekam, takut akan bahaya yang mengintai mereka, takut akan ketidakmampuannya melindungi Reina. Dia melirik Reina, matanya penuh dengan kekhawatiran.

The Dragon Angel, suaranya lembut bagai belai namun menusuk bagai duri, menjawab, "Jangan takut. Kami akan masuk ke dalam jiwa kalian." Pisah dari The Dragon Abyss, ia mendekati Reina, menimbulkan rasa waspada dan ketakutan yang semakin besar di hati Reina. "Apa yang kau lakukan? Jangan mendekat!" teriakan Reina adalah manifestasi dari rasa takut yang memuncak, sebuah jeritan jiwa yang memohon perlindungan. Namun, The Dragon Angel mengabaikannya, menembus tubuh Reina seperti hantu yang tak terlihat.

Sebuah kekuatan aneh mengalir di sekujur tubuh Reina, membuatnya merasa tak berdaya, seperti boneka yang dikendalikan oleh kekuatan yang lebih besar. Dia merasakan sensasi aneh, seperti ribuan jarum menusuk kulitnya, kemudian diikuti oleh gelombang panas yang membakar tubuhnya dari dalam. Pakaiannya berubah seketika, dari pakaian biasa menjadi baju perang yang megah, mengingatkannya pada kisah-kisah fantasi yang pernah dibacanya. Aura cahaya keemasan mengelilingi tubuhnya, menciptakan keindahan yang menakutkan. Keheranan bercampur dengan rasa takut yang masih membayangi dirinya. Dia merasakan kekuatan yang baru, namun juga ketakutan akan apa yang akan terjadi.

Kei, tercengang oleh perubahan yang terjadi pada Reina, merasakan gelombang emosi yang kompleks. Kekhawatiran, kejutan, dan rasa tak berdaya bercampur aduk dalam hatinya. "Reina... pakaianmu..." suaranya bergetar, menunjukkan keprihatinannya yang mendalam. Dia melangkah mendekat, siap melindungi Reina dari apapun yang akan terjadi.

Reina, melihat penampilan barunya di cermin besar yang muncul secara tiba-tiba, merasakan campuran emosi yang tak terduga. Keheranan, ketakjuban, dan sedikit rasa bangga bercampur dengan rasa takut yang masih membayangi dirinya. "Wah... ini sangat indah! Tunggu dulu..." Kegembiraan itu hanya sesaat, sebelum kebingungan dan rasa takut kembali menguasainya. "Cahaya apa ini yang mengelilingi tubuhku?" suaranya bergetar, menunjukkan rasa takut yang belum hilang sepenuhnya. Dia merasakan kekuatan yang luar biasa, namun juga ketakutan akan konsekuensinya.

The Dragon Angel, dari dalam diri Reina, menjawab dengan suara lembut dan menenangkan, namun nada perintah tersirat di balik kelembutan itu. "Ini adalah kekuatanku. Gunakanlah di medan perang, terutama saat terdesak." Kehadiran The Dragon Angel di dalam dirinya menimbulkan perasaan yang ganjil, sebuah campuran antara kekuatan dan rasa terkekang. Reina merasakan sebuah kekuatan baru, namun juga sebuah beban tanggung jawab yang berat.

Sementara itu, The Dragon Abyss memasuki tubuh Kei. Dia merasakan sensasi dingin yang menusuk tulang, diikuti oleh kekuatan yang luar biasa. Di cermin besar yang dikelilingi aura kegelapan ungu, Kei melihat dirinya berubah. Dia merasakan kekuatan yang gelap dan mengerikan mengalir dalam dirinya. Rambutnya yang gelap disisir rapi, mata birunya tajam, baju zirah gelap dengan detail emas yang rumit, dua pedang panjang berwarna hitam keunguan dengan aura kegelapan mengelilinginya. Dia merasakan kekuatan yang luar biasa, namun juga kegelapan yang mengancam.

"Bagaimana? Kau suka?" The Dragon Abyss, kini Ashura, bersuara berat dan sedikit menakutkan, seperti Raja Iblis. Suaranya bergema di dalam pikiran Kei, membuatnya merasakan kekuatan yang tak terkendali.

Kei, dengan tatapan datar, menjawab, "Ya, aku suka. Dan aku akan menamaimu Ashura." Dia menerima kekuatan ini, bukan karena ia menyukainya, tetapi karena ia harus melindungi Reina.

"Bagus," puji Ashura. Suaranya penuh dengan kepuasan, sebuah kepuasan yang membuat Kei semakin waspada.

Reina, melihat Kei yang gagah dengan dua pedang di tangan, berkata kepada Ashinamaru, "Hei, Ashinamaru, mana senjataku? Aku tak mungkin berperang dengan tangan kosong!" Suaranya sedikit merajuk, menunjukkan sisi manusiawinya yang masih ada di balik kekuatan baru yang ia miliki.

"Oh, iya," Ashinamaru terkejut, "Aku lupa." Suaranya penuh dengan penyesalan, menunjukkan bahwa ia masih dalam proses belajar mengendalikan kekuatan barunya.

Seketika, katana berwarna silver dengan gagang hitam dan sedikit emas turun dari langit-langit. Reina mengambilnya, dan cahaya emas menyinari katana tersebut, mengaktifkan kembali mode Ashinamaru, sayap emas dan cahaya emas mengelilingi tubuhnya. Dia merasa lebih percaya diri, kekuatan baru ini memberinya harapan untuk bertahan hidup.

"Sayapku muncul lagi!" seru Reina gembira. Namun, kegembiraannya bercampur dengan rasa takut akan apa yang akan terjadi di medan perang.

"Kau orangnya sangat ceria," kata Ashinamaru, "Aku senang berada di sisimu." Suaranya penuh dengan kekaguman, menunjukkan bahwa ia juga merasakan ikatan yang kuat dengan Reina.

Kei mendekati Reina, "Kau sangat cantik," katanya, dengan senyum tipis yang tak mampu menyembunyikan kelembutannya. Dia merasakan sebuah ikatan yang kuat dengan Reina, sebuah ikatan yang akan menguatkan mereka dalam menghadapi bahaya yang akan datang.

"Makasih, Kei, kamu juga tampan," balas Reina, wajahnya memerah. Dia merasakan sebuah rasa syukur yang mendalam, syukur karena ia memiliki Kei di sisinya.

Ashura berkomentar, "Hei, Hasane Reina, pacarmu ini sangat dingin. Apakah biasanya dia seperti ini saat berbicara dengan pasangannya?" Suaranya penuh dengan sarkasme, menunjukkan bahwa ia tidak begitu menyukai Kei.

"Ya, memang begitu," jawab Reina, "Semoga kau nyaman di dalam tubuh Kei." Reina dan Ashinamaru tertawa bahagia, sebuah tawa yang berusaha menutupi ketakutan yang masih ada di hati mereka.

"Hah... merepotkan saja," ucap Ashura. "Baiklah, kami akan memberitahu kalian tujuan kami. Kami akan bereksperimen mengubah sejarah Dinasti Han." Suaranya dingin dan penuh dengan ambisi, menunjukkan bahwa ia tidak peduli dengan nasib Kei dan Reina.

"Oh... aku mengerti, berarti kalian memakai tubuh aku dan Kei untuk menumpang dan memberi kekuatan seperti ini untuk merubah sejarah?" tanya Reina dengan suara yang lembut, namun ada sedikit keraguan di balik kelembutannya.

"Lebih kurang begitu... Reina, dan seiring berjalannya waktu, buatlah dinasti sendiri, yaitu Dinasti God." ucap Ashinamaru kepada Reina. Suaranya penuh dengan harapan, menunjukkan bahwa ia percaya pada kemampuan Reina.

"Baiklah, waktu kita tidak banyak lagi... kami akan mengirim kalian ke peperangan Yellow Turban, hancurkan Zhang Jiao dan bekerjasamalah dengan Liu Bei, Zhang Fei, dan Guan Yu," ucap Ashura, suaranya berat dan bergema di dalam pikiran Kei, menimbulkan gelombang kegelisahan yang dingin. Kei merasakan beban tanggung jawab yang luar biasa, beban yang harus dipikulnya untuk melindungi Reina dan mengubah sejarah.

"Baiklah, Ashura. Kirim kami ke medan perang itu," ucap Kei, suaranya datar, namun tekad baja terpancar dari matanya. Dia tidak akan membiarkan Reina terluka, tidak peduli seberapa besar bahaya yang mengintai mereka. Dia menggenggam erat pedangnya, siap menghadapi apapun yang akan terjadi.

Seketika, Kei mengaktifkan mode Ashura. Perubahan itu terjadi dengan cepat dan dahsyat. Tanduk runcing yang tajam tumbuh dari kepalanya, sayap iblis berbulu elang lebat berwarna hitam pekat membentang di punggungnya, menciptakan bayangan gelap yang menakutkan. Tubuhnya memancarkan aura kegelapan hitam keunguan, dan kedua pedangnya memanjang, memancarkan aura kegelapan yang dingin dan mematikan. Kei merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir dalam dirinya, kekuatan yang membuatnya merasa kuat namun juga sedikit tertekan.

Reina, melihat perubahan Kei, merasakan campuran emosi yang kompleks. Kekaguman, ketakutan, dan sedikit kekhawatiran bercampur aduk dalam hatinya. Dia pun mengaktifkan mode Ashinamaru. Cahaya keemasan yang menyilaukan membasahi tubuhnya, sayap bidadari yang anggun dan berkilau terbentang di belakangnya, menciptakan keindahan yang menakjubkan. Dia merasakan kekuatan yang lembut namun kuat mengalir dalam dirinya, memberinya keberanian dan kepercayaan diri. Namun, di balik keindahan itu, tersimpan rasa takut yang masih membayangi dirinya.

"Kau siap, Reina?" tanya Kei, suaranya datar, namun ada sedikit kelembutan yang tersembunyi di balik ketatnya. Dia menatap Reina, matanya penuh dengan perhatian dan kekhawatiran.

"Iya... aku juga siap," jawab Reina, suaranya bergetar sedikit, namun tetap menunjukkan semangat dan tekad yang kuat. "Aku sangat bersemangat sekarang..." Senyumnya cerah, namun mata indahnya masih menunjukkan sedikit ketakutan. Dia memegang erat katananya, siap menghadapi apapun yang akan terjadi. Dia merasakan sebuah ikatan yang kuat dengan Kei, ikatan yang akan menguatkan mereka dalam menghadapi bahaya yang akan datang.

"Baiklah... ayo berangkat," ucap Ashura dan Ashinamaru serentak, suara mereka bergema di dalam pikiran Kei dan Reina, menandai dimulainya petualangan mereka yang berbahaya. Kei merasakan sebuah tekad yang kuat, tekad untuk melindungi Reina dan mengubah sejarah. Reina merasakan sebuah harapan yang baru, harapan untuk bertahan hidup dan menciptakan perubahan.

Seketika, pintu istana terbuka, memancarkan cahaya kuning terang yang menyilaukan. Cahaya itu seperti sebuah terowongan waktu, membawa mereka ke masa lalu. Kei dan Reina berlari keluar dari pintu itu, senjata mereka siap, langkah mereka mantap dan penuh dengan tekad. Mereka berlari menuju medan perang, menuju masa lalu yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian. Namun, mereka tidak sendirian. Ashura dan Ashinamaru, kekuatan yang ada di dalam diri mereka, akan menjadi senjata terkuat mereka dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Mereka berlari menuju takdir mereka, menuju sebuah petualangan yang akan mengubah sejarah. Di hati mereka, tersimpan tekad yang kuat, tekad untuk bertahan hidup dan menciptakan perubahan. Mereka adalah pahlawan yang tak terduga, pahlawan yang akan menulis ulang sejarah Dinasti Han.

1
MomoCancer🦀
awal yang bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!