NovelToon NovelToon
Cahaya Terakhir Senja

Cahaya Terakhir Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Allamanda Cathartica

Berawal dari hujan yang hadir membalut kisah cinta mereka. Tiga orang remaja yang mulai mencari apa arti cinta bagi mereka. Takdir terus mempertemukan mereka. Dari pertemuan tidak disengaja sampai menempati sekolah yang sama.

Aletta diam-diam menyimpan rasa cintanya untuk Alfariel. Namun, tanpa Aletta sadari Abyan telah mengutarakan perasaannya lewat hal-hal konyol yang tidak pernah Aletta pahami. Di sisi lain, Alfariel sama sekali tidak peduli dengan apa itu cinta. Alfariel dan Abyan selalu mengisi masa putih abu-abu Aletta dengan canda maupun tangis. Kebahagiaan Aletta terasa lengkap dengan kehadiran keduanya. Sayangnya, kisah mereka harus berakhir saat senja tiba.

#A Series

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Allamanda Cathartica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28: Janji yang Terabaikan

Hujan belum juga reda saat Aletta melangkahkan kakinya ke taman kompleks. Suasana begitu sepi, hanya suara rintik hujan yang mengisi udara. Aletta menggigil, tetapi bukan hanya karena udara dingin. Ada sesuatu yang membuatnya gelisah sejak langkah pertama ke tempat ini.

Sambil berjalan di jalur setapak, ingatannya melayang ke minggu lalu. Dia teringat sebuah gedung tua di dekat taman kompleks, tempat dia dan Alfariel pernah menghabiskan waktu bersama di rooftop. Instingnya mengatakan untuk memeriksa tempat itu. Dengan langkah cepat, Aletta menuju gedung tua tersebut.

Saat sampai, matanya mendongak ke arah rooftop. Dia terkejut. Tubuhnya membeku sejenak ketika melihat sosok Alfariel berdiri di tepi atap, tepat di pinggirnya.

"Alfariel!" panggil Aletta dengan panik, suaranya menggema di antara suara hujan.

Namun, Alfariel tidak merespons. Dia seperti terperangkap dalam dunianya sendiri, menatap kosong ke depan.

"Ya Tuhan, jangan!" gumam Aletta dengan napas terputus-putus. Dia buru-buru meraih ponselnya dan menelepon Agisha.

"Gish, gue di gedung tua dekat taman kompleks! Alfariel ada di rooftop, dia … dia kelihatan mau loncat!" Suaranya bergetar, hampir pecah. "Cepat ke sini! Gue nggak tahu harus gimana!"

Tanpa menunggu jawaban, Aletta mengakhiri panggilan dan berlari masuk ke gedung. Tangga yang licin karena hujan membuatnya beberapa kali hampir terpeleset. Namun, tekadnya lebih kuat dari rasa takut. Saat akhirnya tiba di rooftop, napasnya terengah-engah. Dia melihat Alfariel dari belakang, tubuh laki-laki itu tetap bergeming di tepi atap.

"Alfariel!" teriak Aletta, kali ini lebih keras.

Alfariel terkejut dan menoleh. Namun, sebelum dia bisa bereaksi, Aletta sudah menarik lengannya dengan kuat. Gerakan itu membuat keduanya terjatuh ke belakang, menabrak lantai rooftop yang basah.

"Apa yang lo lakuin?!" tanya Aletta dengan suara tinggi. Wajahnya memerah, campuran antara marah, takut, dan lega.

Alfariel menatapnya dengan ekspresi bingung. "Aletta? Kenapa lo di sini?"

Aletta bangkit, tubuhnya gemetar. "Kenapa gue di sini? Harusnya gue yang nanya, kenapa lo berdiri di pinggir atap kayak gitu?! Apa lo gila?"

Alfariel mengalihkan pandangan. "Lo nggak ngerti, Al. Lo nggak tahu apa-apa soal gue, jadi nggak usah ikut campur."

Aletta menatapnya tajam. "Nggak tahu apa-apa? Lo pikir gue nggak peduli sama lo? Kalau gue nggak peduli, gue nggak bakal ke sini, nggak bakal lari-lari di tengah hujan buat nyelamatin lo!"

Alfariel berdiri dan membalas tatapan Aletta dengan mata penuh amarah. "Gue nggak minta lo peduli, Aletta! Hidup gue berantakan, lo nggak perlu ikut-ikutan masuk ke dalamnya!"

"Berantakan? Semua orang punya masalah, Al! Tapi lo nggak bisa seenaknya nyerah kayak gini!" Aletta mulai menangis, tetapi suaranya tetap tegas. "Lo janji sama gue. Lo janji kita bakal lihat senja lagi di sini. Gue kira lo bakal tepati janji itu."

Alfariel terdiam, kata-kata Aletta menusuk hatinya. Namun, dia masih mencoba mempertahankan sikap dinginnya. "Aletta, gue cuma ... gue nggak tahu harus gimana lagi. Semua terasa terlalu berat."

Aletta mendekat, menggenggam kedua tangan Alfariel dengan erat. "Kalau lo merasa berat, kenapa lo nggak cerita? Gue di sini buat lo, Al. Gue selalu ada buat lo. Jangan dorong gue pergi."

Mata Alfariel mulai berkaca-kaca. "Gue takut. Takut ngecewain orang-orang, takut terus-terusan gagal. Gue bahkan takut buat berharap."

Aletta menatap Alfariel dengan sorot mata yang penuh ketegasan, mencoba menembus dinding ketakutannya. "Al, dengerin gue. Nggak ada yang nggak pernah gagal. Semua orang punya momen jatuh, tapi itu bukan alasan buat lo nyerah. Lo nggak sendirian di sini. Gue ada. Gisha, Om Gio, kita semua peduli sama lo. Jangan pernah ngerasa dunia ini nggak peduli sama lo, karena itu nggak benar."

Alfariel memalingkan wajah, seolah berusaha menghindari tatapan Aletta. "Lo nggak ngerti, Al. Lo nggak tahu apa yang gue rasain. Gue capek. Gue capek ngerasa nggak cukup buat semua orang."

Aletta menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan emosinya yang mulai memuncak. "Nggak cukup buat siapa, Al? Kita? Gue? Gue nggak pernah minta lo jadi sempurna. Gue cuma minta lo nggak ninggalin semuanya begitu aja. Gue di sini, gue berusaha buat lo, tapi kalau lo sendiri nggak mau usaha, gue harus gimana?"

Perdebatan di antara mereka semakin memanas, masing-masing terjebak dalam emosi dan rasa kecewa. Langit mulai menggelap, senja perlahan pudar di balik awan yang masih meneteskan sisa hujan.

Langkah kaki tergesa-gesa terdengar mendekat, memecah ketegangan di antara mereka. Agisha dan Gio muncul di rooftop dengan napas terengah-engah, wajah mereka dipenuhi kecemasan.

"Narendra! Apa yang kamu lakukan di sini?" seru Gio, suaranya menggema di tengah keheningan yang mencekam. Dia memandang anaknya dengan campuran kemarahan dan kekhawatiran.

Agisha melangkah mendekat, matanya menatap Aletta dan Alfariel secara bergantian. "Apa yang terjadi di sini? Kenapa kalian berdua malah ribut?"

Aletta menoleh ke arah Agisha, matanya berkaca-kaca oleh kemarahan dan kesedihan. Dia mengambil napas panjang sebelum akhirnya berkata dengan nada yang lebih tenang namun penuh kekecewaan. "Gue kira kalau kita ada di sini lagi, lo bakal tepatin janji lo sama gue. Tapi ternyata gue salah. Kayaknya cuma gue doang yang berharap sama hubungan kita."

Kalimat itu menggantung di udara, mengiris keheningan seperti bilah tajam yang menusuk hati Alfariel. Ucapan Aletta terus terngiang di pikirannya, menciptakan rasa perih yang sulit dijelaskan. Sebelum dia sempat berkata apa-apa, Aletta sudah membalikkan badan dan melangkah pergi, meninggalkan rooftop dengan langkah berat yang dipenuhi kekecewaan.

Agisha memandangi punggung Aletta yang perlahan menghilang di balik pintu. Ada banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan, namun dia memilih menahan diri. Pandangannya beralih pada Alfariel yang kini terlihat begitu rapuh, menunduk dalam diam.

"Nak, ayo pulang. Papa dan Agisha benar-benar khawatir sama kamu," ujar Gio, suaranya penuh kelembutan yang berusaha menyentuh hati Alfariel. Dia menepuk bahu putranya dengan pelan, seolah ingin menyalurkan sedikit kekuatan untuk mengangkat beban berat yang tergantung di sana.

Agisha melangkah mendekat, tanpa ragu langsung memeluk Alfariel erat-erat. "Kak Ren, kita semua sayang sama lo. Jadi, jangan pernah mikir buat ninggalin semuanya. Lo itu penting buat kita," bisiknya dengan suara bergetar, matanya tak kuasa menahan air mata.

Alfariel tetap diam untuk beberapa saat, tubuhnya terasa kaku. Namun, perlahan-lahan, dia mengangguk kecil, seolah menerima kehangatan dan perhatian yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Rasa lelah yang menghimpitnya perlahan terasa sedikit lebih ringan.

Gio dan Agisha memapah Alfariel dengan hati-hati, menuntunnya turun dari rooftop yang menjadi saksi momen kelam itu. Langit malam kini semakin gelap, menyelimuti mereka dengan keheningan yang mendalam. Meski begitu, ada harapan kecil yang mulai tumbuh di antara rasa sakit, harapan bahwa mereka akan menemukan cara untuk menyembuhkan luka yang ada.

***

Bersambung ….

1
Oryza
/Speechless/
Hindia
nah kan bener ada backingannya
Hindia
pantes aja ya ternyata dia punya backingan
Hindia
sok sok an banget
Hindia
parah banget mita
Hindia
sumpah bu tya ini sangat mencurigakan
Hindia
lah berarti selama ini alfariel ngode gak sihh kalau emang ekskul tari itu ada sesuatu
Hindia
Alurnya ringan, sejauh ini bagusss
Hindia
Walahhh alfariel mah denial mulu kerjaannya
Hindia
Gass terus abyan
Hindia
Tumben banget nih si Fariz agak bener otaknya
Gisala Rina
🤣🤣
Gisala Rina
udah lupa ajah nih anak 🤣🤣
Gisala Rina
mungkin ada alasan yang bikin papa lu ga bicara jujur.
Gisala Rina
jangan gitu. begitu juga itu papa lu alfariel 🤬
Gisala Rina
mang eak mang eak mang eak sipaling manusia tampan 1 sekolah 😭
Gisala Rina
cowok bisa ngambek juga yaa ternyata hahaha
Gisala Rina
Kwkwkwkwk kalian kok lucu
Gea nila
mending kamu fokus ajah alfariel. emang sih bakal susah. tapi ya gimana lagi 😭
Gea nila
wkkwkwk sabar ya nasib jadi tampan ya gitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!