NovelToon NovelToon
Loving You Till The End

Loving You Till The End

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Tujuannya untuk membalas dendam sakit hati 7 tahun lalu justru membuat seorang Faza Nawasena terjebak dalam pusara perasaannya sendiri. Belum lagi, perasaan benci yang dibawa Ashana Lazuardi membuat segalanya jadi semakin rumit.

Kesalahpahaman yang belum terpecahkan, membuat hasrat balas dendam Faza semakin menyala. Ashana dan perusahaan ayahnya yang hampir bangkrut, tak memiliki pilihan selain berkata 'ya' pada kesepakatan pernikahan yang menyesakkan itu.

Keduanya seolah berada di dalam lingkaran api, tak peduli ke arah mana mereka berjalan, keduanya akan tetap terbakar.

Antara benci yang mengakar dan cinta yang belum mekar, manakah yang akan menang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LYTTE 02 — A Responsibility

"Ya? Halo, Om? Ada apa?" kata Ashana begitu teleponnya tersambung.

"Apa? Apakah benar-benar mengkhawatirkan? Baiklah kalau begitu, aku akan pulang sekarang juga." Ashana menutup teleponnya. Lalu berjalan ke ruangannya untuk mengecek jadwalnya hari ini.

Ia beruntung karena jadwalnya hari itu kosong.

"Sepertinya aku bisa pergi," gumamnya lalu mengambil tas dan berjalan keluar rumah sakit. Sebelum memasuki mobilnya, ia sempat menitipkan pesan pada resepsionis rumah sakit bahwa ia akan pulang untuk mengurus sesuatu yang penting.

Sesampainya di sana. Bartha Mahendra. Akuntan perusahaan ayahnya sudah duduk di ruang tamu dengan ditemani secangkir kopi hitam.

"Maaf, Om. Sudah lama menunggu?" tanya Ashana begitu masuk ke rumahnya. Melemparkan tasnya ke sofa, ia duduk berhadapan dengan Bartha.

Bartha Mahendra terduduk tegak, meletakkan cangkir kopinya di meja, lalu berkata, "Tidak, kok, tidak terlalu lama. Aku datang untuk menyampaikan hal penting terkait perusahaan ayahmu, Sha."

Mendengar itu, detak jantung Ashana berdetak dua kali lebih cepat. Rasa-rasanya ia tak cukup sanggup untuk mendengar pernyataan apapun yang keluar dari laki-laki yang usianya lebih tua dua dekade darinya itu.

"Maaf jika aku menyampaikan hal seperti ini di saat yang tidak tepat, tapi aku harus memberitahumu hal ini sebagai pewaris utama," lanjut Bartha serius.

"Tidak apa-apa, Om, aku mengerti. Jelaskan saja, Asha akan mencoba memahaminya," kata Asha mencoba berlapang dada.

Rasa sedihnya atas kepergian sang ayah memang belum hilang, tapi ia tahu bahwa sudah tanggung jawabnya untuk mengurus perusahaan ayahnya itu.

Bartha mengulas senyumnya, kemudian, ia pun mulai menjelaskan krisis yang terjadi pada perusahaan Danendra.

Sejak beberapa bulan terakhir, yang Ashana tahu, perusahaan ayahnya memang mengalami beberapa kerugian yang cukup besar. Hal itu pula yang membuat kondisi kesehatan ayahnya mendadak menurun drastis.

"Kita tidak akan bisa mempertahankan perusahaan jika tidak melunasi hutang-hutang perusahaan pada pihak kreditur, belum lagi kita harus membayar gaji karyawan yang sudah tertunggak selama dua bulan." Bartha terlihat menarik napas panjang beberapa kali. Jelas sekali bahwa ia tengah frustasi.

Ashana yang tak terlalu paham dengan urusan perusahaan itu masih mencoba memahami keadaan yang Bartha sebut sebagai krisis perusahaan dengan sebaik-baiknya.

"Apakah tidak ada cara lain untuk menyelamatkan perusahaan ayah, Om?"

Bartha tampak berpikir sejenak, "Mungkin ada, kita harus mencari investor, jika kau menyetujuinya, aku akan mencoba mencari beberapa investor yang tepat."

Kepala Ashana tertunduk, memerhatikan jari-jarinya yang lentik sambil berfikir. "Jika kita tidak menemukannya?" tanyanya penasaran, masih mencoba cara lain yang memungkinkan.

"Yah, kita terpaksa harus menjual perusahaan, setidaknya dengan begitu gaji karyawan masih bisa dibayarkan." Bartha kembali menyesap kopinya.

Ashana tampak berpikir, ia benar-benar tak mengerti persoalan apapun yang menyangkut perusahaan. Selama ini ia hanya belajar tentang cara merawat dan menyembuhkan orang yang sakit bukan tentang neraca dan angka yang menurutnya sangat rumit untuk dipahami.

"Seingatku, Ayah masih memiliki beberapa properti seperti villa kami di Bandung dan mansion di HongKong. Tidak bisa kah kita menjualnya untuk menutupi kerugian itu, Om?" Ashana masih mencoba mencari jalan keluar yang lebih mudah. Meski ia juga tak yakin dengan hal itu.

Bartha menggeleng lemah dan menghela napas panjang sebelum berbicara. "Ayahmu sudah menjual properti itu dua bulan yang lalu, Ashana. Sudah tak ada lagi, kecuali rumah yang sekarang kau tinggali ini," jelasnya.

Pundak Ashana semakin terasa berat, kepalanya bahkan mulai berdenyut memikirkan masalah rumit ini. Ia bahkan tak berani mempertanyakan saham-saham yang kemungkinan masih dimiliki ayahnya, ia takut jawaban yang sama akan diterimanya.

Selama beberapa saat, keduanya sama-sama diam. Memikirkan jalan keluar terbaik untuk mereka semua. Asha menatap sekeliling rumahnya, rumah tempatnya tumbuh, tempat di mana kenangan-kenangan bersama orang tuanya merekah.

Tanpa sadar, kedua mata Ashana mengembun, ia selalu merasa sentimentil dengan rumah ini. Rumah yang dibangun sang ayah dengan jerih payah. Ia tak akan bisa melepaskan rumah ini begitu saja.

"Baiklah, Om, jika hanya itu cara yang kita punya, aku mohon bantuan Om Bartha untuk mencari investor yang tepat. Dengan begitu, setidaknya kita masih memiliki sebagian kepemilikan perusahaan," kata Ashana da akhirnya. Setelah menimbang baik dan buruk, ia memilih mencoba pada kemungkinan pertama.

Tak ada salahnya mencoba, pikir Asha.

"Kau yakin?" tanya Bartha kembali memastikan. Asha mengangguk mantap, ia akan mencoba segala hal yang ia bisa untuk mempertahankan perusahaan dan rumah penuh kenangan miliknya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan segera mencari investor yang cocok. Aku akan mengabarimu jika aku sudah mendapatkannya." Bartha mulai berdiri, ia harus segera mencari investor itu dengan cepat dan tepat.

"Baik, Om, terima kasih atas bantuannya. Aku sangat menghargai apapun usaha Om untuk membantuku."

"Sudah menjadi tugasku. Jaga dirimu, ya, aku pergi dulu." Bartha lalu berjalan keluar dan mengendarai mobilnya. Sedangkan Asha kembali duduk dan meletakkan kepalanya pada sandaran sofa.

"Kak, makan siang sudah siap." Bi Ani datang memberitahunya. Sudah pukul dua belas siang ternyata. Pantas saja perutnya terasa perih.

"Nanti saja, Bi, aku tak selera makan sekarang." Asha justru berjalan naik ke tangga, meninggalkan Bi Ani yang mengkhawatirkan dirinya. "Tolong buatkan aku kopi, Bi."

Bi Ani hanya menghela napas, turut kasihan pada anak majikannya itu. "Baik, Kak. Nanti Bibi bawakan ke atas kopinya."

•••

Langkah kaki Albert menghentak lantai perusahaan menuju sebuah ruangan, meninggalkan bunyi yang seirama dengan langkah kakinya yang lebar. Satu tangannya terulur mengetuk pintu, saat sahutan dari dalam didengarnya, ia langsung mendorong pintu.

Wajah tampan dan serius atasannya langsung tersaji di depan mata. Faza tengah sibuk memeriksa dokumen, tetapi begitu melihat Albert berdiri di depannya, ia langsung melepaskan kacamatanya.

"Ada perlu apa?" tanyanya. Ia harap Albert, asistennya, membawa kabar baik.

Albert mengambil langkah mendekat, sedikit membungkuk hormat. "Saya sudah mengatur pertemuan dengan akuntan perusahaan Lazuardi. Seperti yang Anda duga, Tuan, mereka menyetujui kesepakatan yang ditawarkan. Tetapi, mereka meminta bertemu secara langsung dengan Anda untuk membahas kesepakatan itu lebih lanjut."

Penjelasan yang diberikan Albert, membuat sudut bibir Faza terangkat. Ia tersenyum puas, bersorak dalam hati dan menantikan pertemuannya dengan sang mantan pujaan hati.

Faza mengangguk, "Baiklah, jam berapa pertemuannya?" tanyanya mulai antusias.

"Di Hotel Royal Continental, Tuan, pukul 19.00 malam," jawab Albert penuh hormat.

"Baik, tolong persiapkan segalanya. Kau boleh pergi," kata Faza sambil mengibaskan tangannya. Meminta sang asisten untuk keluar.

"Baik, Tuan. Saya permisi." Menunduk hormat, Albert mundur dan berjalan ke luar dari ruangan sang atasan.

Setelah kepergian sang asisten, Faza kembali fokus pada pekerjaannya sambil tak henti-hentinya tersenyum. "Aku sangat menantikan pertemuan ini, Ashana Lazuardi."

1
EsTehPanas SENJA
3 bulan itu bisa ketinggalan banyak gosip lho ses... percaya deh ses 😌😶
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
〈⎳Mama Mia
sukurrrrr
〈⎳Mama Mia
enak amat punya teman km ginj
〈⎳Mama Mia
sapa lagi tuh
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣUmu⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟🤎§͜¢●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kenangan dengan orang-orang yg kita cintai tidak mudah untuk dilupakan begitu saja walaupun sudah puluhan tahun terlewati
EsTehPanas SENJA
nah nah nah .... apa? masih cinta? 😳😧
EsTehPanas SENJA
hmmmm bapake ashana penyebabnya... 😳
〈⎳Mama Mia
sopo maneh sehhh
〈⎳Mama Mia
Si Asih tenar banget yakk /Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia
wooo bpk nya ternyata biangnya
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
huf menggantung banget 🥴
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
no comment bab inii 😳
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
Kenapa sama nel, punyaku peran Mbok Asih juga sama 🤣🤣
EsTehPanas SENJA
hmmm iya yah... tapi bukan berarti langsung di tentang 🤔🤔🤔
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
kau masih mencintainya Faza gitu ajaa nggak paham🙄
HK: Kudu disembur dulu kayaknya
total 1 replies
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang salah paham 😫😫
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
kenapa tidak k nyaa bedaa font 🥴
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
Huh atau hah? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!