Garis hidup Jossy Jeanette berubah seratus delapan puluh derajat ketika dia bertemu dengan Joshua, CEO tampan yang mendadak menjadi kekasihnya, akan tetapi hubungan mereka berdua harus disembunyikan dari siapapun sesuai permintaan sang CEO itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Pagi Itu
Josua Maxim menautkan kedua alisnya, tatapannya bimbang seperti sedang berpikir serius.
"Zieya tidak tahu menahu soal hutang piutang itu ?" tanyanya dengan mimik wajah bingung.
"Ya, benar, tanteku tidak tahu soal hutang sepuluh miliar itu", kata Jossy.
"Bagaimana dia tidak tahu menahu soal hutang itu padahal dia sendiri yang berhutang pada komplotan Alfa ?" tanya Josua semakin bingung.
"Entahlah, jawabannya masih belum diketahui karena Zieya dalam keadaan trauma berat dan sulit bagiku menanyainya saat ini", sahut Jossy.
"Ya, benar juga katamu, tidak mungkin menanyai Zieya sekarang ini, kita tunggu saja sampai dia tenang dulu, baru kita tanyai dia", lanjut Josua.
Josua memperhatikan jam tangan miliknya seraya menghela nafas pelan.
"Tapi aku sudah mentransfer uang sejumlah sepuluh miliar ke akun rekening tabunganmu kemarin", kata Josua.
"Tapi kita masih belum tahu kepastiannya, apakah Zieya benar-benar berhutang sepuluh miliar atau tidak", sahut Jossy.
"Yah, benar sekali, masih belum jelas kepastiannya", kata Josua lalu menyaku tangan.
"Artinya perjanjian kita batal sebab Zieya ternyata tidak tahu menahu soal hutang itu", ucap Jossy.
"Yah, tidak, perjanjian kita masih tetap berlanjut terus sampai kamu bisa membuat Lovely menjauh dariku", kata Josua.
"Kenapa kamu harus melakukannya, tidakkah kamu menyesalinya nanti keputusanmu itu ?" tanya Jossy.
Tiba-tiba Josua mendekatkan wajahnya ke arah Jossy Jeanette dengan kedua tangan terarah lurus ke tembok.
Jossy tersandar rapat di dinding tembok yang ada di area jalan ke arah rumahnya.
Pandangan keduanya saling lekat satu sama lainnya ketika mereka berdekatan.
"Apa kau tahu siapa dirimu sekarang ini ?" tanya Josua dengan suara parau.
"Siapa aku ?" tanya Jossy.
"Kita telah sepakat bahwa kita saling berpacaran sekarang ini, seharusnya kamu sadari akan status mu itu, Jossy Jeanette", sahut Josua seraya menatap tajam.
"Kukira masalah hutang sepuluh miliar itu maka kamu ingin berpacaran denganku ternyata aku keliru", kata Jossy.
"Maksudmu ?" tanya Josua.
"Aku pikir karena hutang sepuluh miliar itu maka aku terjerat hubungan kedekatan denganmu ternyata aku salah mengira", sahut Jossy.
"Tidak, bukan seperti itu maksudku sebab aku memang menginginkanmu sebagai kekasihku selain persoalan tentang Lovely", kata Josua.
"Seandainya aku bisa membuat pertunanganmu hancur lalu apa yang akan aku dapatkan dari jasa itu", ucap Jossy.
"Jasa ?" tanya Josua seraya menaikkan alisnya ke atas.
"Yah...", sahut Jossy dengan anggukkan kepala cepat.
"Tentu saja, hal itu bisa kita bicarakan lagi karena sekarang aku masih tidak memiliki jawabannya", kata Josua di hadapan Jossy.
Josua mengangkat pandangannya dari Jossy Jeanette, namun Jossy segera menarik tangan CEO itu.
"Apakah kamu akan memberikan uang sepuluh miliar itu kepadaku jika aku berhasil melakukannya ?" tanya Jossy.
Josua kembali menatap ke arah Jossy namun tatapannya kali ini berbeda.
"Apa kamu benar-benar menginginkan uang itu, Jossy ?" tanya Josua.
"Ya, aku butuh uang itu", sahut Jossy dengan anggukkan kepala.
Josua tersenyum ambigu kemudian dia menarik ujung dagu Jossy ke arah dirinya.
"Dan aku membutuhkanmu...", ucap Josua Maxim seraya mencium mesra bibir mereka milik Jossy.
Kembali keduanya saling berciuman mesra.
Ciuman penuh kelembutan yang dirasakan oleh Jossy setelah ciuman pertamanya diambil oleh Josua Maxim.
"Mmm, yah...", desah Josua sembari menjauhkan bibirnya dari bibir Jossy Jeanette.
"Kenapa ?" sahut Jossy dengan wajah merah padam.
"Aku merasa kita perlu terus bertemu sebab hanya itu yang bisa mendekatkan kita berdua", kata Josua Maxim lalu tertawa renyah.
Josua segera berdiri tegak sembari menyilangkan kedua tangan ke depan lalu memandang dengan penuh menggoda ke arah Jossy.
"Sangat mudah mengambil ciuman darimu tanpa aku harus bersusah payah", ucapnya seraya tersenyum simpul.
Jossy tertegun, tidak mengerti dengan sikap Josua, terlihat gelagapan karena kesadarannya masih belum pulih setelah Josua mencium mesra bibirnya.
"A-aku berangkat kerja sekarang..., sepertinya aku terlambat...", kata Jossy gugup.
Jossy tergesa-gesa melangkah namun Josua segera menangkap pergelangan tangan Jossy ke arah dirinya.
"Kenapa menghindar ?" tanya Josua.
"A-aku terlambat masuk kerja", sahut Jossy beralasan.
"Masih ada waktu sekitar lima belas menit, kita bisa datang ke Mall setelah ini", kata Josua.
Josua merapatkan kembali Jossy ke arah dinding tembok di dekat mereka kemudian menatapnya lekat-lekat seperti tadi.
"Kau adalah kekasihku sekarang dan aku bisa saja meminta lebih dari ini sebab aku berkuasa", kata Josua.
"Aku tahu itu, tapi tanpa cinta kita seperti orang asing", sahut Jossy.
"Cinta ?" kata Josua sembari menggemertakkan gerahamnya.
Jossy terdiam tanpa berani membantah.
"Apa kau menginginkan cinta dari hubungan kita ini, Jossy ?" kata Josua.
"Bagaimana kita saling berdekatan jika tanpa cinta diantara kita, Josua ?" sahut Jossy.
"Ya, Tuhan...", kata Josua sembari menundukkan kepalanya.
"Ke-kenapa memangnya, adakah yang salah dari ucapanku ini ?" sahut Jossy.
Josua menggeleng pelan lalu tertawa pelan sembari mengangkat pandangannya ke arah Jossy Jeanette.
"Jika kamu menginginkan cinta dalam hubungan kita, seharusnya kamu katakan sejak pertama kalinya", kata Josua.
Josua memandang tajam ke arah Jossy yang terdiam tak mengerti.
"Kau tahu yang harus kita lakukan jika ada cinta diantara hubungan ini", kata Josua.
"Apa ?" tanya Jossy.
"Memangnya kamu tidak tahu arti cinta itu ?" kata Josua mencoba meyakinkan dirinya jika Jossy benar-benar tidak mengerti.
"Cinta adalah bentuk perasaan dari dua pasangan yang saling jatuh cinta dan mereka memiliki ketertarikan fisik antara satu sama lainnya", sahut Jossy dengan wajah datar.
"Hanya itu saja ?" kata Josua serius.
"Yah, kurasa demikian arti dari cinta antara dua orang yang berdekatan", sahut Jossy.
"Cinta sama dengan berhubungan intim", kata Josua.
Josua memandang tajam ke arah Jossy di hadapannya.
Jossy masih tertegun diam, dan belum tersadar dengan arti yang diucapkan oleh Josua padanya.
"Apa kau dengar yang kukatakan barusan ?" ucap Josua.
Josua memanggil Jossy yang melamun.
"Jossy !" ucapnya.
"Ehk, iya !?" sahut Jossy tersentak kaget.
"Apa kau dengar aku ?" tanya Josua.
"Mmm, tentu saja, aku mendengarkanmu, Josua'', sahut Jossy.
"Dan kamu mengerti maksud dari perkataanku itu, bukan ?" kata Josua.
Jossy menelan salivanya seraya memandang bingung.
"Mengambil keperawananku dengan membayarku seharga sepuluh miliar, begitu maksud perkataanmu itu, bukan", kata Jossy.
Giliran Josua tertegun diam, tidak dapat berkata apa-apa.
"Tapi aku tidak mudah memberikan keperawananku begitu saja, hanya dengan surat perjanjian tertulis bermaterai, meski kamu telah membelinya seharga sepuluh miliar", lanjut Jossy.
"Emmm, iya... ?!" sahut Josua yang giliran terlihat canggung.
"Sebaiknya kamu pikirkan lagi dari maksud ucapanmu itu karena jika itu terjadi maka kita berdua tidak akan bisa kembali normal lagi seperti dulu", kata Josua.
Jossy menggeser Josua agar CEO itu menyingkir dari hadapannya lalu berjalan pelan.
"Aku akan berangkat kerja dulu, dan jika nanti kamu berubah pikiran maka kita bicarakan hal itu lebih serius lagi'', kata Jossy.
Belum sempat Josua memutar badannya menghadap ke arah Jossy Jeanette, gadis itu telah berlari cepat dari hadapan Josua Maxim.
"Jossy...", panggil Josua terlambat.
Josua hanya berdiri termenung seraya memandang kepergian Jossy Jeanette dari arah kejauhan.
"Apa maksud dari ucapannya itu ?!" gumam Josua tak mengerti.
Josua menghela nafas panjang serta mendongakkan kepalanya ke atas lalu tertawa pelan.
"Dia menggodaku...", ucapnya sembari menggelengkan kepalanya lalu mengalihkan pandangannya ke arah lainnya.