Nona ketiga Xiao Xinyi di paksa menikahi Adipati Ling Yun menggantikan kakak tertuanya yang terus berusaha untuk mengakhiri hidupnya.
Siapa yang tidak tahu jika Adipati Ling Yun selalu berselisih dengan Tuan besar Xiao. Dua keluarga besar yang saling bertentangan itu di anugerahi pernikahan Kaisar Jing Hao.
Bersedia ataupun tidak salah satu wanita dari kediaman Xiao harus menikah menjadi Nyonya utama kediaman Adipati Ling Yun. Intrik dalam pernikahan yang berlandaskan politik menjadikan Nona ketiga Xiao Xinyi harus membuat rencana untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu rahasia Kekaisaran
Setelah menanti selama lebih dari satu minggu. Akhirnya orang yang di harapkan datang juga ke Ibu Kota. Tuan muda Jiang Xu datang dengan pengawalan yang sangat ketat dan kedatanganya ke Ibu Kota juga di rahasiakan. Dia langsung di bawa masuk keistana saat tengah malam. Xiao Xinyi dan Adipati Ling Yun juga sudah menunggu di depan pintu masuk gerbang istana bagian belakang.
Tuan muda Jiang Xu langsung di ajak masuk kedalam istana tanpa ada percakapan lebih lanjut. Xiao Xinyi bahkan tidak memberitahu lebih detail situasi yang terjadi. Pemuda itu cukup terkejut dia menjadi tamu rahasia Kekaisaran. Namun juga cukup menantikan perasaan menangani orang yang ada di dalam istana.
Di ruangan kamar yang sangat luar dan megah. Tuan muda Jiang Xu menatap diam. Dia tidak pernah menyangka jika pasien yang di maksudkan Xiao Xinyi adalah Kaisar Jing Hao. "Ini?"
Xiao Xinyi mendekat. "Ekspresi kamu sama persis saat pertama aku datang. Sudah tidak ada waktu lagi." Mendorong temannya agar segera memeriksa keadaan Kaisar Jing Hao. "Aku sudah menekan sementara racun yang terus kambuh beberapa waktu terakhir."
Karena dia juga sudah telanjur datang. Mau tidak mau dirinya harus memeriksa keadaan Kaisar Jing Hao. Dia hanya berharap ilmu yang ia miliki akan berguna di saat-saat kritis seperti ini. Jika tidak kepalanya pasti akan di jadikan tumbal atas kelalaiannya menangani Kaisar Jing Hao. "Racun hati. Xinyi, bantu aku."
"Baik." Xiao Xinyi mendekat membantu setiap tindakan yang di lakukan Jiang Xu.
Ratu Jing Beihe dan Adipati Ling Yun hanya bisa melihat penuh kekhawatiran sedikit lebih jauh dari tempat tidur. Mereka tidak ingin menganggu proses jalannya pengobatan.
Dua hari dua malam Jiang Xu dan Xiao Xinyi melakukan penanganan tanpa henti mengeluarkan setiap racun yang ada di tubuh Kaisar Jing Hao. Racun hanya dapat di keluarkan secara perlahan dan dengan tahapan penuh kehati-hatian. Jika tidak kesalahan sedikit saja akan berdampak fatal.
Selama dua hari ini mereka bedua terus bergantian menekan setiap titik syaraf utama yang ada di tubuh Kaisar Jing Hao.
Adipati Ling Yun datang di saat urusan resmi telah selesai di lakukan.
Sedangkan Ratu Jing Beihe berusaha untuk memblokir setiap informasi yang ada dalam di istana untuk mensetabilkan pemerintahan.
"Xinyi, tetap pastikan setiap dua jam selama sepuluh jam. Yang Mulia memuntahkan darah hitam di dalam tubuhnya. Aku akan membuat obat penawarnya." Jiang Xu bangkit lalu keluar dari dalam kamar. Setelah dua hari menekan titik syaraf utama agar mendapatkan rangsangan dari dalam. Sehingga racun tidak menyebar lebih jauh. Dan mengurangi jumlah racun yang ada di dalam tubuh Kaisar Jing Hao. Pemuda itu baru bisa membuat obat penawarnya.
Seperti yang di katakan temannya. Xiao Xinyi memastikan ada darah hitam yang di muntahkan setiap dua jam sekali selama sepuluh jam. Dengan begitu penawar racun dapat di berikan.
Setelah usaha yang memakan waktu hampir tiga hari penuh. Obat penawar berhasil di buat dan di berikan kepada Kaisar Jing Hao. Perlahan keadaan Kaisar Jing Hao juga mulai kembali normal.
Semua orang kini bisa bernafas lega melihat keberhasilan dalam penanganan yang di lakukan Tuan muda Jiang Xu dan Xiao Xinyi. Sekitar pukul enam pagi Kaisar Jing Hao sadar. Dia memerintahkan dua penyelamatnya untuk beristirahat dengan tenang selama yang mereka butuhkan di istana.
Di dalam ruangan kamar tamu, Xiao Xinyi langsung merebahkan tubuhnya. Dia tertidur pulas setelah tubuhnya bersentuhan dengan tempat tidur.
Adipati Ling Yun menatap lembut kearah gadis yang sudah berjuang sangat keras selama tiga hari terkahir. Rasa kagum ada di dalam dirinya.
Xiao Xinyi bangun di saat cahaya matahari sudah terlihat lebih rendah. "Apa aku tidur cukup lama?" berjalan perlahan mendekat kearah suaminya yang tengah duduk di kursi ruangan kamar.
Adipati Ling Yun meminum teh perlahan. Rasa pahit menyebar di ikuti sedikit rasa manis. "Tidak terlalu lama hanya dua hari saja."
Mendegar itu Xiao Xinyi menelan ludah pahit di tenggorokannya. "Dua hari?" Mengambil air minum. Rasa dahaganya pada akhirnya bisa hilang. "Yang Mulia?"
"Temanmu menjaga Yang Mulia cukup baik. Segeralah bersiap kita akan kembali kekediaman," ujar Adipati Ling Yun bangkit dari tempat duduknya. "Aku akan menunggu di depan." Berjalan keluar dari kamar.
Sekitar jam lima sore Xiao Xinyi dan Adipati Ling Yun keluar dari istana selatan. Di taman istana utama mereka bertemu dengan Tuan muda Jiang Xu.
"Adipati." Tuan muda Jiang Xu memberikan hormat. "Xinyi. Kamu akan kembali? Aku bisa mengantarmu. Tidak perlu merepotkan Adipati Ling Yun." Menarik tangan kanan temannya.
"Jiang Xu, aku tidak bisa ikut denganmu." Xiao Xinyi melepaskannya. "Dia," melirik kearah Adipati Ling Yun yang menatap diam. "Suamiku."
Tuan muda Jiang Xu menatap binggung. "Kamu dan Adipati sudah menikah? Kapan hal ini terjadi? Kenapa kamu tidak memberitahuku? Liqin pasti akan gila setelah mendengar kamu sudah menikah." Pemuda itu masih tidak percaya.
"Ceritanya cukup rumit. Aku harus pergi sekarang," Xiao Xinyi berlari mengejar suaminya yang sudah berjalan terlebih dulu. "Tunggu. Jangan berjalan terlalu cepat." Menyeimbangkan langkahnya.
Di dalam kereta gadis itu duduk santai menikmati waktu berharganya. Berada di istana selama beberapa hari membuat dirinya terasa terasingkan dari dunia luar. "Udara di luar istana jauh lebih baik." Menyibak jendela kereta dan bersandar di pembatas.
"Ibu pernah bilang jika kamu hidup di luar kota selama sepuluh tahun?" suara Adipati Ling Yun terdengar lebih santai.
"Em. Aku tinggal bersama paman sejak kecil. Sudah sepuluh tahun lamanya dan aku baru kembali untuk di nikahkan." Gadis itu menatap para pejalan kaki yang ada di luar. "Di sana kehidupan yang aku jalani terasa lebih tenang juga santai. Paman pernah menikah satu kali tapi selama puluhan tahun mereka tidak di berikan keturunan. Hingga istrinya meninggal dunia. Saat Ayah memutuskan untuk mengasingkanku saat kecil. Paman tidak tega melihatnya dan memutuskan untuk membawaku bersamanya."
Adipati Ling Yun tanpa di sangka menjadi pendengar yang baik.
"Paman mengajarkanku keahlian medis juga mengirimku keakademi terbaik di kota. Dia juga pernah bilang jika aku sudah menjadi putri kesayangannya," ujar Xiao Xinyi. Dia sangat merindukan Ayah keduanya.
"Jika dia menyayangimu kenapa mengizinkanmu kembali ke Ibu Kota?" Pria muda itu bertanya tanpa ragu.
Xiao Xinyi tersenyum, "Dia tidak setuju. Bahkan melawan keputusan Ayahku. Tapi bagaimana pun juga Ayah kedua tidak memiliki hak untuk menahan. Karena aku masih putri ketiga dari kediaman Xiao."
"Saat ada waktu senggang. Aku akan mengantarkanmu kembali," ujar Adipati Ling Yun yang langsung menutup kedua matanya.
Gadis itu menatap suaminya. Dia tersenyum senang mendengarkan perkataan itu. "Baik."