"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 33. Dara di rasuki
Dara bangun dari duduk nya, tapi dia terus menunduk. Saat ini dia masih berada di depan piano dan masih menangis tersedu sedu, karena saat ini tubuh nya masih di kendalikan oleh Melisa.
"Sakit ibu.. Hiks.. Hiks.."
"Itu bukan ibu yang buat Melisa, ibu tidak mungkin menyakiti kamu." Ujar eyang.
Mendengar ucapan eyang, Dara langsung berbalik dan menatap tajam eyang. Tatapan Dara yang sedang di rasuki Melisa benar - benar dingin sampai menusuk, eyang yang melihat itu sampai takut bahkan Dari mata Dara sampai mengalir darah.
"Itu ibu!! Ibu yang menyerahkan aku! Ibu menukar nyawaku! Ibu yang membunuhku!" Teriak Melisa.
"Mbak Melisa, kasihan non Dara.." Ujar bi Endang, tanpa takut bi Endang menyentuh tangan Dara yang sedang di rasuki Melisa.
Dara mengibaskan tangan bi Endang lalu dia pergi dari sana masih dalam posisi merasuki Dara, ia berjalan menuju ke kamar nya dan benar masuk kedalam. Bi Endang yang mengejar tidak sempat menahan pintu dan pintu nya sudah terkunci dari dalam.
"Astagfirullah.. Mbak, mbak Melisa tolong jangan apa - apain non Dara mbak." Teriak bi Endang dari luar, tapi tidak ada jawaban.
"Ya Allah. Pie iki.."
Bi Endang berlari kembali menuju eyang dan terlihat eyang sedang berusaha menggerakkan kursi roda nya.
"Eyang, mbak Melisa bawa non Dara ke kamar nya. Gimana ini." Ujar bi Endang.
"Apa tidak ada orang?" Tanya eyang dan bi Endang menggeleng kuat.
"Kenapa Ndang?" Tanya bi Lastri yang baru masuk kedalam.
"Non Dara Tri, non Dara kerasukan mbak Melisa dan sekara g dia masuk ke kamar mbak Melisa, kamar nya ndak bisa di buka." Ujar bi Endang.
"Astagfirullah." Bi Lastri berlari menuju ke kamar Melisa.
"Tok! Tok! Tok!"
"Non! Non Dara buka pintu nya non." Panggil bi Lastri.
Tidak ada jawaban, mereka semua panik sekarang. Di tambah lagi tidak ada sama sekali orang lain di sana, Amar saja belum tau kapan akan kembali nya.
Sementara di dalam kamar Melisa, Dara ternyata sedang membuka lemari, dan seperti mencari sesuatu. Setelah nya ternyata Dara menemukan sebuah kotak kayu kecil dari laci dalam lemar, kotak kayu itu di buka oleh Dara yang masih dalam keadaan kerasukan.
Ternyata isinya adalah sebuah kunci, kunci berwarna hitam yang tersimpan di dalam kotak kayu kecil itu. Dara mengambil kuncinya lalu memasukkan nya kedalam saku Dara, setelah nya Dara pingsan.
Dara pingsan dengan keadaan matanya mengalir darah dan setelah Dara pingsan barulah pintu kamar nya terbuka dengan sendiri nya. Bi Lastri dan bi Endang masuk dengan wajah khawatir mereka dan langsung menghampiri Dara.
"Astagfirullah, non.." Bi Endang panik.
...•••••••••••••••...
Dara sadar dari pingsan nya setelah entah berapa lama dia pingsan. Tapi saat dia sadar sudah terdengar suara orang mengaji, itu adalah Amar yang sudah kembali datang dengan pak Kyai. Dara merasa kepalanya berat sekarang, dan saat ia hendak menyentuh kepalanya, Dara terkejut saat mendapati ternyata tangan nya di ikat.
Mendengar pergerakan Dara, Amar pun mengentikan lantunan nya dan menoleh pada Dara.
"Dara.." Panggil Amar.
"Bang, aku kenapa, Kok aku di iket?" Tanya Dara.
"Kamu tadi kerasukan dek, kamu hampir lompat ke sungai, untung bibi - bibi berhasil nahan kamu." Ujar Amar.
"A- aku?? Kerasukan??" Ujar Dara terkejut.
"Iya, tapi Alhamdulillah pakde berhasil ngeluarin yang ngerasukin kamu." Sahut Amar.
Amar lalu bangun dan hendak melepas ikatan tangan Dara, tapi tiba - tiba Dara berucap..
"Jangan bang! Aku masih merasa ada yang salah sama badanku."
BERSAMBUNG
semoga selamat Ndak terjadi lagi korban nyawa
sdh banyak nyawa yg di tumbalkan ,
bayangin Mbah uyutt sepertinya
jadi nenekk lampirr ,
sama licik dan jahat nya
andaikata bang amar yg mengemudi mobil apa jadinya ketika kena serangan ghoib ,untung pakle yg pegang kemudi
Abah Warman punya ilmu yang kuat ,pantas saja mampu bertahan di dusun mati selama bertahun2
apa iya ga ada yang tau kalo bi Endang di bawa...
apa bi Endang juga bakalan menyusul teman2ya dan juga eyang ya....
ok seperti biasa terimakasih untuk hari ini, semangat nulis, dan selamat bobo author 😴😴😴😴 (semoga ga kebawa mimpi ya ceritanya)🤣
selamat malam kak author, selamat beristirahat