NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Setelah Honeymoon

Hari-hari berlalu dengan begitu cepat. Waktu Kaesang dan Tyas honeymoon di New Zealand kini sudah berakhir. Keduanya sedang dalam perjalanan pulang lagi ke Indonesia sekarang.

Mereka menaiki jet pribadi milik papa Kaesang.

Kaesang menatap luar jendela jet, dimana awan-awan putih berjajar dan berjalan dengan lembutnya. Tyas juga ikut menatap apa yang Kaesang tatap. Senyumnya mengembang.

"Yang," panggil Tyas. Kedua tangannya tetap setia melingkar di lengan Kaesang. Sementara dagunya bertumpu pada bahu Kaesang.

"Hmm, kenapa Dear?" tanya Kaesang. Tanpa menoleh.

Di depan kursi mereka ada sebuah sekat yang sengaja di pasang agar mereka bisa bebas melakukan apapun dan punya privasi sendiri.

"Kakiku rasanya masih kram Yang. Ituku masih nyut-nyutan," ungkap Tyas.

Sebenarnya malu baginya mengatakan itu. Tapi benar. Seluruh badannya terasa sakit dan pegal. Sehari sebelumnya mereka bermain tanpa jeda, dari pagi hingga malam. Mereka berhenti hanya untuk pergi ke kamar mandi, makan dan istirahat saja. Itupun hanya sebentar.

Kaesang benar-benar ingin membuat Tyas h4mil. Keinginannya itu terus ia katakan, bahkan sebelum mereka terbang hari ini.

Kaesang menoleh ke Tyas, sebelah sudut bibirnya terangkat sedikit memunculkan sebuah senyuman miring. "Enak kan Dear, permainan kita semalam?" tanyanya sembari menaik turunkan kedua alisnya.

Tyas mengerucutkan bibirnya, lalu menepuk pelan dada Kaesang. "Ish, kamu mah enak, di aku capek Yang! Sakit tau! Kakiku aja rasanya mau copot tadi. Dibuat jalan nggak enak banget, malu tau diliatin orang!" keluhnya, suaranya sedikit meninggi. Matanya menatap tajam Kaesang.

Kaesang terkekeh, lalu mengusap rambut Tyas dengan gemas. "Maaf Dear, habisnya aku terlanjur kecanduan sih sama b4dan kamu, jadinya ya nggak bisa berhenti. Maaf ya, lagipula aku tetep sama tujuan aku Dear, aku pengen bikin kamu h4mil. Pokoknya setelah dari honeymoon ini kamu harus h4mil," kata Kaesang.

Kedua alis Tyas menyatu, kaget tapi juga sedikit heran. "Harus banget h4mil Yang? Kenapa? Kayaknya kamu ambisi banget."

Tyas sendiri merasa heran melihat Kaesang begitu berambisi untuk membuatnya h4mil. Ia senang dan bersyukur jika bisa h4mil dalam waktu dekat. Tapi kenapa? Kenapa Kaesang sangat berambisi? Pikirnya.

"Mama kan sekarang lagi h4mil Dear, aku pengen kalo adik aku sama anak aku itu seumuran. Kan enak ya kalo ngeliat mereka kumpul-kumpul, main terus berangkat sekolah bareng. Kamu nggak pengen emangnya kayak gitu?" tanya Kaesang.

Tyas menghela nafas panjang. "Aku pengen Yang, siapa sih yang nggak mau hamil dan punya anak? Semua perempuan pasti pengen. Cuma aku heran aja lihat kamu ambisi banget tadi," katanya.

Kaesang mengangguk. "Ya, itusih cuma keinginan aku aja Dear. Kita kan udah berusaha ya, kalo Tuhan di atas mengabulkan ya bersyukur banget, kalau nggak yaudah. Mungkin kita harus berusaha lagi kedepannya agar keinginan kita itu dikabulkan," balasnya sembari memainkan alisnya lagi.

Tyas lagi-lagi menepuk dada Kaesang, bibirnya mengerucut.

"Kok di pukul sih Dear?" tanya Kaesang.

Tyas masih cemberut, bibirnya manyun. "Kamu sih mesvm," katanya dengan nada sedikit kesal.

Kaesang mengerutkan keningnya, bingung. "Mesvm dari mananya Dear? Perasaan tadi aku ngomongnya normal-normal aja ya. Yang aku bilang bener kan?" tanya balik Kaesang.

Tapi Tyas tidak merespon. Hening menyelimuti mereka. Tanpa sepatah kata pun, Tyas memejamkan mata dan tertidur. Tak lama kemudian, Kaesang juga terlelap di sampingnya.

Beberapa jam kemudian...

Setelah berjam-jam terbang, akhirnya mereka sampai di Indonesia. Kaesang dan Tyas terbangun karena suara jet yang cukup keras. Mereka meregangkan badan, lalu menengok ke jendela.

"Dear, udah sampe," kata Kaesang, matanya masih setengah terpejam karena mengantuk. Ia menguap kecil.

Tyas mengucek matanya, lalu ikut menoleh ke jendela. "Ah, cepet banget ya, perasaan baru terbang kita tadi," ujarnya.

Kaesang tersenyum manis, lantas menoleh ke Tyas. Dengan lembut, kedua tangannya terangkat membingkai wajah Tyas.

"Kita baru aja tidur Dear. Mana kerasa. Ini udah sore loh, lihat deh langitnya udah mulai gelap," balas Kaesang, tangannya lalu turun.

"Oh iya ya, kita kan tidur. Ehm, Yang kamu udah kabarin orang rumah kalo kita udah sampe di Indonesia?" tanya Tyas.

"Dear...," Kaesang menghela nafas kas4r, lalu menggeleng. "Kita kan baru bangun, ya aku belum kabarin orang rumah dong. Ponsel aku aja aku matiin tadi," lanjutnya.

Tyas mengangguk. "Iya ya, yaudah deh kamu buruan kabarin orang rumah gih kalo kita udah sampe," pintanya.

Kaesang meraih tangan Tyas, menggenggamnya. "Dear, kamu capek ya? Mau langsung istirahat? Aku laper Dear, aku mau makan dulu sebelum pulang. Kamu nggak laper ya? Tadi kita cuma makan dikit loh, itupun pagi tadi. Kita makan malam dulu ya sebelum pulang," bujuk Kaesang sambil tersenyum.

Benar, ia memang merasa lapar. Sudah dari tadi ia menahannya dan sekarang mereka tiba di tempat tujuan.

Perlahan Tyas tersenyum. Manis sekali. Matanya menyipit. Tangannya yang dipegang Kaesang ia angkat, lalu ia mencium lembut tangan Kaesang. Bibir Tyas yang selembut kapas menempel di tangan Kaesang.

"Iya kita makan dulu. Akupun juga dah laper Yang. Niatnya sih aku pengen makan di rumah aja setelah kita pulang. Tapi berhubung kamu dah laper banget sih yaudah deh kita mampir restoran dulu buat makan," kata Tyas. "Kita turun yuk," lanjutnya.

Kaesang memencet satu tombol di sana dan setelah ia memencet tombol itu sekat pembatas di depan mereka turun. Supir di depan menoleh ke belakang.

"Turun sekarang mas Kae?" tanya supir itu.

Kaesang mengangguk singkat, raut wajahnya datar. Supir itu diam saja, lalu dengan cekatan menarik tuas. Seketika, pintu jet terbuka lebar, memperlihatkan tangga panjang berwarna abu-abu yang langsung terulur ke bawah, menempel di lantai beton.

Tyas dan Kaesang berdiri, bergandengan tangan turun dari jet. Kaesang membantu Tyas turun. Langkahnya sedikit tertatih-tatih, Kaesang lalu merangkulnya.

Di belakang mereka ada beberapa bodyguard yang ikutan turun dan membawa beberapa barang mereka.

Kaesang dan Tyas berhenti.

"Saya dan istri saya mau ke restoran terdekat buat makan malam," kata Kaesang pada bodyguard yang berdiri di dekat mobil jemputan mereka.

Bodyguard itu mengangguk tanpa berucap, lalu membuka pintu mobil untuk Tyas dan Kaesang. Mereka masuk dan duduk di kursi belakang.

Mobil pun berangkat setelah Kaesang dan Tyas memasang sabuk pengaman, menuju ke restoran terdekat untuk mereka makan malam dan melepas penat.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan kota yang mulai ramai dengan aktivitas sore hari. Cahaya matahari mulai meredup, langit perlahan berganti warna menjadi jingga kemerahan. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya diiringi suara mesin mobil dan alunan musik lembut yang mengalun dari speaker.

Tyas menoleh ke Kaesang yang sedang asyik memandangi jendela. Wajahnya datar saja, tanpa senyum atau ekspresi apa pun. "Yang, kamu mau makan apa nanti?" tanyanya dengan suara lembut.

Kaesang menoleh ke arah Tyas, senyumnya mengembang. "Hmm, terserah kamu Dear. Aku sih apa aja, yang penting makan. Aku lapar banget nih," jawabnya.

"Aku pengen makan sushi," kata Tyas. "Ada restoran makanan Jepang di dekat sini?"

Kaesang mengangguk. "Ada kok, banyak. Kita cari yang deket aja ya. Biar nggak terlalu lama," ujarnya. "Nanti aku tanya supirnya, dia pasti tau."

Kaesang lalu mencondongkan tubuhnya ke depan, berbisik kepada supir yang duduk di depan. "Mas, di dekat sini ada restoran makanan Jepang nggak?" tanyanya.

Supir itu mengangguk. "Ada Mas Kae, di depan sana ada satu. Restoran makanan Jepang terkenal di sini," jawabnya.

Kaesang mengangguk. "Oke, kita ke sana aja ya Mas," katanya.

Mobil pun berbelok menuju restoran makanan Jepang yang dimaksud. Tyas tersenyum senang. Ia memang sangat menyukai makanan Jepang.

"Seneng banget ya Dear, makan sushi," kata Kaesang sambil mengelus pipi Tyas.

Tyas mengangguk, matanya berbinar. "Iya Yang, aku suka banget sushi. Apalagi sushi yang kamu beliin, pasti enak banget," jawabnya.

Kaesang tertawa. "Iya, nanti aku minta sama pelayan buat suruh chefnya bikinin sushi yang paling enak buat kamu. Kamu makan yang banyak ya nanti, bungkus kalo perlu buat makan di rumah kalo seumpama kamu pengen," katanya.

Mobil pun berhenti di depan sebuah restoran Jepang yang tampak ramai dan elegan. Kaesang dan Tyas turun dari mobil, disambut oleh seorang pelayan yang ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya. Silakan, meja mana yang Anda inginkan?" tanya pelayan itu dengan sopan.

Kaesang menoleh ke Tyas, "Kamu mau duduk di dekat jendela atau di dalam?" tanyanya.

Tyas tersenyum. "Aku mau di dekat jendela, Yang. Suasananya lebih romantis," jawabnya.

Kaesang mengangguk. "Oke, kita duduk di dekat jendela aja," katanya. Ia lalu menggandeng tangan Tyas dan menuju ke meja yang berada di dekat jendela.

Mereka duduk berhadapan, saling berpandangan. "Kamu mau pesan apa, Dear? Sushi?" tanya Kaesang.

"Iya Yang," jawab Tyas. "Ehm, sushi salmon, ramen shoyu, dan minumannya matcha latte. Kamu mau pesan apa, Yang?"

Kaesang tersenyum. "Aku pesan apa saja yang kamu pesan, Dear. Aku suka semua makanan yang kamu makan," jawabnya.

Pelayan datang dan mencatat pesanan mereka. Tak lama kemudian, pesanan mereka pun datang. Seiring dengan datangnya makanan, suasana restoran semakin ramai. Orang-orang berbincang, tertawa, dan menikmati hidangan mereka.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!