Sebelum meninggalkan Kenanga untuk selamanya, Angga menikahkan Kenanga dengan sahabatnya yang hanya seorang manager di sebuah bank swasta.
Dunia Kenanga runtuh saat itu juga, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Angga, dan kini Kakaknya itu pergi untuk selama-lamanya.
"Dit, gue titip adik gue. Tolong jaga dia dan sayangi dia seperti gue menyayanginya selama ini" ~Angga ~
"Gue bakalan jaga dia, Ngga. Gue janji" ~ Aditya ~
Apa Kenanga yang masih berada di semester akhir kuliahnya bisa menjadi istri yang baik untuk Aditya??
Bagaimana jika masa lalu Aditya datang saat Kenanga mulai jatuh cinta pada Aditya karena sikap lembutnya??
Bagaimana juga ketika teman-teman Aditya selalu mengatakan jika Kenanga hanya istri titipan??
Lalu, bagaimana jika Aditya ternyata menyembunyikan latar belakang keluarganya yang sebenarnya dari semua orang??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saran dari Caca
Anga turun dari sepeda motor Aditya tepat di depan kampusnya. Pagi ini memang untuk pertama kalinya Aditya mengantar Anga ke kampus.
Tapi kalau di hitung, pernikahan mereka baru tiga hari yang lalu, jadi wajar saya kalau baru kali ini Aditya mengantar Anga. Lagipula kemarin Aditya juga sudah menjemput Anga pulang kuliah.
"Belajar yang rajin, sebentar lagi kamu skripsi"
"Iya Mas" Anga menyerahkan helmnya pada Aditya.
"Nanti sore Mas nggak bisa jemput karena ada urusan sebentar. Kamu pulang sendiri nggak papa kan Dek??"
"Nggak papa Mas. Anga udah tau jalan pulang kok"
"Ya susah Mas berangkat dulu"
"Iya, Mas hati-hati"
Anga menyambut tangan Aditya yang terukur ke arahnya. Sekarang anga sudah mulai terbiasa untuk mencium tangan suaminya baik berangkat ataupun pulang kerja.
Anga masih menatap kepergian suaminya sampai tak terlihat lagi dari jangkauan matanya.
"Cieee yang di antar suami" Caca datang langsung menyenggol bahu Anga dengan bahunya sendiri.
"Apaan sih!!" Anga tampak malu-malu.
"Halah nggak usah malu gitu. Wajah lo jelek kalau lagi tersipu kaya gitu" Ledek Caca membuat Anga semakin malu di buatnya.
"Eh tapi aku mau cerita sama kamu Ca. Ayo buruan duduk dulu!!" Anga menarik Caca duduk di dekat parkiran.
"Ada apa sih?? Penting banget ya??" Caca penasaran.
"Kamu tau nggak??"
"Enggak" Caca menggeleng dengan polos.
Plakkk...
Anga memukul lengan Caca karena kesal sahabatnya itu tak menanggapi antusiasmenya untuk bercerita.
"Ah nggak seru!!" Kesal Anga.
"Ya udah buru, apaan??"
Anga langsung kembali tersipu. Dia memegang kedua pipinya sendiri saat mengingat momen tadi malam.
"Tadi malam kan kipas angin di rumah mati, terus...."
Anga layaknya gadis yang sedang kasmaran yang menceritakan apapun yang dia alami dengan seseorang yang menarik perhatiannya.
"Gila, sampai segitunya suami yang katanya nggak lo kenal itu??"
Anga mengangguk dengan pelan. Dia juga tidak tau kenapa Aditya memperlakukannya dengan begitu baik.
"Kayaknya suami lo serius deh dengan omongannya kemarin. Ya walaupun pernikahan kalian baru beberapa hari, tapi dia udah menunjukkan perhatiannya loh Nga. Apa nggak sat set itu namanya??"
"Hah??" Anga tak mengerti maksud Caca.
"Ck, otak lo cuma pinter buat mata kuliah doang. Buat kaya gini lo malah hah heh hah heh aja!!" Caca menyentil kening Anga sedikit keras.
"Maksud gue, karena mungkin dia pria yang udah dewasa dan matang, dia udah nggak mau main-main lagi. Dia beneran serius sama lo dan perhatian-perhatian kecil yang lo bilang itu, mungkin aja itu cara dia untuk menunjukkan perasannya sama lo"
"Apa iya Ca??" Anga masih ragu.
"Pertanyaan macam apa itu??" Caca mencibir Anga.
"Harusnya lo seneng dong kalau suami lo mau belajar menerima lo"
"Iya sih, tapi..."
"Tapi apa?? Jangan bilang lo masih mengharapkan si Aldo??!!" Caca menatap tajam pada Anga.
Anga terdiam. Dia bingung dengan perasaannya sendiri. Dia sudah memendam cinta untuk Aldo sejak masuk kuliah. Cintanya tak pernah tergeser walau Aldo sendiri tak pernah tau perasaan Anga. Tapi selama tiga hari ini Anga menjadi istri Aditya, Anga benar-benar melupakan Aldo.
Bahkan saat Caca menyebut bama Aldo, malah terasa asing di telinga Anga.
"Enggak lah Ca, aku lagi berusaha untuk menerima semua ini. Bukan Karena dia"
"Syukur deh kalau lo punya pikiran kaya gitu"
"Tapi gue bingung Ca, gue harus mulai dari mana" Sejak kemarin memang itu yang menjadi pikiran Anga. Dia ingin belajar menjadi istri yang baik tapi tidak tau harus bagaimana.
"Hape lo mana?? Masih normal kan?? " Anga hanya mengangguk dengan pelan.
"Ya lo cari dong di internet. Gimana cara jadi istri yang baik?? Belajar masak, beberes rumah, siapin baju suami, siapin kebutuhan suami, termasuk kebutuhan batin. Gitu aja masa nggak tau sih" Bibir Caca nerocos sambil menghitung apa yang harus Anga lakukan dengan jarinya.
"Kebutuhan batin??" Anga merinding mendengarnya.
"Iya, lo nggak tau lagi??"
"Y-ya tau. Tapi apa bisa??" Anga ragu sekaligus takut. Dia tidak pernah membayangkan menikah di usianya yang sekarang apalagi harus melayani kebutuhan suami yang satu itu.
"Ya nggak sekarang juga, tapi pelan-pelan aja. Kalau lo udah benar-benar bisa menerima pernikahan kalian dengan ikhlas, lo coba deh itu. Lagian suami lo udah dewasa banget, udah mateng ibaratnya. Dia pasti butuh yang begituan. Apalagi dia punya istri yang sah dan halal untuk di sentuh. Emang lo mau kalau suami lo jajan di luar karena nggak dapat itu dari lo??"
"Ya nggak mau lah Ca!!" Tolak Anga dengan cepat.
"Nah tu tau!!"
"Tapi ngomong-ngomong, kok kamu tau banget soal rumah tangga. Kaya udah pengalaman aja"
"Kan gue lihat nyokap gue yang setiap hari melayani bokap gue dengan sepenuh hati. Gimana sih lo Nga!!"
Anga mendadak sedih, dia tidak pernah tau hal itu karena dulu dia masih kecil saat masih punya orang tua. Jadi dia tidak tau apa saja yang di lakukan Mamanya untuk Papanya.
"Sorry Nga, gue nggak bermaksud bikin lo sedih" Caca menyadari ucapannya.
"Nggak papa kok Ca. Tapi makasih banyak karena aku jadi tau apa yang harus aku lakukan setelah ini"
"Nah gitu dong, semangat buat jadi istri yang baik!!" Caca terlihat begitu bersemangat melebihi Anga.
"Istri, siapa yang jadi istri??"
Kedua wanita yang sedang membicarakan bab rumah tangga itu di kejutkan dengan kedatangan seseorang.
"Aldo??" Anga mendadak gugup.
Sudah lama Anga tidak bicara dengan Aldo sejak pria itu dekat dengan Angel, teman satu prodinya Anga dan Caca.
"Hay, Anga??"
"Iya??"
"Perasaan kita jadi jauh ya setelah aku dekat sama Angel. Ada masalah apa ya?? Apa aku udah bikin kamu marah tanpa aku sadari??" Aldo merasa kehilangan Anga setelah lebih dari dua bulan dia menjadi kekasih dari Angel.
"Nggak ada apa-apa kok Do. Cuma aku lagi fokus kuliah aja. Kita juga bentar lagi mau skripsi" Anga tentu saja mengelak. Karena sesungguhnya dia menjauh dari Aldo karena Angel tidak menyukai kedekatan Anga dengan Aldo.
"Tapi bisa kan kalau kita temenan kaya dulu lagi?? Lagi sibuk kuliah bukan berarti kita nggak temenan lagi kan Nga??" Aldo terlihat memohon kepada Anga. Dia sungguh merasa kehilangan sosok Anga sebagai temannya.
Sikap Angel akhir-akhir ini juga membuat Aldo tak betah. Wanita itu selalu mengekangnya dan terlalu mengatur. Hingga Aldo sadar kalau sebenarnya dia memiliki perasaan lebih pada Anga.
Caca yang mendengar permintaan Aldo tadi berdecak dengan kesal.
"Ck, modus" Cibir Caca dengan pelan.
"Gimana Nga, mau kan??" Aldo terus menatap Anga penuh harap.
"I-iya" Anga sebenarnya ragu mengingat Angel yang tidak menyukainya.
"Makasih Nga. Kalau gitu, nanti kita pulang bareng ya??"