Menanti Bahagia Yang Hilang
Assalamualaikum, selamat datang di karya baru author. Mohon untuk konsisten baca ya, terima kasih.
Happy reading...
...📖📖📖...
"Jihan, cepat kesini!"
Teriakan ibu Neny yang berasal dari ruang tengah, mengagetkan Jihan yang sedang membalik ikan goreng. Hampir saja ia terkena cipratan minyak panas karena spatulanya terlempar efek terkejut.
"Iya Bu, sebentar." Balas Jihan. Ia menunduk mengambil spatula di lantai, menaruh di wastafel lalu mengambil spatula yang baru. Setelah mengangkat ikan goreng dan mematikan kompor, lekas ia menghampiri sang ibu mertua.
Jihan sampai berlarian menuju ruang tengah. Dari kejauhan ia melihat ibu mertuanya itu berkacak pinggang, dan kedatangannya disambut dengan tatapan tajam penuh amarah. Jihan langsung menunduk, sekarang ia pasti akan mendapat ceramah pedas lagi dari ibu mertuanya itu. Setiap dipanggil seperti ini, pasti ia ada salah, dan entah apalagi kesalahannya kali ini.
"Ada apa ya, Bu?" Tanya Jihan dengan tergagap.
"Pakai nanya lagi ada apa. Kalau Ibu panggil kamu, ya sudah pasti kamu itu punya kesalahan. Dan apa kamu tahu, apa kesalahan kamu kali ini?" Tanya ibu Neny dengan suara membentak.
"Tidak tahu, Bu." Jawab Jihan sembari menggeleng. Jari jemarinya saling bertaut dan tak berani menatap ibu mertuanya.
"Lihat itu, meja, lemari, sofa, semuanya berdebu. Mulai malas kamu sekarang ya?" Tangan ibu Neny menunjuk benda-benda yang ia sebut, namun tatapannya tak lepas menatap Jihan dengan tajam.
"Maaf Bu, aku gak sempat mengerjakan bagian itu. Dari pagi kan, kerjaan aku banyak, Bu." Jawab Jihan.
"Halah, banyak apanya? Cuma ke pasar, ngepel terus cuci baju dan nyetrika kamu bilang banyak? Bilang aja kamu malas. Pokoknya Ibu gak mau tau, kamu harus bersihin itu semua sekarang juga. Ibu mau keluar sebentar, awas aja kalau Ibu udah pulang dan itu semua belum bersih!" Ibu Neny memperingati dengan keras, kemudian melenggang pergi dengan meninggalkan pekerjaan baru untuk menantunya, sementara pekerjaan Jihan saja di dapur belum selesai dalam urusan memasak.
Jihan menghela nafas berat sembari menatap kepergian ibu mertuanya. Ibu Neny, ibu mertua yang dulu sangat menyayanginya, kini berubah kasar dan selalu mencari kesalahannya.
Padahal dulu, ibu Neny selalu membantunya mengerjakan pekerjaan rumah dengan senang hati. Di waktu luang, mereka akan menghabiskan waktu dengan bercerita banyak hal, penuh kehangatan dan senyum bahagia. Namun, sekarang semua pekerjaan rumah dilimpahkan padanya seorang diri dengan peringatan keras ia harus menyelesaikan tepat waktu. Tutur kata ibu Neny yang dulunya lemah lembut pun kini berubah sarkas dan selalu berkata pedas.
Sikap ibu mertuanya itu berubah semenjak Fahmi, suaminya naik jabatan dari karyawan biasa menjadi manager di perusahaan ternama.
Dimanjakan uang dan kemewahan hasil kerja keras putranya, membuat ibu Neny lupa diri. Lupa tentang siapa dirinya dahulu, lupa bahwa ia juga dulunya hanya orang biasa yang hidup dengan segala kesederhanaan.
Seiring derap langkah kaki ibu Neny yang semakin menjauh, Jihan mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh ibu mertuanya. Tak hanya meja, sofa dan lemari yang Jihan bersihkan. Kaca jendela juga ia bersihkan, bahkan lantai yang tadi pagi sudah ia pel, kini ia pel kembali.
Setelah selesai dengan pekerjaannya itu, Jihan kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak. Hari sudah beranjak sore, sebentar lagi suaminya akan pulang kerja. Dengan penuh antusias, Jihan memasakkan menu kesukaan suaminya.
Usai memasak, Jihan lalu menata masakannya itu di atas meja makan. Bertepatan dengan itu terdengar suara klakson mobil memasuki pekarangan rumah. Dengan penuh semangat Jihan berlarian keluar rumah untuk menyambut kepulangan suaminya. Meski lelah, ia tetap tersenyum menyambut suaminya yang baru saja pulang sedari mencari nafkah.
"Mas," Jihan mengulur tangannya untuk mencium tangan sang suami. Tapi suaminya itu justru hanya menatapnya dengan tatapan aneh tanpa menyambut tangannya yang terulur.
"Kamu ngapain aja sih seharian di rumah? Suami pulang bukannya disambut dengan penampilan yang enak dipandang mata, malah kelihatan seperti pembantu. Lihat itu, tangan kamu berminyak. Bau badan kamu juga gak enak, bau bawang. Sudah sore begini kok belum mandi?" Ucap Fahmi, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan istrinya.
Jihan hanya dapat mengelus dada dan beristighfar dalam hati. Ini bukan pertama kalinya Fahmi melontarkan kata-kata yang begitu menyakiti hatinya. Sudah enam bulan belakangan suaminya itupun berubah. Tak ada lagi senyum hangat yang terpancar dari wajah sang suami ketika bersamanya. Tak ada lagi binar cinta dimata suaminya itu ketika menatapnya. Yang ada, hanya tatapan jijik melihat penampilannya yang lusuh. Padahal itu karena semua pekerjaan rumah ia yang mengerjakan seorang diri. Tak ada waktu untuk memanjakan diri, waktu istirahatnya ia habiskan hanya untuk menemani putranya bermain.
Jihan pun mengikuti langkah suaminya masuk ke rumah dengan perasaan sedih yang mendalam. Melihat Dafa, putranya yang berlarian menghampiri ayahnya, kesedihan itu semakin terpancar di wajah Jihan karena ia tahu apa yang akan terjadi.
"Ayah, ayo temani Dafa main." Bocah laki-laki berusia lima tahun itu memeluk kaki sang ayah, mendongak menatap ayahnya dengan senyum keceriaan.
"Dafa, Ayah capek. Sana main sama Bunda saja." Fahmi melepas pelukan putranya itu dikakinya, kemudian melenggang pergi menuju kamar.
Kedua mata dafa tampak berkaca-kaca menatap kepergian ayahnya. Sudah beberapa bulan ini, sang ayah sudah tak pernah lagi menemaninya bermain. Selalu kata capek yang dijadikan alasan oleh ayahnya itu.
Jihan mendekati putranya, memeluk sang buah hati dengan begitu eratnya. Tak hanya ia yang merasakan dampak perubahan ibu mertua dan suaminya, tapi putranya juga.
Dulu, sepulang kerja, yang pertama kali dicari Fahmi adalah putranya. Katanya ketika melihat Dafa, rasa lelahnya setelah seharian bekerja akan sirna seketika. Namun, itu semua berbanding terbalik dengan sekarang. Justru rasa lelahnya itulah yang dijadikan Fahmi sebagai alasan tak bisa menemani putranya bermain.
Tak hanya diwaktu pulang kerja Fahmi menolak permintaan putranya, saat weekend pun Fahmi mempunyai banyak alasan untuk menolak ajakan putranya yang ingin pergi ke taman bermain. Alasan yang paling menonjol adalah, ia tetap harus bekerja meski libur agar pimpinannya kagum atas kinerjanya, dengan begitu ada kemungkinan dari manager bisa naik jabatan ke posisi yang lebih tinggi lagi. Maka itu, meski akhir pekan, Fahmi tetap jarang berada di rumah. Jihan yang hanya lulusan sekolah dasar, tidak mengerti dengan dunia perkantoran percaya saja dengan perkataan suaminya.
"Bunda, Dafa kan enggak nakal. Tapi kenapa Ayah gak mau lagi temani Dafa main?" Bocah tampan itu mengadukan pada sang ibu apa yang ada dalam pikirannya.
"Iya Sayang, Dafa enggak nakal kok. Ayah kan lagi capek, baru pulang kerja jadi gak bisa temani Dafa main. Nanti biar Dafa main sama Bunda saja ya?" Jihan mengusap pucuk kepala putranya dengan penuh kasih sayang. Bibirnya menyunggingkan senyum, namun hatinya menangis pilu melihat kesedihan di wajah putranya.
Jihan menggenggam jemari Dafa, kemudian mengajak putranya itu menuju kamarnya sendiri. Sepanjang langkah, netranya berkeliling menatap ke seluruh penjuru rumah yang megah itu. Rumah yang diberikan oleh perusahaan tempat suaminya bekerja, sebagai fasilitas atas kinerja suaminya yang sangat membanggakan perusahaan.
Seharusnya ia semakin dilimpahkan kebahagiaan atas kerja keras suaminya yang telah mengangkat derajat keluarga mereka. Namun, yang terjadi justru dirinya dirundung kesedihan dan kepedihan atas perubahan sikap suami dan ibu mertuanya. Jihan berharap suatu saat nanti bahagia yang hilang akan kembali, menghalau duka lara di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Dwi Rustiana
baru mulai baca udah darting aja pngen tak geplak itu manusia
hei onta gaji pembantu biar istri bisa perawatan buat nyenengin itu mata kamu bkan malah caci maki heran okb aja belagu bgt 😡😡😡
2024-11-07
0
Sugiharti Rusli
eh itu beneran si Jihan sekolahnya hanya sampai SD aja, dulu gimana ceritanya mereka bisa menikah memangnya,,,
2024-11-08
0
yellya
hai kak,merapat n subscribe, bru bab awal udh bikin nyesek ya, dasar orng2 okb😌😏😏
2024-11-05
0