Li Shen, murid berusia 17 tahun dari Sekte Naga Langit, hidup dengan dantian yang rusak, membuatnya kesulitan berkultivasi. Meski memiliki tekad yang besar, dia terus menjadi sasaran bully di sekte karena kelemahannya. Suatu hari, , Li Shen malah diusir karena dianggap tidak berguna. Terbuang dan sendirian, dia harus bertahan hidup di dunia yang keras, mencari cara untuk menyembuhkan dantian-nya dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang yang terbuang. Bisakah Li Shen bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan menuju kekuatan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chp 4
Li Shen memandang Beast Spirit itu, keringat dingin mengalir di dahinya. Napas berat Beast bercampur dengan aura tekanan yang begitu besar membuat tubuhnya terasa lemah.
Namun, sesuatu di dalam dirinya menolak menyerah begitu saja.
“Aku tidak akan mati di sini... Tidak tanpa perlawanan!” teriak Li Shen, meskipun ia tahu kekuatannya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Beast di depannya.
Beast itu melompat ke arahnya dengan kecepatan luar biasa. Li Shen berguling ke samping, nyaris terhindar dari cakar raksasa yang menghantam tanah, menciptakan retakan kecil di permukaan tanah.
Boom!
Li Shen berdiri dengan susah payah, tubuhnya bergetar. Ia mengambil ranting besar yang tergeletak di tanah dan mengangkatnya seperti senjata.
“Kalau kau pikir aku akan menyerah... kau salah besar!” teriaknya, mencoba memompa keberanian.
Beast itu kembali menerjang. Li Shen mengayunkan ranting dengan seluruh kekuatannya. Namun, ranting itu hanya patah saat mengenai tubuh keras makhluk tersebut.
Crack!
Beast membalas dengan gerakan cepat, cakarnya menyambar sisi tubuh Li Shen.
Slash!
“Aghhh!” Li Shen memekik, darah mengucur deras dari luka di perutnya. Ia terjatuh ke tanah, merasakan sakit yang luar biasa, namun masih berusaha bangkit.
Meskipun tubuhnya terluka parah, Li Shen memaksa dirinya berdiri. Ia menatap Beast itu dengan mata yang penuh determinasi.
“Aku... tidak akan mati di sini...!” katanya dengan suara bergetar.
Beast itu tampak tidak terkesan. Dengan geraman keras, makhluk itu menyerang lagi, dan kali ini Li Shen tidak bisa menghindar. Tubuhnya terlempar ke udara akibat pukulan cakar Beast, menghantam sebuah pohon besar sebelum jatuh terkapar di tanah.
Boom!
Tubuhnya terasa berat, seperti semua tulangnya telah remuk. Darah mengalir deras dari luka-lukanya, membasahi tanah di sekitarnya. Pandangannya mulai kabur, namun ia masih memegang kalungnya dengan erat.
“Kalung ini...” gumamnya, dengan napas tersengal-sengal. “Ayah... aku tidak akan menyerah... seperti yang kau ajarkan...”
Tetesan darahnya jatuh ke kalung itu, menyerap ke dalam permukaannya.
Tinggg!
Tiba-tiba, kalung itu mulai bersinar dengan cahaya terang yang menyilaukan.
Cahaya itu semakin terang, memancar seperti matahari kecil di tengah kegelapan hutan. Beast Spirit itu berhenti menyerang, geramannya berubah menjadi rintihan ketakutan.
Grrrhhkk...
Makhluk itu mundur beberapa langkah, matanya yang merah menyala kini terlihat ketakutan. Cahaya dari kalung itu terus membesar, menyelimuti Li Shen yang tergeletak di tanah. Aura hangat dan menenangkan menyelimuti tubuhnya yang sekarat.
Beast itu mengeluarkan raungan panik sebelum melompat mundur dan melarikan diri ke dalam kegelapan hutan.
ROARRR!
Li Shen terbaring di tanah, tubuhnya tak bisa digerakkan. Namun, ia merasakan kehangatan dari cahaya itu, seolah-olah seseorang memeluknya dengan lembut.
“Apa... ini?” pikirnya, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.
Cahaya dari kalung itu perlahan meredup, meninggalkan Li Shen dalam keheningan hutan. Tubuhnya masih lemah, tetapi ia tahu bahwa ia telah lolos dari maut.
Namun, pertanyaan besar muncul di benaknya: “Apa sebenarnya kalung ini? Kenapa bisa menyelamatkanku?”
Dengan napas tersisa, ia menatap langit di atasnya yang mulai dipenuhi bintang, sebelum akhirnya pingsan karena kelelahan.
Li Shen perlahan membuka matanya. Tubuhnya terasa ringan, meskipun sebelumnya ia hampir mati di tengah hutan. Ia mendapati dirinya berada dalam ruang aneh yang dipenuhi cahaya keemasan. Suasana di tempat itu terasa sakral, seperti dunia lain.
Di hadapannya, berdiri bayangan samar seorang pria berusia lanjut. Pria itu mengenakan jubah putih panjang yang disulam dengan pola naga, dan auranya terasa begitu agung, seperti gunung yang tak tergoyahkan.
"Anak muda," suara pria itu bergema lembut namun penuh wibawa, "kau telah memanggilku dengan darahmu."
Li Shen menatap sosok itu dengan bingung. "Siapa... kau?" tanyanya dengan suara lemah.
"Aku adalah sisa kekuatan dari Spirit Naga Langit, seorang penjaga dunia yang telah lama tiada," jawab pria itu. "Kalung yang kau bawa adalah salah satu artefak terakhir yang aku tinggalkan, dan hanya mereka yang berdarah layak yang bisa membangkitkanku."
Li Shen mengerutkan kening. "Darah layak? Aku hanya anak yatim piatu yang tidak berharga..."
Pria itu tersenyum tipis. "Kau salah, Li Shen. Kau mungkin terbuang di dunia ini, tapi darahmu menyimpan warisan kuat yang bahkan kau sendiri belum menyadarinya. Aku telah memilihmu untuk menerima sisa kekuatanku."
Li Shen terkejut. "Kekuatanmu? Tapi... aku... aku tidak bisa berkultivasi. Dantianku rusak..."
Pria itu melangkah mendekat, mengulurkan tangannya yang bercahaya. "Dantianku akan memperbaiki dantianmu yang rusak. Tidak hanya itu, kau akan melampaui batas manusia biasa dan mencapai ranah Pengumpulan Energi tahap puncak."
Li Shen merasakan kekuatan hangat menyelimuti tubuhnya. Cahaya keemasan mengalir ke dalam dirinya, memperbaiki setiap kerusakan di tubuhnya. Dantiannya, yang dulu seperti jurang retak tanpa dasar, kini terasa penuh dan kokoh.
"Aghh..." Li Shen menggigit bibirnya saat gelombang energi luar biasa memenuhi tubuhnya. Ia bisa merasakan kekuatan yang tak pernah ia miliki sebelumnya. Energi itu terus mengalir, mendorongnya ke tahap-tahap kultivasi dengan kecepatan yang mustahil.
Setelah beberapa saat, tubuh Li Shen bersinar terang, lalu cahaya itu mereda. Napasnya stabil, dan ia merasakan kekuatan yang luar biasa di dalam dirinya.
“Ranah Pengumpulan Energi... tahap puncak?” Li Shen bergumam dengan tak percaya.
Pria itu mengangguk dengan senyum tipis. "Benar. Tapi ingat, ini hanyalah awal dari perjalananmu. Dunia ini luas dan penuh bahaya. Kekuatan yang kuberikan hanyalah sisa dari apa yang aku miliki di masa lalu. Kalung itu hanyalah perantara untuk menyampaikan warisan ini kepadamu. Sekarang, tugasmu adalah menjadikan kekuatan ini milikmu sendiri."
Tiba-tiba, kalung yang selalu digenggam Li Shen mulai memudar. Ia panik dan mencoba meraihnya. "Tidak... ini satu-satunya kenangan dari ayahku!"
Pria itu menatapnya dengan tatapan penuh pengertian. "Anak muda, kenanganmu tidak terletak pada benda, melainkan di dalam hatimu. Kalung ini telah menyelesaikan tugasnya."
Li Shen melihat kalung itu perlahan menghilang, berubah menjadi serpihan cahaya yang terbang ke udara, sebelum lenyap sepenuhnya. Ia menunduk, hatinya sedikit kosong, namun ia merasa seolah-olah ayahnya masih bersamanya dalam bentuk lain.
Sebelum pria itu menghilang, ia meninggalkan pesan terakhir. "Jaga warisan ini dengan baik, Li Shen. Dunia ini lebih luas dari yang kau bayangkan. Perjalananmu baru saja dimulai."
Cahaya perlahan menghilang, dan Li Shen kembali tersadar di tengah hutan. Namun, tubuhnya kini terasa lebih kuat dari sebelumnya. Ia mengepalkan tangannya, merasakan energi yang mengalir deras di tubuhnya.
"Dunia... aku akan membuktikan bahwa aku tidak akan diremehkan lagi," gumamnya, dengan tatapan penuh tekad.
----------------
Setelah mendapatkan kekuatan dari Spirit Naga Langit, Li Shen memutuskan untuk bertahan hidup di hutan yang penuh bahaya. Ia tahu bahwa untuk menjadi kuat dan melindungi dirinya, ia harus memanfaatkan kekuatan barunya sebaik mungkin.
Setiap hari dimulai dengan latihan fisik. Li Shen berlari melintasi medan terjal, melompat dari satu batu ke batu lain, dan bahkan mengangkat batang kayu besar untuk memperkuat tubuhnya. Suara ranting patah terdengar saat ia mengayunkan batang kayu, keringat mengalir deras di wajahnya. Ia mengerti bahwa kekuatan fisik adalah fondasi untuk memanfaatkan energi spiritual.
Namun, itu baru permulaan. Li Shen juga melatih kemampuan kultivasinya. Ia duduk bersila di tengah hutan, menarik napas dalam-dalam, dan merasakan energi spiritual di sekitarnya. Suara angin berdesir di antara pepohonan, seolah membimbingnya dalam menyerap energi dunia. Setiap malam, ia mengarahkan energi itu ke dantiannya, memperkuat dan menstabilkan fondasi kekuatannya.
Selama tinggal di hutan, Li Shen menghadapi banyak bahaya, termasuk serangan dari berbagai beast. Ia menggunakan kekuatannya yang baru untuk melawan mereka, meskipun pada awalnya ia kesulitan.
"Aaargh!" teriak Li Shen ketika seekor beast dengan tubuh berbulu dan taring tajam menerjangnya. Ia berguling di tanah, menghindari cakar tajam yang hampir mengoyaknya. Dengan kekuatan barunya, ia menyerang balik, menggunakan tangan kosong dan energi spiritual untuk melukai beast tersebut. Suara dentuman keras terdengar saat ia menghantam tubuh beast, membuatnya melarikan diri.
"Belum cukup kuat," gumamnya setelah berhasil selamat. Ia tahu bahwa untuk bertahan di hutan ini, ia harus lebih tangguh lagi.
Hari-hari berikutnya, ia terus berburu beast untuk melatih kekuatan dan refleksnya. Raungan beast yang terluka sering terdengar di tengah hutan. Li Shen belajar membaca pergerakan musuhnya, memanfaatkan lingkungannya, dan menggunakan energi spiritual untuk memperkuat pukulan dan tendangannya.
Setelah enam bulan latihan tanpa henti, tubuh Li Shen telah berubah drastis. Otot-ototnya lebih kencang, gerakannya lebih cepat, dan kendalinya atas energi spiritualnya jauh lebih baik. Ia telah membunuh puluhan beast, dan tubuhnya penuh dengan bekas luka sebagai bukti perjuangannya.
Namun, ia tahu bahwa ada satu tantangan yang belum ia selesaikan: beast spirit yang pertama kali menyerangnya.
Malam itu, saat bulan bersinar terang, Li Shen kembali ke tempat di mana ia pertama kali diserang oleh beast spirit. Suara ranting patah terdengar di kejauhan, diikuti oleh raungan yang menggema di hutan. Beast spirit itu muncul, tubuhnya yang besar dan matanya yang merah menyala menatap Li Shen dengan penuh kebencian.
Li Shen berdiri dengan tenang, wajahnya tanpa rasa takut. "Kali ini, aku tidak akan kalah," katanya dengan penuh keyakinan.
Beast spirit itu menerjang dengan kecepatan luar biasa. Suara angin berdesir tajam terdengar saat cakarnya mengarah ke Li Shen. Namun, Li Shen melompat ke samping dengan gesit, menyerang balik dengan pukulan yang dipenuhi energi spiritual. Dentuman keras terdengar saat pukulannya mengenai sisi tubuh beast.
Pertempuran berlangsung sengit. Li Shen memanfaatkan semua yang telah ia pelajari: kecepatan, kekuatan, dan strategi. Ia memancing beast itu ke area yang sempit, memaksa lawannya untuk bergerak lebih lambat.
Dengan serangan terakhir, Li Shen menghantam kepala beast dengan kekuatan penuh, memfokuskan energi spiritual ke tinjunya. Raungan keras terdengar saat beast itu jatuh ke tanah, tubuhnya tak bergerak.
Li Shen berdiri di atas tubuh beast, napasnya terengah-engah. Kemenangan ini adalah bukti dari perjuangannya selama ini. Dengan tatapan penuh tekad, ia berkata, "Ini baru awal. Aku akan terus menjadi lebih kuat."
gq nyqmbung bahasa bart nya..
pantas ga ada yg baca